Shape Of You

4K 259 5
                                    

Chapter special his  POV.

BGM : Ed Sheeran - Shape Of You
(Sesuai judul, kalau lagunya habis, putar ulang. Ehe.)

.

.

Sepanjang hari yang kuhabiskan dengan bersenang-senang, merenungkan masalahku, atau berbuat sesuatu yang konyol. Terkadang, sebisa mungkin aku menampilkan senyuman yang tampak tulus. Namun, tak dapat kutampik, kalau itu sulit.

Teman dan banyak orang di sekelilingku. Dan aku bahagia akan fakta kalau mereka menyukaiku.

Hanya saja, aku sedikit takut untuk jatuh ke dalam sebuah pesona. Well, aku tak pernah sedikitpun merasa memikirkan itu.

Ketika pertanyaan itu datang padaku—aku dengan cepat membuat alasan seperti, permisi, aku ingin ke toilet.

Aku bukanlah orang yang sempurna. Dan—cukup. Mereka hanya belum tahu saja tentangku, diriku yang asli. Dulu, aku hanya sebuah cover. Bukan isi, masih banyak halaman-halaman yang belum dibaca orang lain.

Tiba saat waktu menghampiriku, aku jatuh cinta, untuk yang sesungguhnya—pertama kali.

Aura kuat yang didominasi positif, membuat elektron di tubuhku bereaksi dan bergerak lebih cepat. Membuat setiap inchi terasa tersengat listrik.

Aku selalu berdebar karenanya.

Ketika takdir itu datang, dan sangat tidak elit, menurutku. Bertemu lagi dengannya di sebuah penyebrangan jalan? Atau tak sengaja melihatnya melenggok di balik kerumunan pecinta di bandara.

Selalu aku berharap dan berharap. Bahkan aku sudah bercerita pada karibku, dia selalu bilang—jangan terlalu banyak bicara, Taehyung. Dan memintaku untuk mengejarnya. Aku hanya butuh keajaiban.

Dan saat itu, keajaiban berpihak padaku. Kami bertemu. Bertatap muka, dan ia yang tersenyum kecil.

Aku tahu dia mengenalku, cukup dilihat dari gerak-gerik yang canggung dan lucu itu. Ah, menggemaskan. Aku pun menyukai dia menatap dengan alis yang berkerut saat aku melemparkan kulit kacang.

Aku bahkan rela menahan mati-matian saat meminta restu kepada orang tuanya. Mereka memberiku tatapan tajam. Oh, dan lebih sulit lagi, karena aku tak fasih berbahasa. Tapi biarlah, semuanya akan berbuah manis.

Ia dan keluarganya ramah dan aku senang.

Jujur saja, saat pertama kali melihatnya, aku jatuh dalam pesonanya. Dan sampai saat ini. Ia makin mempesona dan menawan hari ke hari.

Aku memperhatikan bagaimana dia mengurus si kembar itu dengan telaten. Tak pernah terbayang kalau saat dirinya mengandung, dua anak kembar, laki-laki dan perempuan. Itu anugerah.

Aku dapat merasakan rambut panjang hitamnya di jemariku, dan ia menoleh tersenyum padaku sebelum mengecup pipi berisi dua anakku di tempat tidur mereka.

"Aku ingin kita qtime dulu, sayang," ia mengangguk dan menggaet lengan kiriku.

Kami duduk di depan televisi. Menampilkan acara humor yang bagus. Kami menikmatinya. Tak jarang tergelak dengan lepas tanpa beban. Aku lupa satu hal, aku menyukai caranya tertawa. Dia tertawa begitu lepas—benar-benar lepas. Itu membuat hatiku nyaman.

"Apa jadwal syutingmu ada bulan ini?" Tanyanya. Membuatku menaikkan kedua alis tinggi. Dia terkekeh dan mengecup puncak hidungku.

"Tidak ada," jawabku. "Kenapa?"

Dia menaikkan bahu, "entahlah. Aku ingin olahraga."

"Untuk apa?" Dia merengut dan mendengus. Menatap lagi ke arah televisi. Tapi aku tersenyum tipis, tangannya menggenggam telunjukku—itu karena, begitu kontras perbedaan panjang jemari kami. Aku ingin tertawa.

"Aku ingin menurunkan berat badan," dia langsung menoleh. "Sudah jarang olahraga, nanti penyakitan. Kau mau?"

Aku tertawa dan menggeleng. Kemudian mencubit pipinya dan ia meringis sambil memukul dadaku pelan. Lucunya.

"Jadi, istriku memintaku menemaninya?" Godaku. Dia mengangguk cepat. Kemudian memelukku, menyandarkan kepalanya di dadaku. Hei, aku terlalu terkejut.

"Apa aku makin berat?" Tanyanya. Aku menghela napas.

"Justru kau semakin kurus, sayang," kataku cemas. "Kasihan si kembar kalau ibunya sakit karena telat makan."

Dia mendongak, aku balas menatap langsung ke matanya, "ya, maaf."

Aku mengecup puncak kepalanya lama. Menghirup wangi shampoo yang ia pakai. Membiarkannya mendekapku dengan erat. Aku terlalu rindu dengannya.

Sampai kapanpun, aku tak akan pernah memberitahunya tentang suatu hal. Dan itu akan menjadi rahasia, sampai akhir hayatku. Yang tak akan pernah kuungkapkan kepadanya.

Karena ini, adalah satu-satunya yang kurasakan dan tak dapat kuucapkan dengan kata-kata. Terasa baru kemarin aku merasakannya, seperti anak remaja yang merasakan itu. Tapi aku tak cukup blak-blakan untuk itu.

"Menurutmu, apa jadinya kalau aku akan punya kulit keriput dan uban yang memenuhi kepalaku?" Tanyanya. Menegakkan badannya, membuat kedua tangannya di pundakku.

"Aku juga akan seperti itu," jawabku cepat. "Kau tetap akan cantik, karena aku sangatlah mencintaimu."

Kami saling tersenyum. Aku memperhatikan wajahnya dengan seksama. Mata, hidung—ia bilang, hidungmu lebih mancung dan bagus, aku iri. Bibirnya yang merah, entahlah, aku ini pria normal asal kau tahu.

Pagutan manis disana dan sejenak ia menarik kaosku. Membuatku menatapnya kebingungan. "Kenapa?"

Dia menyentil pelan telingaku, "tidakkah kau dengar? Anakmu menangis di kamar."

Oh, astaga. Itu sangat tidak baik untukku. Dan, yah, setidaknya yang itu tadi begitu manis. Kami sudah berumah tangga dan jarang seperti ini. Terlebih lagi, aku yang begitu sibuk.

Ia beranjak dan meninggalkanku sendiri. Aku tak bisa bohong kalau aku terkekeh. Dia begitu lucu, aku tahu wajahnya merona tadi. Padahal, ini bukanlah malam setelah pernikahan.

Dia cantik. Dan kepribadiannya yang membuatku makin tak bisa melewatkannya sedetikpun dari pikirkanku.

Hatiku bergetar untuknya. Aku jatuh cinta kepadanya. Jatuh cinta untuk yang tak tahu ke berapa kali.

Aku jatuh cinta padanya atas segala tentangnya.

_____________________________________

Hai, hai, hai!!

I'm backeu~
UNBK lancar, walaupun otak ini yang kadang suka macet.
Belum isi bensin.

Jadi....?
Nah! Mau kasih tau nih ya, kalau yang chapter spec. Couple di updatenya seling-selingan sama yg his pov.

Udh tu aja.

Gapenting emang. Ehe.

➡I am wonderwomen, not Thor.
➡So, call me baby. Yah.

Vey🐠

IMAGINE BTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang