Pusaka 22

7.2K 100 2
                                    

BELUM HABIS DIA berkata, tiba-tiba Chin Siau telah membentak dengan penuh kegusaran:
"Apa? Sungguhkah perkataanmu itu?"

"Sungguh, buat apa aku mesti membohongi mu?" jawab lelaki tersebut sambil berlagak amat sedih.

Hawa amarah segera membara didalam dada Chin Siau, kontan saja dia menyumpah:
"Oooh Thian, aku Chin Siau telah tertipu" Orang she Suma, bila aku tidak berhasil mencincang tubuhmu sehingga hancur berkeping-keping, aku bersumpah tak akan hidup sebagai manusia!"

Mendadak perkataanya itu terhenti oleh isak tangis yang menyedihkan dari lelaki tersebut.

Dengan perasaan tercengang Chin Siau segera bertanya:
"Hei, mengapa kau menangis?"

Dengan air mata bercucuran lelaki itu mengeluh:

"Oooh... sepasang kakiku... aku tak dapat membalas dendam lagi....uuuh.... uuhhh.... uuuhhh...."

Sembari berkata, kembali dia menangis tersedu-sedu.

Chin Siau menjadi ikut bersedih hati setelah menyaksikan kejadian itu, hatinya menjadi sakit seperti diiris-iris dengan pisau tajam, dengan cepat dia cengkeram bahu lelaki itu, kemudian berseru dengan suara yg terharu:
"Toako, maafkanlah aku, semuanya ini memang aku yang salah sehingga melukaimu, tapi kau tak usah kuatir, aku Chin Siau bertekad akan memenggal batok kepala bocah keparat itu untuk menebus dosa-dosaku ini...."

Mendengar janji tersebut, buru-buru lelaki itu tertawa gembira, serunya cepat:

"Oooh, sungguh? Aku benar-benar berterima kasih sekali kepadamu..."

Kembali Chin Siau menghibur lelaki tersebut dengan kata-kata yang halus, kemudian dengan mengurungkan niatnya untuk menunggui kuburan selama tiga hari, dengan membawa pedangnya dan menjuru kepada lelaki tersebut, dia segera melakukan pengejaran kearah mana perginya Suma Thian yu tadi.

Lelaki tersebut memandang bayangan punggung Chin Siau sehingga lenyap tak berbekas kemudian baru tertawa terbahak-bahak.
"Haahh... haaahh... haaah... bocah keparat she Suma, kali ini mampus kau"

Mendadak dari belakang tubuhnya berkumandang suara tertawa merdu seseorang, disusul seseorang berkata:

"Kho Gi, bagus sekali perbuatanmu, sekembalinya ke markas nanti aku harus baik-baik memberi hadiah kepadamu, sepasang kakimu juga berusaha disembuhkan kembali"

Ternyata lelaki itu bernama Kho Gi, segera berpaling, tampak seorang perempuan muda cantik yang kehilangan sebuah telinga serta berambut pendek karena terpapas pedang telah berdiri di belakang tubuhnya...!

"Terima kasih banyak hujin" buru-buru Kho Gi berseru, "sekalipun sepasang kaki Kho Gi kutung, hal ini tak perlu dipikirkan, asal selanjutnya hujin bersedia mengangkat diriku keatas, selama hidup Kho Gi sudah berterima kasih sekali kepadamu"

Sesungguhnya perempuan muda yang berparas cantik itu bukan orang lain, dia adalah perempuan berhati keji bagaikan ular berbisa Siau hu yong (hu yong tertawa) Chin Lan eng. Tampak Chin Lan eng kegirangan setengah mati, sambil tertawa terbahak-bahak dia berseru:

"Haah...haah...haah dengan demikian, nyonya besar akan duduk menonton harimau berkelahi, menyaksikan mereka saling gontok-gontokan sendiri haaah...haaah...haaah...haaaah...."

Rupanya semenjak rambutnya dipapas dan telinganya dikutungi oleh Suma thian yu, Siau Hu yong Chin lan eng membenci pemuda itu sehingga merasuk ketulang sum-sum, selama ini dia selalu mengawasi gerak-gerik Suma thian yu secara diam-diam.

Pertarungan di telaga Tong ting, jebakan dari bukit Kun sau sebagian besar adalah hasil rencana busuk dari Siau hu yong Chi lan eng.

Menyusul kemudian ketika mereka saksikan Suma Thian yu meninggalkan bukit Kun san, Siau hu yong dan si Ular berekor nyaring Biau Pun ci segera menyusun rencana busuk lain-nya untuk menghajar Suma Thian yu habis-habisan.

Kitab Pusaka - Wo Lung ShenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang