MENDADAK terdengar Si ular berekor nyaring berpekik nyaring, seluruh tubuhnya melejit ke tengah udara, sepasang telapak tangannya berubah menjadi serangan cakar, dengan sepuluh jari tangan yang dipeatangkan lebar-lebar, ibarat burung elang menerkam kelinci, dia langsung saja menerjang ke atas tubuh Toan im siancu.
Nampaknya keadaan Toan im siancu jadi amat kritis dan keselamatan jiwanya terancam.
Di saat yang sangat gawat itulah, mendadak berkumandang suara pekikan nyaring dari dalam rumah kayu itu, disusul kemudian nampak dua sosok bayangan manusia melesat keluar lewat jendela seperti anak panah yang terlepas dari busurnya.
Bayangan manusia yang pertama muncul kedepan dengan kecepatan yang luar biasa, sementara bayangan yang lain mengikuti dibe lakangnya dengan gerakan yang tak kalah cepatnya.
Begitu menyaksikan kemunculan orang ter-sebut, Heng si Cinjin tahbu kalau bintang penolongnya telah muncul, semua perasaan risau dan masgul yang semula menyelimuti perasaannya, kini tersapu lenyap hingga tak berbekas.
Tampak bayangan manusia yang muncul di tengah arena terlebih dahulu tadi sama sekali tidak merubah gerakan badannya, dia langsung menerobos ke tengah tengah antara si Uarr berekor nyaring Bian Pun ci dengan Toan im siancu berdua.
"Blaammm....!" suatu benturan keras berkumandang memecahkan keheningan.
Angin pukulan yang dilepaskan si Ular ber ekor nyaring seolah-olah membentur diatas sebuah dindiig yang tebal saja. angin pukulan-nya segera mental balik dan mendorong tubuhnya hingga tergetar mundur sejauh beberap langkah dengan sempoyongan.
Dengan bersusah payah dia harus menjaga keseimbangan tubuhnya, sebelum pada akhirnya berhasil mengendalikan tubuhnya secara dipaksakan.
00O00 00O00
MENGGUNAKAN kesempatan yang sangat baik itulah Toan im siancu segera menjatuh kan diri berguling ke samping tubuh gurunya, jantung serasa berdebar keras, andaikata Suma Thian yu tidak muncul pada saatnya untuk me nyelamatkan selembar jiwanya, mungkin dia sudah tewas semenjak tadi.
Waktu itu, sebenarnya si ular berekor nyaring Bias Pun ci masih diliputi perasaan ter kejut barcampur kaget, ketika ia mendongak kan kepalanya dan mengetahui kalau orang yang menyelamatkan Thia Yong barusan tak lain adalah musuh bebuyutannya, dia menjadi amat terkesiap, diam-diam dia mengeluh.
Suma Thian yu dengan sorot mata yang tajam bagaikan sembilu memandang sekejap ke arah si Ular berekor nyaring, kemudian sapanya:
"Bian tayhiap, kalau bukan jodoh tak akan bertemu, kau kaget? Tidak menyangka kalau aku yang datang bukan?"Si Ular berekor nyaring Bian Pun ci tertawa seram.
"Heeehh... heeeh... aku mengira siapakah yang bernyali harimau sehingga berani mengginggu pekerjaan toaya. rupanya kau si bocah keparat. Kebetulan sekali kita saling bersua kembali, aku memang sedang risau karena tak bisa menemukan jejakmu didunia ini, tak nyana kalau kau malah menghantar diri sendiri kehadapanku...."
Di pihak lain, ketika si Harimau angin hitam Lim Kong menyaksikan kemunculan Suma Thian yu disitu, serta merta dia meninggalkan lawannya Thi pit suseng dan bergeser ke arah Suma Thian yu.
Bi hong siancu Wan Pek lan pun segera turut munculkan diri pula di sisi arena.
Dari dalam sakunya Suma Thian yu mengeluarkan lencana emas tersebut, kemudian tanyanya dengan gusar:
"Bian tayhiap, darimana kau dapatkan lencana emas tersebut?"
Paras muka si ular berekor nyaring Bian Pun ci berubah hebat begitu menyaksikan lencana emas tersebut, tapi sesat kemudian telah menjidi tenang kembali, dia tertawa dingin lalu serunya dengan nada yang menyeramkan:
KAMU SEDANG MEMBACA
Kitab Pusaka - Wo Lung Shen
AventuraSebuah kitab maha sakti peninggalan Ku Hay Siansu, seorang pendeta lihai yang hidup pada empat ratus tahun lalu, kitab itu bernama Kun Tun Kan Kun Huan Siu Cinkeng. Dikarenakan kitab itu berbentuk sebuah lembar kosong, maka hanya yang berjodoh saja...