"SUATU SERANGAN yang amat baik!"
Mendadak kaki kanannya mundur kebelakang lalu menyelinap kesamping meloloskan diri dari tusukan lawan, kemudian pedangnya dengan jurus Bei lui cut hong (bunga mawar baru mekar) pedangnya secepat sambaran petir menusuk jalan darah Ki kiat dan Kian li hiat di tubuh nona Wan.......
Dia lincah, ternyata nona Wan lebih lincah dia cepat, nona Wan jauh lebih cepat lagi.
Perlu diketahui, jurus serangan pertama dilancarkan nona Wan tersebut pada hakekatnya merupakan suatu pancingan terhadap mu suhnya, maka sewaktu musuhnya beikelit, tiba-tiba ujung pedangnya berputar memainkan jurus Ji lay ciang tiau (Ji lay menaklukkan rajawali) untuk menusuk ketubuh lawan secepat kilat.
"Weeesss...." tahu-tahu ujung pedang itu sudah menusuk ke arah tenggorokan Tan Sim.
Melihat datangnya ancaman tersebut, mau tak mau Ban hoa Kiam Tan Sim bermandi peluh dingin juga karena terperanjat.
Sungguh hebat manusia yang bernama Tan Sim ini, buru-buru dia menggunakan gerakan jembatan gantung untuk menjatuhkan diri ke belakang, kemudian sambil menarik perutnya sambil melompat bangun pedangnya menggunakan jurus Seng kay tu jin (putik bunga baru me kar) secara beruntun melepaskan tiga buah serangan berantai.
"Sreeeet! Sreeeeet! Sreeeet!" angin serangan yang tajam bagaikan amukan ombak samudra serentak menggulung ke atas tubuh nona Wan.
Sekalipun nona Wan merupakan seorang ahli silat, toh dia merasa tak tahan juga menghadapi serangan lawan yang beruntun, cepat-cepat dia mundur sejauh empat langkah ke belakang untuk meloloskan diri dari ancaman tersebut.
Tapi dengan terjadinya peristiwa ini, maka hal tersebut segera membangkitkan pula perasaan ingin menang didalam hati nona Wan.
Sebagai putri kesayangan cong piautau, tentu saja nona itu merasa kejadian yang baru di alaminya merupakan suatu kejadian yang amat memalukan, maka dia bertekad untuk merebut kembali keadaan tersebut dari lawannya.
Terdengar gadis itu berpekik nyaring, lalu pedangnya menggunakan gerakan Po hong pat ta (angin puyuh meryapu delapan penjuru) dan tubuhnya menggunakan gerakan Hwesio hong luo liu (angin puyuh menggoyangkan liu) segera meneroros masuk kedalam pertahanan lawan, setelah itu secara beruntun dia lancarkan empat buah serangan berantai, serangan demi serangan, jurus demi jurus dilancarkan secara gencar dan amat dahsyat.
Ban hoa kiam Tan Sim hanya merasakan cahaya pedang yang berada didepan matanya amat menyilaukan mata dan desingan angin dingin menyayat badan, untuk sesaat dia menjadi gugup dan tak sempat melihat jelas ancaman lawan, serta merta dia melompat mundur kebelakang untuk berusaha menghindarkan diri dengan, tindakannya itu dia justeru terjebak ke dalam perangkap nona Wan, mendadak terdengar nona Wan berpekik nyaring, ujung bajunya berkibar terhembus angin, secepat kilat pedangnya menusuk ke tubuh lawan.
Selama hidup belum pernah Ban hoa kiam Tan Sim menyaksikan gerakan tubuh secepat ini, menanti dia sadar kalau nana Wan sedang menerjang tiba, waktu sudah terlambat.
Dalam keadaan begini, dia segera terpekik nyaring.
"Mampus aku kali ini!"Belum habis teriakan itu bergema, terdengar suara baju yang robek kemudian sirapnya cahanya pedang Nona Win telah berdiri di tengah arena dengan senyum dikulum.
"Maaf, maaf!" katanya.
Ban hoa kiam Tan Sim masih saja berdiri dengan wajah kebingungan, sampai-sampai pakaian bagian dadanya yang robek memanjangpun sama sekali tidak dirasakan olehnya, sungguh mengenaskan sekali keadaannya.
Menanti semua jago mentertawakannya, Ban hoa kiam Tan Sim baru tahu kalau baju bagian dadanya sudah robek, tentu saja rasa malunya bukan alang kepalang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kitab Pusaka - Wo Lung Shen
AvventuraSebuah kitab maha sakti peninggalan Ku Hay Siansu, seorang pendeta lihai yang hidup pada empat ratus tahun lalu, kitab itu bernama Kun Tun Kan Kun Huan Siu Cinkeng. Dikarenakan kitab itu berbentuk sebuah lembar kosong, maka hanya yang berjodoh saja...