"Saya ada pertemuan penting setelah ini," kata Jungkook tanpa menatapmu. Melirik rolex yang harganya miliaran. "Kamu langsung ke hotel saja, saya akan menyusul setelahnya."
Kamu mengangguk, "saya mengerti."
Kalian sudah sampai di Dubai pukul 10 pagi. Perasaan senang dan kagum masih meleleh seperti madu—barusan pesawat yang digunakan adalah milik pribadi si pria muda Jeon tersebut. Apalagi fasilitas dan interior yang memanjakan mata; gila, sudah seperti di hotel mewah bintang lima.
"Oh, satu lagi," Jungkook menoleh kepadamu, tersenyum tipis. "Ada tugas untukmu."
Kamu menelengkan kepala, "apa itu, sir?"
Jungkook menghela napas pelan, terkekeh kemudian, "jangan berhenti memikirkanku."
"What—" kamu nyaris tersedak liurmu sendiri. Lalu berdeham, dengan wajah yang kian hangat, "y-yes, sir."
Pria itu tertawa, mengusap pelan puncak kepalamu. Rasanya hangat sekali di relung dada, menyelimuti ruang kosong di hatimu seperti kain wol tebal—kamu tidak bisa melewatkan momen itu setiap sekonnya. Jungkook memasukkan kedua tangannya di saku celana armani yang dikenakannya, mengerutkan kening skeptis, "kamu yakin menangkap candaan saya begitu serius? Tapi, yah, kalau memang begitu tidak masalah."
Kurang ajar. Jadi maksudnya apa sudah membuat seorang gadis terbang di antara awan euforia, dicampakkan begitu saja? Kamu hanya berdeham dan menunduk pelan, "saya mengerti—saya mengerti anda hanya bergurau, sir."
"Oh, jangan begitu juga, manis," Jungkook tersenyum simpul. "Saya tidak pernah memintamu selalu bersikap serius dan kaku—nanti kamu cepat tua."
"Baik, sir. Saya sebaiknya segera ke hotel—dan anda menuju pertemuan, sehingga anda tidak terlambat," ujarmu, dibalas anggukan setuju. Sebelum berbalik, tanganmu ditahan oleh tangan kekar yang tak lain milik atasanmu. Kamu berbalik, mendapatinya langsung menarik kembali tangannya dan mengulum bibir sejenak sebelum berpesan, "pastikan kamu beristirahat, aku—saya tidak akan lama. Janji."
Setelah berhasil menangkap semua untaian kalimat yang mengalir gugup namun halus dari mulut pria tampan itu, bibirmu menyunggingkan senyum manis—tak luput juga wajahmu yang memanas, "t-terimakasih, sir."
*°•✳
Beberapa menit yang lalu, Jungkook mengetuk pintu kamarmu. Heran juga, kenapa tidak menelpon saja seperti biasanya? Malah repot-repot datang. Apalagi dengan setelan yang lebih santai, tapi tetap membuat jantung selalu tidak santai setiap kali bertemu dengannya. Ditambah, kali ini mengajakmu jalan-jalan melihat Dubai di malam hari.
Kencan atau bukan?
Inginmu, iya. Memangnya siapa yang tidak berharap demikian kalau yang ada di depan mata adalah seorang Jeon Jungkook? Yang sudah bersuami saja biasanya mau—eh?
Tanpa supir atau bodyguard, ia berjalan berdampingan denganmu, untung saja hotel yang menjadi tempat inap kalian berada di tengah kota; tidak jauh dari berbagai tempat menawan dan terkenal.
Ketika semua keindahan kota itu menjadi semakin sempurna karena pria idamanmu berada di sampingmu. Imajinasi seorang pangeran berkuda putih sudah terkalahkan oleh itu. Ia menatapmu lembut di bawah semburat lampu jalan yang berpendar lembut. Tak jauh dari sana, ada air mancur yang bergemercik berisik namun teratur —pengiring degup jantung yang mulai tak karuan.
Jungkook menyentuh pundakmu, ia berbisik, "kamu suka?"
Matamu mengerjap sejenak, "ya? Uh, iya, sir—"
KAMU SEDANG MEMBACA
IMAGINE BTS
FanfictionTidak apa-apa jika ingin membaca, hanya saja diharapkan memperhatikan kondisi fisik dan mental. Imajinasi yang begitu tinggi dapat menyebabkan jantung berdebar kencang, timbul rasa ingin memiliki, serta pahitnya kenyataan yang tidak bisa dihindari...