Ex-Girlfriend

5.9K 433 4
                                    

Jam mengeluarkan suara yang membuat suasana bertambah membosankan. Terkadang suara ranting-atau entah apa-dijatuhkan burung kecil di atas atap. Belum lagi suara tak nyaman dari perutku. Ya, aku lapar.

Aku berbaring gusar di kamar. Malas sekali menyentuh ponsel. Aku lebih memilih diam dan menatap langit-langit kamar. Memikirkan sesuatu.

Aku yang pertama?

Atau bukan? Banyakkan mantannya?

Bagaimana mantannya dulu?

Apa lebih cantik dan manis dariku?

Tak tahu kenapa pikiran dan pertanyaan itu berkelebat di otakku. Selama ini aku penasaran akan hal itu. Setiap kucari tahu, tak ada satupun fotonya dengan sang -ralat, para mantan. Ada saja yang menutupi wajah mereka. Menyebalkan.

Ponselku berdenting, menandakan ada pesan masuk. Aku membulatkan mata membaca itu. Bagaimana telingaku tak mendengar bel dan ketukan pintu? Dia bahkan datang lebih cepat dari yang kukira.

Aku langsung turun dari kasur. Membenarkan pakaian dan rambutku. Mengusap wajahku yang takut-takut tampak kusam. Tenang, aku sudah mandi.

Setelah pintu terbuka, seorang lelaki tampan bak dewa Yunani-berlebihan- sedang berdiri memainkan ponselnya. Ponselku berdenting. Dia masih saja mengirimkan pesan. Padahal aku sudah bukakan pintunya.

Dia mendongak dan menatap pintu. Dahinya berkerut. Aku menatapnya datar dan berkedip-kedip. Beberapa detik setelahnya, dia menunjukkan cengiran kotak khasnya.

"Sudah dibuka ya?" Aku memutar bola mata malas. Mengangguk dan menyuruhnya masuk.

Dia meletakkan sebuah kantung di meja dekat sofa. Dan menghempaskan tubuhnya ke sofa. Aku duduk di sebelahnya. Menatap lapar kantung itu.

"Itu, pesananmu." Ujarnya sambil menunjuk kantung itu dengan dagunya. Aku tersenyum lebar dan langsung membuka kantung itu. Berisi makanan. Beruntungnya punya pacar perhatian.

Sembari melahap makanan itu, tiba-tiba aku teringat sesuatu. Aku menoleh ke arahnya. Ah, dia sedari tadi senyum-senyum sambil melihatiku makan. Ini agak membuatku malu.

"Kenapa melihatiku terus?" Tanyaku sambil menelan makanan di mulutku. Dia tertawa.

"Tidak ada. Melihatmu makan membuatku kenyang duluan." Ujarnya dan makin tertawa. Aku memanyunkan bibir. Maaf, tidak ada maksud aneh-aneh.

"Aneh. Oh ya-aku mau tanya," Kataku. Dia mengangguk dan mendekatkan tubuhnya ke arahku, wajahnya juga hingga hidung mancungnya nyaris mengenai hingungku yang-yah, biasa saja.

Aku mendorong wajahnya. Jantungku berdebar, ngomong-ngomong. Dia tertawa innocent. Imut.

"Jangan dekat-dekat! Mulutmu bau kambing!"Pekikku. Dia manyun. Lalu mengecek bau mulutnya, lalu menggeleng.

"Aku Wangi. Tadi sudah sikat gigi, kok." Ujarnya sambil menatapku sebal. He is fuckin' cute, girls><

"-Apa kau punya mantan pacar ,Taetae oppa?" Tanyaku tanpa ragu. Tak peduli dengannya yang berulang kali meniupkan hawanya di telapak tangannya. Seketika dia terhenti dan menatapku. Tersenyum manis. Dia mengetukkan telunjuknya di bibir.

"Chu dulu," Ujarnya, cih, aku langsung menaikkan alis dan berdecih, "Bercanda, sayangku..." dia mencubit hidungku gemas. Well, wajahku panas.

"Ada," katanya, "ada berapa ya? Satu..dua..em.. entahlah, aku lupa." Dia mengedikkan bahu dan mencomot makanan di depanku. Dahiku berkerut. Berarti mantannya banyak?

"Mereka cantik?" Tanyaku. Sadar tak sadar, aku menahan napas.

"Tentu saja,"

DEG--

"Karena mereka perempuan. Masa tampan?" Dia terkekeh. Aku mendengus. Mencubit kedua pipinya dan membuatnya melar seperti permen karet.

"Aw-aw! Jangan dicubit, sayang.." Rengeknya. Aku tertawa dan tersenyum, entah manis atau tidak, setidaknya aku berusaha semanis mungkin. Kulihat wajahnya, tak tahu karena efek lampu atau memang pipinya merona, entah.

Aku tak peduli dan melanjutkan makanku lagi. Aku masih merasa kalau dia masih tersenyum ke arahku. Andai bisa kupelankan jantungku yang tak bisa berhenti berdetak kencang.

"Apa kau ada rencana?" Tanyaku tanpa menoleh ke arahnya.

"Tidak. Memangnya kenapa?" Balasnya. Aku menoleh ke arahnya. Sambil tersenyum jahil.

"Ya, barangkali oppa ada rencana mengadakan reuni dengan para mantan, maybe?" Alisnya naik. Dia mengerucutkan bibir dan mengalihkan wajahnya dariku.

"Impossible." Gerutunya. Lalu menghadapku lagi. Wajahnya imut, kalau ingin tahu, mirip kucing yang minta di pungut. Aku langsung memeluknya.

"Kalau begitu, apa aku akan jadi mantanmu juga?" Tanyaku. Dia membalas pelukanku. Dan mengecup puncak kepalaku.

"Tentu saja," Aku langsung melepas pelukanku dan menatap wajahnya, "Apa?"

"Hei-hei dengar dulu-" Dia terkekeh, menangkup wajahku dengan kedua tangannya," Tentu saja kau akan jadi mantanku, karena kau akan jadi istriku setelah aku putus denganmu."

Ya. Aku tersipu. Ini bukan yang pertama kalinya dia membuat jantungku berdebar-debar. Tapi, inilah yang pertama kalinya aku menemukan keseriusan dan ketulusan penuh akan kalimatnya. Sulit kutemukan itu pada pemuda lain. Itu membuatku kagum padanya.

Dia mengusakkan hidung mancungnya ke hidungku. Aku tersenyum tertahan karena tangannya menekan kedua pipiku. Kemudian ia melepasnya.

"Lanjutkan makannya." Katanya sambil mengelus rambutku. Aku mengangguk. Dan meraih makanan lagi. Dan melahapnya. Kudengar dia terkekeh.

"Sayang?" Panggilnya. Belum sempat aku menoleh, dia mengecup pipiku dengan kecepatan rambat cahaya. Aku mematung dan berhenti mengunyah secara spontan. Dia tertawa lucu melihat reaksiku. Dengan lambat aku menoleh.

"Pipimu lucu, hehe." Ujarnya dan tersenyum bodoh. Lalu senyumnya dengan cepat hilang dan langsung disambut senyuman menggodanya. Menaik-turunkan sebelah alisnya. Menjilat bibirnya yang mungkin kering.

Aku bahkan lupa cara bernapas sekarang. Dia, Kim Taehyung, idiot tampan ini, selalu ada cara membuatku mati muda. Setelah sadar aku langsung mencubit perutnya dan berdiri, berlari ke kamar mandi. Menetralkan wajah dan jantungku. Dia tertawa keras lalu berteriak.

"Semoga jantungmu baik-baik saja, sayang!"

Kim Taehyung idiot.

Tapi, aku mencintainya.
'
'
'
'
'
'
'
'
'
'

'
'
'
'
'
Lost ma wey eh he e e e e..
Lost ma wey he e e ey e e eyeh.. :v

Piwittt~ baper gak? Gak.

Ah sudahlah... its okay....

Gak maksa kok beibs ❤

-vey 💪

IMAGINE BTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang