"Apa sudah siap?" Teriak seseorang berpakaian santai dengan ID card menggantung di lehernya."Siap. Sekarang dimulai saja" Sahut seorang wanita berpakaian sama mengacungkan jempolnya. Tangan kirinya membawa sebuah papan tipis.
Suara lengking mikrofon berbunyi. Beberapa lelaki berdiri dan masing-masing menggenggam sebuah mic. Aku hanya duduk di salah satu bangku di antara sekian ribu buah yang ada.
Nada dari pita suara dan alunan musik membuatku terbuai. Ini sangatlah merdu. Tujuh orang pemuda berada di atas panggung yang hampir sempurna itu. Mempersiapkan apa yang akan jadi kejutan mereka untuk para pecintanya, 5 Jam dari sekarang.
"Hye Ryeong-ah" Pundakku disentuh pelan oleh seseorang. Aku menoleh enggan. Entah sejak kapan aku terlalu fokus sehingga tak menghiraukan sekitarku. Lelaki bertubuh gempal dan berambut hitam itu menggerakkan ibu jarinya ke arah belakang tubuhnya.
"Ah maaf Pd-nim. Baik, nanti saya menyusul" Kataku sambil tersenyum dan ia membalas yang sama lalu meninggalkanku di bangku ini.
Pandanganku kembali ke arah panggung yang bertuliskan 'Epilogue : Young Forever'. Jari runcingku menyelipkan beberapa helai rambut ke balik telingaku. Duduk di sini sangat nyaman. Dari sini bisa kulihat betapa indah panggung yang sudah ditata selama 1 minggu ini. Sepasang mata menatapku dari sudut panggung.
"Hye Ryeongie.." ujar seseorang. Suaranya amat khas. Berjalan mendekat dan duduk di bibir panggung. Menopang dagunya dan tersenyum manis.
"Oh! Jimin-ssi" Ucapku cepat. Memperbaiki posisi dudukku. Ini salah satu upaya menutupi kegugupanku.
"Hye Ryeong-ah, apa kau benar-benar akan pergi?" Tanyanya dengan nada sedih. Tatapannya meredup. Menatapku dari atas panggung. Kepalaku tertunduk. Kaki dan tanganku terasa dingin. Mengingat itu mataku memanas. Sebuah kristal bening meluncur begitu saja dari sudut mataku.
* * *
"Baik,bu. Aku sudah pesan tiketnya kemarin. Baiklah, sampai jumpa. I Love you." Panggilan pun diputus. Aku senang akan berkumpul lagi dengan keluargaku. Namun, di sudut ruang rias seseorang menatapku kecewa. Saat mataku dan matanya bertemu, dia mengalihkan pandangannya. Bercanda gurau dengan rekan akrabnya, Kim Taehyung. Aku mengusap kasar kedua mataku dan beranjak pergi.
"Eonnie, aku ingin keluar sebentar. Boleh?" Tanyaku kepada seorang wanita yang usianya lebih tua dariku. Ia merupakan penata rias yang sedang duduk dan menatapku. Ia hanya tersenyum untuk memberitahu bahwa ia memperbolehkan.
Tujuanku adalah Taman di depan gedung yang tak terlalu ramai. Para fans sudah berada di dalam. Mungkin dengan ini aku bisa tenang sejenak.
Mataku menatap pemandangan yang terlukis sempurna di atas sana. Bintang-bintang itu bertebaran menghias langit malam negara nippon. Angin dingin membelai kulit dan membuat rambutku yang tergerai bergerak bebas. Kurasakan hangat yang membalut tubuhku. Sebuah jaket tebal menutup pundakku. Aku menoleh dan mendapati seseorang yang kini telah duduk tepat di sebelahku.
"Ini malam yang Indah bagi BTS dan menyakitkan bagi Park Jimin." Aku menatap bingung wajahnya yang mendongak menatap langit malam yang sama. Ia menghela napas berat dan mengusap rambutnya yang berkilap di timpa cahaya lampu Taman.
"Kuharap kau mengerti perasaanku, Ryeong-ah. Aku sudah menunggumu. Kau tahu." Ia menatapku sekilas. Mataku mulai mengabur. Aku mengedipkan mataku berulang.
"Jimin-ssi, Kenapa kau masih disini?" Tanyaku mengalihkan pembicaraan. Dia menoleh dan tersenyum. Senyuman yang dipaksakan.
"Tenang saja, masih ada sekitar 30 menit. Itu cukup" perasaanku kini mulai frustasi. Bercampur perasaan senang kembali dan sedih pergi.
"Oh iya, Hye Ryeong-ah. Kapan kau akan pergi? Pasti senang sekali ya akan pulang." Ujarnya sambil tersenyum getir. Kulihat sedikit kilauan cahaya di sudut pelupuk matanya.
"Em.. iya. Dan ini membuatku bahagia" Kata-kata itu keluar begitu saja. Kucoba untuk terlihat baik-baik saja. Suasana di sekitar kami pun lengang sejenak. Hingga akhirnya Jimin bersuara.
"Apa kau tak ingin mengucapkan sesuatu untukku sebelum kita berpisah? Ah iya.. kau sudah memutuskan berpisah denganku beberapa hari yang lalu. Jadi kurasa cukup." Perasaan bersalah menghantuiku. Aku bahkan tak berani menatap matanya hanya untuk beberapa detik saja.
"J-Jimin-ah..." ucapku lirih. Kulihat tak ada lagi seseorang di sampingku. Tangisku pecah. Memori yang sebetulnya ingin kulepaskan malah makin lekat di ingatanku.
"Aku... masih mencintaimu Park Jimin..Maafkan aku" Gumamku pelan. Air mata terus mengalir tak terbendung. Aku terkesiap saat sepasang tangan memelukku dari belakang.
"Itu yang ingin kudengar. Terimakasih" Bisiknya di telingaku. Jiwaku tak terkendali dan memeluk tubuh lelaki yang kini sudah berada di hadapanku. Menumpahkan seluruh rasa sakit yang terpendam. Pelukan ini cukup menyalurkan apa yang kurasakan padanya.
"Jimin hyung..." Panggil seseorang, Jungkook. Nadanya menurun. Kutahu Jimin sedang memberi kode kepadanya. Langkah kaki Jungkook terdengar samar. Jimin melepaskan pelukannya dan menatapku sambil mengukir senyum.
"So, do you wanna back to me?" Tanyanya dengan nada memohon. Jantungku berdegup kencang. Napasku terasa berhenti di pangkal tenggorokanku. Suaraku sulit berkompromi dan membuatku bersusah payah mengontrol emosiku. Jimin, aku jatuh kepadamu untuk kesekian kalinya.
Anggukan kecil dan rona merah ini sudah cukup untuk menjawabnya. Jimin tersenyum lebar dan mengedarkan pandangannya."Terimakasih" Katanya singkat. Suara tepuk tangan terdengar. Kami —aku dan Jimin— menoleh hampir bersamaan dan beberapa staff bertepuk tangan. Termasuk member BTS yang lain. Jin,Suga dan Rapmonster bertepuk tangan. J-Hope berteriak girang seperti usai mendapat lotre.
"Good Job, Jimin-ah!" Teriak V sambil mengacungkan ke atas kedua jempolnya. Jimin hanya tersipu-sipu.
"Jimin Hyung! Mantap!" Teriak Jungkook tak kalah. Malam ini jadi begitu spesial dan menyenangkan. Kutatap mata Jimin yang berbinar.
"Hye Ryeong-ah, aku ingin konser ini ditonton banyak fans. Dan seorang lucky fan yang memiliki big fanboy bernama Park Jimin." Ujar Jimin sambil meraih dan menggenggam tanganku.
"Aku pasti akan melakukannya, Jimin-ah. Dan aku juga akan memberikan tanda terbaikku untuk fanboy ini." Ujarku seraya mencubit pelan pipi Jimin.
* * *
Konser dimulai. Sangat meriah dan antusias fans begitu luar biasa. Aku beruntung memiliki seseorang yang disukai banyak orang. Sebuah banner kecil kuangkat. Jimin mengedarkan pandangannya dan berhenti padaku. Tersenyum bibirnya dan eyesmile yang manis.
"Aku mencintaimu" ujarnya sambil membentuk love sign dari kedua tangannya membuat fans berteriak histeris. Di bangku ini kulihat dia sering menatapku dan membuat hatiku meleleh sempurna.
Dengan hal ini, Jimin benar. Aku seharusnya bisa mengerti perasaannya. Tak tenggelam atas egoku sendiri. Dan walaupun aku pergi aku akan tetap kembali. Terimakasih sudah hadir ke dalam hidupku, Park Jimin.
--------------
Ekhm~ eakkk!
Gimana nih? Next gak?
KAMU SEDANG MEMBACA
IMAGINE BTS
FanfictionTidak apa-apa jika ingin membaca, hanya saja diharapkan memperhatikan kondisi fisik dan mental. Imajinasi yang begitu tinggi dapat menyebabkan jantung berdebar kencang, timbul rasa ingin memiliki, serta pahitnya kenyataan yang tidak bisa dihindari...