*********
Kirana dan Amira menaruh nampang diatas meja dan menarik kursi. "Dareen sama Jian kemana?" Tanya Amira sambil celingak-celinguk mencari dua sosok tersebut.
Kirana mengedikkan bahunya acuh. "Paling juga dikit lagi datang." Jawabnya.
Tidak lama, sosok Dareen dan Jian muncul. Dua cowok itu menaruh nampang dimeja Kirana dan Amira yang tengah melahap makan masing-masing. "Tumben banget stan mpok Jamile sepi. Biasanya rame banget tuh karna mau modus sama si mpok." Ujar Jian.
"Si mpok udah kurang seksi." Celetuk Amira.
Dareen hanya menghela nafas mendengar itu. Ia beralih menatap Kirana yang sedaritadi fokus memakan makanannya. "Gak beli minum?" Tanyanya.
Cewek itu menoleh dan tersadar kalau ia belum membeli minuman untuk dirinya sendiri. "Yaelah Ran, tadi kan gue udah tawarin beli. Gak fokus ya lu?" Tanya Amira yang diberi cengira Kirana.
"Yaudah gue beli dulu ya." Kirana berdiri bersiap untuk melenggang pergi. Dengan cepat Dareen segera mencengkram tangan cewek itu.
"Tunggu disini." Ucap Dareen dan berdiri membeli minuman.
Jian melihat itu hanya menghela nafas panjang. "Kasihan jodoh gue, pasti dia sekarang lagi cinta sama orang yang salah." Ucapnya yang membuat Kirana tertawa mendengarnya.
"Jodoh? Tuh ada Amira." Jawab Kirana.
Cowok itu sekilas menoleh menatap Amira yang sedaritadi menatapnya dengan tatapan tajam. Huffttt bego banget! kenapa bisa dia mengucapkan perkataan itu. Ia menyengir dan mencubit pipi Amira gemas. "Eh iyaya, ternyata jodoh gue ada disamping." Ujarnya sambil tertawa. Tertawa paksa maksudnya.
Amira menepis tangan Jian dengan malas. "Apaansi."
Dareen datang dengan dua botol air mineral yang ia pegang. Ia kembali duduk disamping Kirana dan mulai melahap makanannya.
"Ohiya, Devan mana?" Celetuk Kirana yang sukses mendapat tatapan bingung Dareen dan Jian.
"Ngapain lu tanyain Evan?" Balas Jian. "Jangan-jangan lu malah suka ya sama dia?" Sambungnya. Mendengar itu Kirana langsung menggeleng dengan cepat. Habislah riwayatnya.
"Gue tadi yang pertama tanyain Devan di Kirana." Amira membuka suara menyadari suasana yang tiba-tiba terasa canggung. Ia melirik manatap Kirana yang tengah menatapnya dengan tatapan terimakasih.
Dareen menghela nafas. "Mungkin di aula basket. Dia sibuk banget mau seleksi." Jawabnya.
"Yaelah babe, lu ngapain tanyain Evan di Kirana? Emang Kirana sama Devan dekat banget ya?" Tanya Jian.
Cewek itu menyengir. "Ya gak dekat sih, cuman siapatau dia tau kan Devan dimana." Jawab Amira.
"Lainkali, tanya Evan di gue aja. Jangan bikin perang dunia antara Kirana dan Dareen babe, bahaya."
- - - - -
Mereka berempat berjalan dikoridor. Ada banyak sorot mata yang menatap mereka. Terutama Kirana yang sedaritadi tidak berdaya karna Dareen menggandeng tangannya.
Tiba-tiba segerombolan cewek datang menghampiri mereka. "Lu pacaran sama dia?" Tanya cewek itu ke Dareen.
Cowok itu sejenak melirik Kirana yang sedaritadi terdiam. Entah kenapa ia sangat takut jika hubungannya tersebar luas. Dareen menggeleng. "Dia sahabat gue, kenapa?" Balasnya.
Jian menghela nafas. "Yaelah Bella, Bella. Sampe sekarang lu gak bisa move on dari Dareen? Cari cowok lain gih." Ujarnya.
Cewek itu tersenyum sinis. "Udah move on kok. Lagian selera gue udah bukan kayak Dareen lagi. Gue cuman mau nanya cewek yang disamping Dareen itu perawatan di klinik mana sampe bisa secantik itu?" Ujar Bella yang membuat Kirana membelalak mendengarnya.
Ia barusan dibilang cantik? Huwaa terharu T_T
Kirana menyengir dan menggaruk tengkuknya. "G-gue gak perawatan diklink mana-mana." Jawabnya.
Bella ber oh ria dan berlalu pergi bersama gerombolannya. "Kalian bertiga cari tau dia perawatan di klinik mana." Pintahnya kepada teman-temannya.
Usai memastikan Bella dan antek-anteknya pergi, Amira seketika tertawa. "Serius si Bella tanya gitu? Gue kira dia rajin banget perawatan yang gitu-gituan." Tuturnya.
"Yagitulah, human yang gak mau kalah saing."
- - - - -
Dareen menghampiri Kirana yang tengah sibuk merapikan buku-bukunya diatas meja. "Gue gak bisa antar lu pulang. Gakpapa kan?" Tanyanya.
Cewek itu menoleh dan mengangguk. "Iya, gakpapa. Gue bisa dijemput atau gak naik bus." Ujar Kirana tersenyum.
Jian tiba-tiba datang dan merangkul pundak Dareen. Ia menyengir sambil menatap Amira. "Heheh, Amira sayang. Hari ini bebeb gak bisa antar pulang ya, soalnya masih ada kewajiban yang harus bebeb kerjakan." Izinnya yang langsung dihadiahi tatapan jijik oleh Amira.
"Gue masih bisa suruh cadangan buat antar pulang."
"Weissss." Dareen bertepuk tangan mendengar ucapan Amira. Ia menepuk pundak Jian pelan. "Yang sabar bro, mungkin aja lu terlalu jelek buat Amira." Sambungnya.
Cowok itu menghela nafas dan menepis tangan Dareen dari pundaknya. "Dia masih ngambek soal dikantin tadi, bro." Tuturnya dan menatap Amira. "Yaudah have fun ya, sama selingkuhannya." Ujar Jian.
"Kok gitu sih?!" Amira menghentakkan kakinya kesal dan berlalu pergi meninggalkan mereka bertiga.
"Lah? Lah? Lah? K-kok jadi dia yang marah?" Tanya Jian bingung.
Kirana dan Dareen tertawa. "Makanya, lu tuh harus nerima fakta kalau disetiap perdebatan itu pasti cewek selalu benar. Nah lu lihatkan Amira tadi? Berarti lu harus anggap diri lu tuh salah, dia yang benar." Jelas Dareen.
Jian menggaruk tengkuknya bingung.
"Yatuhan, cobaan apalagi ini."
*******************
//
Part 14 revisi: DONE✔️
KAMU SEDANG MEMBACA
DERANA [COMPLETED✔️]
Ficção Adolescente[MY PERFECT BOYFRIEND NEW VERSION] Perasaan terburuk ketika mengetahui telah dibohongi oleh seseorang yang kamu percaya. DERANA Copyright 2016 - amandrug