[Company]-one

2.8K 211 11
                                    

전정국

Gila.

Batinmu menjerit, dengan alis mengerut dan tangan yang siap berjaga kalau-kalau jantungmu akan segera copot.

Matamu bergulir kesana kemari menyelidik celah demi celah dan seluruh sudut di ruangan ini. Namun tidak ada sangkut paut sedikitpun dengan manusia bermarga Jeon yang sering menghantuimu akhir-akhir ini.

"Oh Tuhan ... dosa apa yang kuperbuat? Kenapa harus dia?! Aish!" Rutukmu kesal setengah mati. Bukannya apa, tapi kamu tak mungkin mau ada berita besok dengan judul besar-besar dengan dirimu yang sudah meng-iya-iya'kan bosmu sendiri. Sinting.

Masa iya, harus mempertaruhkan pekerjaan paling menjanjikan, padahal 'kan susah sekali mendapat pekerjaan di luar sana-apalagi di negeri orang. Ya ampun ... sepertinya dirimu harus meminta maaf kepada guru-gurumu dulu yang sering terkena ulah ngeyelmu. Huft.

Tidak tahu kenapa kini kamu sudah ada di ruangan yang tidak terlalu luas itu, nuansa kelabu dan silver memenuhi ruang calon bosmu. Harusnya kamu bisa menunggu di luar, tapi berhubung sebelumnya asistennya memintamu untuk masuk saja karena sang presdir sedang makan siang. Jujur ini memalukan, tahu begini, dirimu datang terlambat saja.

Tanganmu mengepal kuat, antara gugup, takut, dan ... senang. Ya, memangnya presdir itu siapa? Hantu? Tentu saja bukan, orang mana yang senang kalau bertemu dengan hantu?

Dengan gerakan seakan dipercepat dua kali, kepalamu menoleh ke arah suara pintu yang digeser-ah iya, pipimu jadi memanas mengingat kebodohan tadi ... dengan yakin dan kekuatan penuh kau mendorong pintu itu, kemudian asisten presdir Jeon tersenyum kikuk dan membantumu menggeser pintunya. Rasanya vas bunga besar dekat pintu itu ingin kamu jadikan penutup kepala.

Suara langkah teratur pantofel terdengar di telingamu yang tiba-tiba jadi sangat peka. Lelaki dengan rambut undercut warna brunnete sudah berhasil membuatmu ingin menggigit ubin mulus tanpa lecet di bawahmu. Ugh, dengan ia berbalik tubuh kemudian jalan yang elegan seperti itu, seolah slow motion di matamu dan menjadi pemandangan yang begitu menakjubkan.

Sekarang di kepalamu hanya terputar memori bagaimana lelaki itu menari di atas panggung dan meliukkan tubuhnya hingga membuatmu ingin menjerit kegirangan. Kamu bahkan tidak menyangka beberapa tahun kemudian ia sudah menjadi lebih dewasa dan kelihatan sangat maskulin begitu, sudahlah mungkin rumah sakit perlu bertindak atas kejiwaanmu yang sudah melayang-layang itu.

Kamu menggigit bibirmu kuat - kuat, khawatir kamu akan benar-benar menjerit dan membuat seisi gedung ini luluh lantak.

Ah sialan ...

Pakaian formal seperti itu di tubuhnya salah satu favoritmu, hilang sudah penyesalanmu tadi. Bukan sesal sebenarnya, hanya saja kamu takut tidak kuat menahan jiwa setan gila terhadap lelaki tampan yang sejak lama bersemayam di tubuhmu.

Lelaki itu menatapmu sekilas, kemudian duduk di kursinya seraya berdeham. Membuyarkan lamunan tak jelasmu, dan mengembalikan kegugupanmu yang sempat hilang tadi. Susah payah kamu menelan ludah, dan berkata, "maaf-" sedikit berdeham karena suaramu jadi agak serak, "maaf, pak, saya lancang masuk di ruangan ini tanpa seizin bapak."

"Saya tidak terlalu suka dipanggil bapak-" ujarnya sambil membenahi kacamata di hidung bangirnya. "Well, saya bukan bapakmu."

Apa katanya? Semacam sesuatu yang familiar, um ... kalau tidak salah oppa-benar 'kan? Lagi-lagi seperti itu, atau jangan -jangan dia malah sudah hobi berburu noona cantik, begitu? Wah, jangan sampai ... sainganmu jadi banyak sekali, ya.

Kamu berkedip cepat, dan tertawa canggung, "haha ... eh ... maaf, presdir."

Ia tersenyum jenaka, kemudian menyengir, "ya ... saya ini hanya bercanda. Itu hakmu ingin memanggil saya dengan sebutan apa, kalau saran saya, tambahkan tampan atau keren dibelakang."

Sudut bibirmu berkedut entah kenapa. Lalu, kalau dirimu ingin memanggilnya bajingan-jadinya harus menjadi bajingan tampan atau bajingan keren begitu? Wah ... apresiasi atas semua kegilaan ini, biarkan dirimu bertepuk kaki sekeras mungkin.

"Nah, begini, sebetulnya saya tidak ingin menerima beberapa pekerja dibagian dapur-ehem, maksud saya ... saya butuh seorang asisten pengganti karena asisten Do akan cuti untuk beberapa minggu," jelasnya dan menggaruk kecil ujung hidungnya. Astaga, hanya gerakan kecil seperti itu saja ia sangat luarbiasa menakjubkan-ah berlebihan, dia bernapas saja sudah membuatmu tergila-gila. Ck, benar sekali.

Tanganmu bergerak gelisah dipangkuanmu. Asisten, ya? Boleh saja, tapi bagaimanapun juga kamu 'kan harus minta persetujuan ibumu untuk hal ini ... yah, semacam meminta restu agar segera berjodoh dengan presdir tampan itu.

"Saya ..."

"Masalah gaji, kamu bisa bicarakan dengan asisten Do, mungkin bisa berbeda sedikit, yah ... tapi kurang lebih setara," ah, tahu saja apa yang sedang dipikirkan. Telepati jodoh, mungkin?

"Boleh saya kemari besok saja?" pintamu sesopan mungkin, menutupi ekspresimu yang seperti orang kelaparan minta makan.

Jungkook-sebaiknya kita sebut begitu-menghela napas dan melempar tatapan ke arah jendelanya sebentar, "wah ..." ia menatapmu, "tidak bisa, saya harus pergi ke Dubai besok, dan saya ingin kamu yang mengurusnya. Jadi, setelah ini, segera temui asisten Do dan tanyakan semua yang harus kamu tahu kepadanya, mengerti?"

Kamu hanya mengangguk dan berucap saya mengerti dengan pelan. Ya ampun, sejak kapan seorang Jeon Jungkook jadi suka memerintah di awal pertemuan yang benar-benar baru kali ini bertemu? Keterlaluan.

⬛⬛⬛

Kamu mengusap pelipis dengan agak resah. Sesekali melirik laki - laki di depanmu yang sedang sibuk mengecek jadwal presdir Jeon. Dia itu terlalu kaku dan pemalu, tampan memang ... tapi itu satu-satunya alasan dia mengambil cuti, dia akan menikah.

Agak miris mengingat dirimu yang single bertahun-tahun setelah trauma diputuskan pacarmu, dan obsesi gilamu terhadap pria panas bernama Jeon Jungkook yang jelas-jelas dia adalah idolamu. Setelah beberapa waktu tak terdengar kabarnya dan tadi malah terpampang nyata di hadapanmu menjelma menjadi lelaki super sexy dan berwibawa.

"Umm ... asisten Do, kenapa harus saya? Padahal, masih banyak yang lebih baik untuk hal seperti ini," ucapmu hati-hati. Lelaki itu mendongak dan menatapmu sesaat sebelum tersenyum.

"Kehendak presdir, beliau bilang ingin anda saja yang menggantikan saya untuk beberapa waktu. Beliau tertarik dengan anda," ujarnya dan berbisik di akhir sambil tersenyum misterius.

"Wah, wah. Saya jadi penasaran sendiri kalau begini," guraumu lalu terkekeh ringan. Kata - kata beliau dari asisten Do kepada lelaki Jeon itu terngiang di telingamu, sangat-sangat tidak cocok-setahumu, asisten Do itu jauh lebih tua usianya dibandingkan Jungkook.

Yah, mau bagaimana lagi ... itu bukan bagian dari urusanmu.

"Kalau boleh saya tahu, berapa penghasilan anda selama bekerja untuk presdir?" tanyamu penasaran. Kali ini, bahkan tubuhmu sedikit condong, dan mungkin imajiner ada telinga kucing yang bergerak kecil dan ekor yang berkibas kesana kemari.

Asisten Do terdiam sebentar, masih dalam keterkejutannya karena gerakanmu yang menghentak dan membuat sedikit gebrakan di meja kafe itu. Berdeham pelan, "dalam setengah tahun mungkin ... bisa membeli sebuah apartment mewah."

Matamu membola takjub, dan-"wow ..."

Kembali ke posisimu semula sambil tersenyum malu-malu dan mengangguk yakin. Tidak ada kesempatan kedua 'kan? Jadi, kamu tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Setidaknya merenovasi rumah orang tuamu menjadi lebih bagus lagi-yah, mereka lebih suka di rumah lama karena banyak kenangannya, begitu kalau ibumu bilang sambil tersenyum manis kepada ayah.

"Baiklah, sekarang tolong ajari saya tentang semua yang harus saya ketahui-sebagai seorang asisten dari presdir Jeon."

✳✳✳

[Author's note ; Lama gak update ya ... mianhaeyo. Soalnya seperti yang kita tau, kalau sebentar lagi ada exam, jadi yah gitu ... Nah, iya, aku bikin yang ber- chapter, mungkin bakal ada satu sampai lima, banyak atau dikit itu? Gitu aja sih, makasih udah mau baca dan ninggalin jejak ❤ ]

Vey🍑

IMAGINE BTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang