Pusaka 4

10.1K 122 3
                                    

TIBA-TIBA lelaki setengah umur itu membentak keras:
"Hei, bocah cilik! Apa hubunganmu dengan she Wan tersebut?"

Suma thian yu mambalikan badannya dan melirik sekejap kearah orang itu dengan pandangan dingin, lalu sahutnya: "Tak usah kau urus!"

Jawaban ini bukan menggusarkan lelaki setengah umur itu, dia malah tertawa terbahak-bahak dengan seramnya, sambil menuding kearah Suma thian yu katanya kepada tosu tua itu:
"Coba kau lihat! Bocah keparat ini benar-benar tak tahu tingginya langit dan tebalnya bumi, ternyata dia berani bersikap kurang ajar kepada kaum tua, heehh... heehh,.. heehh..."

Suma thian yu merasa gusar sekali menyaksikan sikap hina lawannya, dengan cepat ia melompat bangun kemudian bentaknya:
"Hei, apa yang kau tertawakan? jangan cengar-cengir dihadapanku."

Lelaki setengah umur itu segera menarik kembali senyumannya dan berhenti tertawa.

"Hmm, bocah cilik, apa hubunganmu dengan orang she Wan? Cepat katakan...!!" hardiknya kembali.

"Sauya justru tak mau menjawab, mau apa kau!!?" dengan nada yang lebih ketus Suma thian yu menyahut.

Ucapan tersebut segera menggusarkan lelaki setengah umur itu, sorot matanya memancarkan kebuasan, hawa napsu membunuhpun menyelimuti seluruh wajahnya, dengan menyeramkan dia membentak:
"Hei bocah, orang she Wan itu pun tak berani bersikap kurang ajar dihadapanku, kau sibocah kunyuk yang masih berbau air tetek berani kurang ajar kepadaku? Hmm, benar-benar tak tahu diri!"

Bukannya takut, Suma Thian yu malah selangkah demi selangkah maju ke depan menghampiri kedua orang itu.

Kagum sekali sitosu tua itu menyaksikan keberanian orang, segera katanya pula:
"Hei bocah muda, lohu tak tega membunuhmu, asal pedang yang kau gembol diserahkan kepadaku, kau segera akau kulepaskan."

Mendengar itu, Suma Thian yu mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak.

"Haaah.... haaahh..... rupanya pedang inilah yang kau incar, apa susahnya?"

Sembari berkata dia lantas meloloskan pedang Kit hong kiam peninggalan paman Wan nya dan disodorkan kedepan, katanya lagi sam bil tertawa dingin:

"Pedang ini sudah berada ditangan sauya sekarang, nih ambillah sendiri........"

Tiba-tiba terdengar seseorang membentak nyaring. "Bocah muda lihat serangan."

Tosu tua itu mengayunkan pedangnya dari bawah ke atas dengan jurus Sit gou huang gwat (badak sakti menengok rembulan) dan menusuk tenggorokan Suma Thian yu.

Si anak muda itu berilmu tinggi dan bernyali besar, ketika menyaksikan pedang lawan menusuk ke arah dadanya, dia miringkan kepalanya sambil membuang bahunya ke samping, lalu tertawa nyaring.

Dengan cepat gerakan tubuhnya dirubah, pedang Kit hong kiam kek menusuk balik ketenggorokan tosu tua tersebut dengan jurus Ciong liong ji hay (naga sakti masuk samudera).

"Kalau diberi tanpa membalas, tidak sopan namanya!" dia berseru.

Tindakannya yang tenang dalam menghadapi bahaya dan serangannya yang cepat daLam perubahan, mau tak mau membuat lelaki setengah umur yang menyaksikan jalannya pertarungan itu diam-diam bersorak memuji.

Pertarungan segera berlangsung dengan serunya, mereka berdua saling menyerang dan saling mendesak, semua ancaman dilakukan dengan cepat lawan cepat.

Dalam waktu singkat tiga puluh gebrakan sudah lewat, ternyata kekuatan mereka berdua seimbang.

Bagi Suma Thian yu, meski pertarungan kali ini adalah pertarungannya yang pertama, tapi oleh karena latihannya teratur dan tekun, maka sewaktu di praktekkan ia sama sekali tidak gugup atau tegang, malahan semua ancaman di lakukan secara tepat dan sempurna.

Kitab Pusaka - Wo Lung ShenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang