*********
"Apa-apaan tadikan kita disuruh baca bab tiga, kok sekarang malah ulangan bab eman?! Pantesan aja soalnya gak masuk akal." Dumel Amira kesal.
Pak Bima berdecak. "Buruan kerjakan, gakusah cerewet kalian semua." Ujarnya sambil menghembuskan asap rokoknya.
Jian menggeleng seakan tidak percaya. "Sungguh tega sekali wahai guru laknat. Gini ya rasanya diphpin." Ucapnya.
Dareen menyodorkan kertas jawabannya begitu semua soal sudah selesai ia kerjakan. "Buruan tulis, lambat banget gerakan lu." Pintahnya kemudian memejamkan matanya sejenak.
Jian mengambil kertas tersebut. Sebelum ia menulis dirinya kembali menatap Pak Bima. "Bapak curang banget! Gak ngertiin perasaan kita semua!" Teriaknya yang diberi sorakan setuju oleh teman-temannya.
"Betul banget tuh! Beliin Jian nasi bungkus!" Seru Thomas sambil mengancungkan jempolnya.
Pak Bima memukul meja menggunakan mistar panjangnya untuk menenangkan mereka semua. "Sudah-sudah kembali kerjakan soal yang saya kasih! Terima saja, toh sayakan gurunya." Ujarnya sambil tersenyum penuh arti.
"Tap-"
"Jian Rahatyo sekali lagi kamu masih protes, saya tidak segan merobek kertas kamu." Tegas Pak Bima memotong ucapan Jian.
"Wooo ancam ae mulu." Guman Jian pelan kemudian menulis jawaban dari Dareen sebelum waktunya selesai.
- - - - -
Amira berdecik kesal dan menoleh menatap Kirana yang sedaritadi tengah sibuk baca novel. "Gue gak habis pikir sama Pak Bima tadi. Ugh! Rasanya pengen gue gundulin jenggot dia." Umpatnya kesal.
Kirana berbalik menatap Amira. "Santai aja kali, mungkin tadi Pak Bima cuman ngeprank kita doang." Jawabnya terkekeh.
"Ngeprank kata lu, yang ada nilai kita semua anjlok." Balas Amira.
"WOI GAK KE KANTIN?" Seru Devan yang entah sejak kapan cowok itu sudah berdiri didekat bangku mereka. Cowok itu mengernyit begitu melihat wajah Amira yang sedaritadi ditekuk. "Nih cewek kenapa? Habis diputusin siapa lu kok suram gitu mukanya?" Tanyanya dan tertawa.
Amira menoleh menatap Devan malas. "Habis diputusin Pak Bima!" Jawabnya kesal.
"Hih serem banget pacaran sama om-om." Cowok itu bergidik ngeri. "Doyan lu ya sama umur segitu? Ingat Raa, Pak Bima udah punya istri. Malu lu kalau jadi pelakor." Cerocos Devan seolah-olah sedang menceramahi Amira. Sungguh polos-polos berhadiah wahai dirimu, Devan:")
KAMU SEDANG MEMBACA
DERANA [COMPLETED✔️]
Teen Fiction[MY PERFECT BOYFRIEND NEW VERSION] Perasaan terburuk ketika mengetahui telah dibohongi oleh seseorang yang kamu percaya. DERANA Copyright 2016 - amandrug