DERANA - 31

104K 4K 65
                                    

*********

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*********

Dareen menghampiri Karin yang sudah berdiri didepan mobilnya sambil tersenyum menatap kedatangannya.
"Ngapain disini?" Tanyanya ketus. Ia mengambil kunci mobil didalam saku celana bersiap untuk pulang.

"Tungguin lu." Cewek itu langsung menggandeng tangan Dareen menatapnya dengan nanar. "Ketemu papi ya?" Rengeknya manja.

"Ck! Lepas," Dareen menepis tangan Karin menjauh darinya. "Gue masih ada urusan, lainkali saja. Gue titip salam sama papi lu." Ujarnya. Dan berjalan masuk ke dalam mobil.
Ia segera menyalakan mesin mobil dan mendengkus kesal begitu melihat Karin yang berdiri tepat didepan mobil sambil merentangkan tangannya.

"Gue gak mau pindah, kecuali lu bolehin gue pulang sama lu!" Tukas Karin.

Dareen langsung menurunkan kaca mobilnya dan sejenak mengeluarkan kepalanya lewat jendela. "Lu mau pindah, atau gue tabrak sekalian?" Tanyanya.

"Tabrak saja!"

"Ck!" Cowok itu berdecik dan memukul pelan stir mobilnya. "Sial." Umpat Dareen kesal dan kembali menatap Karin yang masih tidak berpindah dari tempatnya.
"Buruan masuk." Pintahnya.

Senyum Karin mengembang dan berjalan semangat menuju mobil. Ia duduk disamping Dareen sambil menaruh tasnya diatas pangkuannya. "Makasih, gue sayang sama lu." Ucapnya lagi-lagi tersenyum.

Dareen tidak menjawab dan memilih menancap gas melaju keluar dari area sekolah.

- - - - - -

Jian menatap kesal kearah Devan yang sedaritadi menertawakannya karena panik begitu menengok cowok itu di uks.
"Udah dong ketawanya, gue juga malu kampret. Tau gitu cuma prank, gue juga ogah mau khwatir sama lu." Sahutnya sambil mengerucutkan bibir.

Mereka berempat memutuskan duduk nongkrong di starbucks. Berhubung untuk merayakan Devan dan Kirana yang tidak jadi kena hukuman, plus! Berhasil menglabui Bu Lalisa dengan akting pura-pura kejang dan bikin satu sekolah heboh karna ulah mereka.

Amira juga sedaritadi ikut tertawa melihat Devan.
"Tapi parah sih kalian, gosipnya langsung tersebar luas di sekolah." Sahutnya.

Jian menghembuskan nafas panjang. "Gue sih berharapnya ada yang video pas kejadian itu, biar gue sebarin digrup angkatan." Tuturnya.

Devan yang mendengar itu hanya bisa tertawa. Untung sekali pas kejadian itu tidak ada yang berani merekam. Ia juga sudah menanyakan beberapa murid yang ikut terlambat dengannya tadi, kalau mereka juga tidak berani mengambil video saat-saat seperti itu. Heheh tertypu mereka semua:v

"By the way..." Jian menatap Kirana yang sedaritadi hanya diam sambil menyimak mereka ketika ngobrol. "Dareen mana? Kok gak bareng sama lu?" Tanyanya.

"Ehm—" Kirana sejenak melirik Devan yang sedaritadi sudah menatapnya. "G-gak tau sih, dia gak ada kabar juga." Jawabnya sambil terkekeh.

     Amira menghela nafas. "Lu mending fokus sama Dareen, Ran. Karin soalnya nempel terus sama dia." Ucapnya.

     "Ah gak, kok." Jian menyela. "Karin temanan doang sama Dareen sih sejauh ini— babe jangan kebanyakan curiga dong sama orang, dosa lho." Ucapnya sambil menyengir.

     "Dareen bukannya sudah balik—"

"Lu serius kalau mereka cuma teman?" Celetuk Devan yang tiba-tiba memotong ucapan Kirana. Masalah ini, ia sudah memutuskan untuk turun tangan dan ikut serta membantu Kirana.

"Iya," Jian mengangguk. "Sama kok, seperti kalian." Lanjutnya.

     Devan melirik sekilas ke Kirana. Dari raut wajahnya yang sendu sudah pasti pikiran cewek itu sekarang sedang berkelana kemana-mana.
Ia berdiri yang membuat Kirana menoleh menatapnya. "Ehm—guys gue sama Kirana pamit pulang deh." Ujar Devan.

     Jian mengangguk. "Yasudah, hati-hati bro."

     Devan tersenyum dan mengisyaratkan Kirana agar segera mengikutinya keluar dari starbucks. Setelah mereka berdua masuk ke dalam mobil, cowok itu menatap Kirana dengan intens.
     "Dareen gak mungkin balikan sama Karin. Sudah dengar kan yang Jian bilang tadi?" Ucapnya.

     Kirana mengangguk pelan. "Tapi bisa saja Dareen balikan tanpa sepengatuhan Jian." Balasnya.

- - - - -

     "Sini, duduk sebentar."

     Cowok itu mengangguk dan duduk disofa kosong samping pria yang tengah menyimpan koran diatas meja.

     Pria itu tersenyum menatap Dareen. "Lama tidak jumpa, Dareen." Sapanya hangat.

     Dareen menundukan kepalanya sejenak dan tersenyum. Tadi, ia samasekali tidak berniat untuk mampir sebentar dirumah Karin. Tetapi begitu cewek itu bilang kalau papinya tengah menunggunya, ia jadi tidak enak dan memutuskan untuk mampir.

     "Gimana dengan hubungan kalian berdua? Baik-baik saja?"

     "Ehm..." Dareen tersenyum kikuk dan mengangguk. "Baik-baik saja om." Jawabnya.

     "Bagus," Pria itu kemudian mengambil secangkir kopi kemudian menyerupnya sejenak dan kembali menaruh cangkir kopinya diatas meja.
     "Saya sebenarnya sudah lama merencanakan ini, Dareen."  Tuturnya menatap intens Dareen.

     "Apa itu, om?"

     Sejenak pria itu menghembuskan nafas. "Pertunangan kalian."
     Dareen tertegun begitu mendengar ucapan itu. Ia tetap diam dan menunggu pria itu melanjutkan ucapannya.

     "Gimana kalau pertunangan kalian kita adakan pas pelulusan sekolah?"

*************

//

Part 31 revisi Done ✔️

DERANA [COMPLETED✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang