Season

3.9K 339 7
                                    

Hari ini dingin. Yah, walau lebih dingin dia.

Meskipun hangat, tak ada yang sehangat dirinya.

Kalau kau mencoba membandingkannya dengan es krim. Dia seperti itu. Dingin tapi begitu manis.

Aku tak pernah menyalahkan sikapnya yang tiba-tiba berubah. Dia bukanlah manusia sempurna. Aku hanya memperkirakannya seperti cenayang amatir.

Kau tahu? Dia itu seperti musim yang ada di dunia. Kadang dingin, hangat, ceria penuh Cinta. Itulah dia.

Tanganku meraba wajah damainya di sebelahku. Mengalihkan helai rambut yang menutup matanya. Aku pun baru sadar kalau rambutnya kian panjang.

Padahal, baru Bulan kemarin dia memotong rambutnya. Ternyata tumbuh begitu cepat.

Kalau boleh aku bilang, Cinta dan sayangku seperti itu. Akan terus tumbuh seiring waktu. Meskipun terhalang musim, tetap akan kembali dan akan selalu seperti itu siklusnya.

Dia mengerang pelan. Bibir tipisnya mengecap lucu. Ia menggeliat sebelum mata sipit itu mengerjap perlahan. Aku memilih duduk dan menatapnya geli.

"Good morning, sunshine!" Aku menunduk sedikit dan mengecup bibirnya. Ia tersenyum tipis. Aku kembali menegakkan tubuhku dan tersenyum lebar.

Dia perlahan ikut duduk dan menguap kecil. Kemudian menatapku dengan mata sayu khad bangun tidur. "Sudah bangun dari tadi, ya?" Tanyanya dengan suara parau.

"Tentu saja. Sebelum Tuan Matahari muncul pun aku sudah sibuk menatap boneka salju ini." Ujarku sambil mencubit kedua pipinya yang agak tirus.

"Benarkah?" Dia menaikkan sebelah alisnya. Aku mengangguk semangat. "Kalau begitu biarkan boneka salju ini memberi hukuman untuk gadis yang memperhatikannya saat tidur."

Aku hanya terkekeh geli saat pria pucat seperti salju ini mencium hidungku berkali-kali. Entah karena gemas atau apa.

"Berhenti! Tanganmu dingin, Yoongi-ssi!" Gurauku. Dia malah tertawa dan sekarang tangannya menangkup wajah hangatku yang sudah kupastikan merona hebat.

"Lihatlah istri cantik ini.. Seperti bakpao.." Celotehnya. Aku memekik dan mencubit pinggangnya karena ia menggigit pipiku dengan sengaja.

Dasar gila! Untung aku sayang.

Aku dan dia terengah-engah masih sibuk menetralkan tawa. Kemudian ia menyentil jidatku pelan.

"Ugh! Yoongi oppa! Ck." Dengan mode yang berubah. Aku memeluknya. Dia tertawa kecil.

"Kenapa?"

"Jangan bodoh! Aku tahu kau kemarin tak makan seharian. Sok pergi dari malam dan pulang malam lagi."

Dia menjauhkan tubuhku. Dan menatapku dengan wajah serius. Eh—dia tak berganti kepribadian 'kan? Oh tidak, bukannya aku mengatai suamiku sendiri.

"Kalau iya memangnya kenapa?" Tanyanya datar. Mengerikan.

"T-tidak.. h-hey! Aku tak mau kau sakit..." Suaraku bahkan gemetar. Semakin pelan di akhir kalimat. Aku menundukkan kepalaku menatap jemari yang kugenggam—jemarinya.

Aku merasakan tangan dingin mengangkat daguku. Mencium bibirku sekilas. Aku hanya membeku.

"Apa kau sekhawatir itu?" Tanyanya masih dengan suara yang sama. Aku hanya mengangguk. Aku rasa sebentar lagi aku akan menangis.

"Baiklah kalau begitu.." Dia tersenyum simpul. "Kau harus membawakanku bekal setiap hari, bagaimana?"

Aku tersenyum haru. Memeluknya erat. Seakan tak ingin melepaskannya sedetikpun. Ia mengelus Puncak kepalaku. Sesekali kecupan manis di keningku.

"Dengan senang hati. Karena aku mencintaimu, Min Yoongi.. sangat."

"Aku juga mencintaimu, istriku."

__________________________________

Note:

Setelah sekian lama gak update.
Sekalinya update chapternya pendek. Gak apa lah ya...

Jadi, disini... kalian (rd; reader) adalah istri atau pacar dari cogan BTS.

So yah.. berarti cerita ini di khususkan buat para fangirl. Heheh.

Oh, iya! Thanks udah mau baca cerita—lebih tepatnya imagine unfaedah ini ❤

Love ya!

-Vey-🐪

IMAGINE BTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang