Hari ini terasa dingin sekali. Padahal aku sudah memakai pakaian panjang. Tapi kurasakan keringat mengalir di pelipisku. Aku merasa benar-benar kedinginan. Ditambah tubuhku yang terasa remuk. Disentuh sedikit saja rasanya tubuhku sakit semua.
Aku bergerak gelisah di tempatku. Ingin berdiri dari sofa ini tapi sulit. Kakiku terasa keram. Sudah berapa lama dalam posisi duduk dengan beban seperti ini, aku pegal.
Aku menunduk sedikit. Menempatkan salah satu telapak tanganku ke pipi seorang lelaki yang terlelap di pangkuanku. Aku mengelus-
Tidak. Aku mencubit pipinya. Dia mengerang kesal. Tapi, aku lebih kesal.
"Pindah oppa! Aku pegal!" Ketusku. Dia malah asyik dengan hpnya dan makin mengusakkan kepalanya di pahaku. Damn!
"Shh-" Aku menahan geli dan ngilu. Dia mendongakkan kepala.
"Kau kenapa?"
"Pegal.." Kataku dengan suara bergetar. Rasanya aku ingin menangis. Dia langsung bangkit dan memandangku dengan perasan bersalah.
"Mianhae.. Sini." Dia menarik kakiku ke atas pangkuannya. Memijat dengan perlahan. Aku masih menahan isakanku.
"Oppa.. aku lapar.." Aku memintanya bukan tanpa alasan. Tubuhku lemas dan rasanya ingin ambruk begitu saja. Kurasakan pening di kepalaku. Tubuhku langsung bersandar ke arah samping di punggung sofa.
"Kau kenapa, honey?" Tanyanya. Terdengar khawatir. Punggung tangannya menyentuh dahiku. "Kau demam."
Aku hanya diam dan membiarkannya mengangkat tubuhku ala bridalstyle. Membawaku ke dalam kamar.
Dia menidurkanku di atas kasur. Selimut menutup tubuhku seleher. Dia masih menatap penuh kekhawatiran. "Oppa masak makananmu dulu, okay?" Aku mengangguk dan masih lemas.
Dia datang dan membawa baki makanan. Meletakkannya di atas nakas. Tak tahu kenapa jika demam, aku jadi lebih sensitif. Mataku memanas. Tak lama kemudian, aku sudah menangis.
"You okay?" Aku menggeleng pelan. Aku hanya ingin dia memelukku sekarang. Seolah tahu maksudku, pria tampanku tidur di sebelahku. Memelukku dengan tubuh tegapnya. Aku merasa hangat.
Rasanya seperti ini jika dipeluk oleh orang yang amat kita cinta. Kukira ini hanya anganku saja. Umur pernikahan kami yang baru berjalan beberapa hari yang lalu.
"Kau makan apa? Sampai demam begini." Dia membelai rambutku dan mengecup keningku.
"Aku merindukanmu oppa.." rengekku. Itu spontan. Aku tak tahu kenapa jadi manja seperti ini. Tapi, jujur, aku benar-benar rindu kepadanya. Biasa, pekerjaan. Baru bisa bertemu dengannya setelah beberapa hari sesudah pernikahan kami.
Dia makin mengeratkan pelukannya. Aku menutup mataku saat dia mengecup keningku yang mungkin hangat.
"Begitu rupanya.. Oppa juga. Sampai segitunya hingga sakit begini?" Dia mencoba menatap wajahku. Jangankan menjawab, sekedar tersenyum saja aku sangat lemah.
"Baiklah. Kau harus makan. Nanti supnya dingin." Dia bangun. Mengambil makanan itu dari baki. Dia mencoba membantuku bersandar. Menyuapkan sesendok sup hangat itu ke mulutku.
"Kenapa hambar? Apa kau kehilangan kemampuan masakmu?" Tanyaku lesu. Dia terkekeh dan mencium puncak kepalaku.
"Kau panas dalam, sayang." Dia mengambil teh hangat. Menyuruhku meminum perlahan. "Tetaplah makan. Aku tak mau melihatmu seperti tulang berjalan."
"Ugh. Seokjin Oppa.."
"Nde?"
"Itu.. aku.. tadi sempat menggosongkan telur goreng.." Dia tertawa keras. Aku hanya menunduk malu. "Kepalaku pusing.." Dia menyuapiku lagi.
"Lalu? Kau mengeluarkan api dari mulutmu?" Dia terkekeh. Aku hanya memukul dada bidangnya pelan. Sambil menerima sup yang disuapkannya.
"Tidak seperti itu." Menyebalkan sekali. Dia masih saja mengira itu lelucon bodoh. Tapi, tadi aku benar-benar pusing, hingga hanya menggoreng sebuah telur saja, aku tidak fokus. Dia meletakkan mangkuknya dan mengusap pipiku lembut. Mendekatkan wajahnya.
Sebuah kecupan manis di bibirku. Kubiarkan dingin napasnya menerpa wajahku. Mataku refleks menutup. Ini membuatku lupa akan rasa pusingku untuk sesaat.
"Ayo. Buka matamu. Untuk apa kau terus-menerus menutup matamu seperti itu?" Dia tersenyum geli. Tiba-tiba darah berkumpul di wajahku. Ini sedikit memalukan.
Dia meraih tanganku dan menciumnya penuh daya. Aku hanya menyunggingkan senyum tipis. Dia pun menatapku dengan lembut.
"Kenapa kau malah sakit? Apa kau tak ingin mempunyai seorang bayi kecil lucu?" Tanyanya. Ekspresinya tak menuntut hal itu. Aku menggigit bibir.
"Aku akan sembuh oppa. Secepatnya" Aku langsung tersenyum lebar. Dia memelukku dengan sayang. Aku merasa lega. Ada perasaan nyaman saat bersamanya.
Dia kembali menidurkanku. Mengecupi wajahku. Aku tertawa geli dan menatapnya dengan sayu. Dia mengelus rambutku dan mengecup keningku lagi. Dia berbisik tepat di depan bibirku sebelum sebuah kecupan lama yang sangat menjadi canduku.
"Aku mencintaimu."
Goyang dombretttt~ goyang dombret...
See ya next chapter. Huwuwuwuwuw :v
KAMU SEDANG MEMBACA
IMAGINE BTS
FanfictionTidak apa-apa jika ingin membaca, hanya saja diharapkan memperhatikan kondisi fisik dan mental. Imajinasi yang begitu tinggi dapat menyebabkan jantung berdebar kencang, timbul rasa ingin memiliki, serta pahitnya kenyataan yang tidak bisa dihindari...