DERANA - 43

92.3K 3.4K 58
                                    

*********

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*********

     "LIHAT!" Seru Dareen begitu melihat Kirana baru saja masuk ke dalam kelas. Semua sorot mata tertuju pada Dareen sekarang. "Cewek murahan baru saja datang." Lanjutnya dan seisi kelas bersorak semangat.

"WOI BERISIK!" Sahut Thomas membuat seisi kelas hening seketika. Ia menoleh menatap tajam Dareen. "Jujur, cara lu childish banget. Lu memang tau seburuk apa Kirana, tapi jangan sampai permalukan dia." Tukasnya.

     "Halah!" Bantah Dareen. "Masih saja lu belah dia?!" Tunjuknya ke Kirana yang sudah duduk dibangkunya. "Kenapa gak sekalian lu pacarin saja cewek murahan itu?!" Sambungnya yang membuat Thomas menggebrak meja dan menghampiri Dareen.

     "Maksud lu apa?!" Tanya Thomas.

     "Lu mending balik ke meja lu. Gakusah pancing perkelahian." Pintah Jian malas.

     Thomas tertawa. "Orang kaya dia masih saja lu temanin? Asal lu tau, jelek-jelekan mantan cuman nunjuk-in kalau diri lu adalah orang TOLOL karna dulu pernah pilih dia." Ia berjalan kembali ke bangkunya.

     "Yeah!" Dareen berdiri dari bangkunya menatap mereka semua. "Gue memang tolol." Tunjuknya ke diri sendiri. "Dan gue menyesal sudah pernah pilih cewek murahan kaya dia." Sambungnya dan menunjuk Kirana.

     Amira menatap Kirana yang sudah sekuat tenaga untuk membendung air matanya. "Ran," Panggilnya pelan.

     "Gue sudah usaha setia sama dia, tapi apa yang gue dapat? Semuanya palsu! Jangan percaya sama visual polos dia." Tutur Dareen.

     "DAREEN BERHENTI!"

     Cowok itu menoleh menatap Kirana yang sudah tidak kuat menahan air matanya.
     "Gue tau lu menyesal, gue tau itu. Tapi tolong, jangan sampai lu rusak nama baik gue didepan semua orang." Ia beranjak dari bangkunya dan berlari meninggalkan kelas.

- - - - -

     "Gue mau bilang tetang semuanya, gue sudah gak tahan."

     Devan menghela nafas berusaha untuk tetap sabar. "Ran, kasitau gue lu dimana sekarang, hm?" Ucapnya dengan nada berbisik sambil sesekali melirik kearah papan tulis dimana Pak Toto sedang menerangkan materi.

     Tidak ada jawaban.

     "Ran," Panggilnya.

     Lagi-lagi tidak ada jawaban dan telepon terputus.

     "RAN? HALO?!"
     Seisi kelas mendadak terkejut dengan suara Devan yang tiba-tiba mengisi kekosongan kelas.

     "Devan Sofyan, sedang apa kamu daritadi? Kamu tidak simak penjelasan dari saya?!" Tegur Pak Toto sama sekali tidak dihiraukan oleh cowok itu.

     Devan segera beranjak dari bangkunya menghampiri Pak Toto yang sedaritadi menatapnya. "Maaf pak, saya ada urusan sebentar." Ia segera berlari keluar kelas meninggalkan tanda tanya besar di seisi kelas.

     Cowok itu berlari menuju taman belakang dan tidak menemukan Kirana disana. "Ah sial!" Umpatnya dan kembali berlari ke koridor menuju rooftop. Ia menaiki tangga dan menemukan Kirana yang tengah menangis disana.
     "Ran," Devan segera memeluk Kirana membiarkan cewek itu menangis didalam dekapannya. "Gue disini." Ucapnya.

     "Maafin gue." Lirih Kirana.

     Devan hanya mengangguk pelan tidak tau harus menjawab apa. Pikirannya kacau melihat adiknya yang seperti ini. Ditambah citra Kirana di sekolah sudah di cap tidak baik akibat gosip-gosip yang beredar tentang dirinya.

     "Semua orang sudah termakan sama omongan itu. Gue cewek murahan."

     "Ran," Devan melepas pelukannya kemudian memegang bahu Kirana. Menatap cewek itu dengan lekat. "Lu gak perlu khawatir soal itu," ia memulas senyum berusaha mentegarkan Kirana. "Lihat nanti, kalau semuanya sudah terbongkar. Gue jamin penyesalan bakal datang diakhir." Tuturnya.

     Kirana tersenyum dan mengangguk.

     Pintu rooftop terbuka memperlihatkan Claudia yang tengah berlari menghampiri mereka. "Gue cari di taman belakang gak ada. Rupanya kalian disini," Ujarnya dan berbalik menatap Kirana.
     "Gak apa-apa, Ran?"

     Kirana mengangguk. "Gak apa-apa kak."

     Claudia menatap Devan. "Gue barusan di chat Amira, tadi Thomas sama Dareen sempat berdebat soal Kirana. Mereka juga hampir berantem." Jelasnya.

     Devan kembali menatap Kirana. "Lihatkan? Masih ada orang yang berpihak sama lu, tenang saja." Kemudian mengacak rambut cewek itu pelan. "Ayo buat rencana buat ketemu mereka."

- - - - -

     Jian langsung menyodorkan ponselnya ke Dareen agar cowok itu ikut membacanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

     Jian langsung menyodorkan ponselnya ke Dareen agar cowok itu ikut membacanya. "Kita dipanggil." Ucapnya.

     Dareen mengedikkan bahunya. "Terserah saja." Jawabnya dan kembali fokus memainkan ponselnya.

     Jian beranjak dari tempat duduknya. "Gue ke toilet dulu." Ia beranjalan keluar dari cafe tanpa sepengetahuan Dareen dan menjauh dari area cafe.

"Jam empat sore, Jalan Marga Indah."

*************


//

Part 43 revisi Done ✔️

DERANA [COMPLETED✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang