Pusaka 10

9.2K 113 3
                                    

Terdengar dia mendengus dingin, dengan sorot mata memancarkan cahaya tajam, bentaknya sembari menggertak gigi:
"Apakah kedatangan kalian berlima untuk merenggut nyawa sauya? Turutilah nasehatku, sipat ekor dan pulang saja kerumah dengan tenang, laporkan kepada Siauw Wi goan, begitu aku orang she Suma berhasil menemukan bukti yang nyata, pasti akan kubasmi keluarga Siau dengan darah"

Baru selesai dia berkata, terdengar orang yang berada di paling depan telah tertawa dingin tiada hentinya.

"Hehehehe....bocah keparat, tinggalkan pedang mestika milikmu, kalau tidak hari ini ditahun depan adalah hari ulang tahun kematian mu yang pertama!"

Suma Thian yu segera menyodorkan pedang Kit hong kiamnya kedepan setelah mendengar perkataaa itu, katanya sambil tertawa angkuh: "Nih, sauya persembahkan dengan kedua belah tanganku, ambillah sendiri!"

Ketika manusia berkerubung tersebut menyaksikan perbuatan lawannya, dia masih mengira Suma Thian yu benar-benar berhasrat untuk menyerahkan pedang itu kepadanya, ia lantas maju beberapa langkah kedepan siap menerima sodoran mana.

Tiba-tiba Suma Thian yu membentak nyaring:

"Sambutlah!"

Pedangnya meluncur kedepan seperuti anak panah yang terlepas dari busurnya, pedang Kit hong kiam tersebut langsung menyambar kewajah penjahat berkerudung itu.

Menyusul gerakan mana seluruh tubuh Suma Thian yu ikut pula menerjang maju kemuka.
Tampaknya pedang itu segera akan menyambar ditubuh lawan, manusia berkerudung itu menjerit kaget, buru-buru dia berkelit kesamping.

Di saat yang amat singkat inilah Suma Thian yu menggerakkan tangannya untuk membacok pergelangan tangan lawan sambil membentak.

"Tinggalkan dahulu lenganmu!"

Menyusul jeritan ngeri yang memilukan hati, seperti burung yang kena bidikan saja, manusia berkerudung itu melejit kebelakang.

Sayang tubuhnya sempoyongan beberapa langkah, setelah itu roboh terjengkang ke tanah dan tak sanggup berdiri lagi.

Di atas tanah tinggal sebuah lengan yang terpaksa, darah kental membanjiri permukaan tanah dan menyusup ke dalam.

Setelah berhasil meraih kemenangan dalam pertarungan pertama, kemarahan Suma Thian yu agak mereda, dia memandang sekejap manusia berkerudung yang terpapas lengannya itu, kepada keempat orang rekan-nya ia berseru sambil tertawa dingin.

"Siapa lagi yang ingin maju untuk mengantar kematian?"

Ketika mendengar tantangan tersebut, keempat orang manusia berkerudung itu serentak mengayunkan goloknya dan maju menerjang dari empat penjuru, dilihat dari gerakan tubuh mereka, jelas kalau orang-orang itu adalah jagoan kelas satu dalam dunia persilatan.

Kendatipun demikian, Suma Thian yu yang bernyali besar sama sekali tak memandang sebelah matapun terhadap mereka.

Dia berdiri dengan segenap perhatiannya dihimpun menjadi satu, ditunggunya sehingga senjata tajam ke empat orang itu hampir mengenai tubuhnya....

Di saat yang amat kritis itulah tiba-tiba dari balik keheningan berkumandang suara bentakan gusar yang amat nyaring:

"Mundur!"

Menyusul kemudian, terlihat sesosok bayangan hitam meluncur datang secepat sambaran kilat dan langsung menyerbu ke dalam arena pertarungan.

Mendengar bentakan tersebut, keempat manusia berkerudung itu segera mengundurkan diri dan memberi sebuah jalan lewat.

Pendatang itu menancapkan kakinya ditanah setelah pencoleng-pencoleng berkerudung itu mengundurkan diri, begitu sampai dia lantas menegur:

"Suma siaubiap, Wi goan telah datang terlambat, kau tidak terluka bukan?"

Kitab Pusaka - Wo Lung ShenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang