"SICU tak perlu kuatir, sebab segala sesuatu yang terjadi di dunia ini sudah diatur oleh takdir, sejak dulu barang mestika hanya akan diperoleh bagi mereka yang berjodoh, sekalipun Sam yap koai mo berhasil memperoleh kitab pusaka tersebut, oleh karena dia tidak mengetahui rahasianya, maka benda tersebut sama artinya dengan benda yang tak berguna, kecuali memusnahkannya, tak mungkin ada cara lain yang dapat di tempuh."
Suma Thian yu mengira ucapan itu hanya kata-kata menghibur dari Keng ken taysu, karenanya penderitaan serta rasa masgulnya sama sekali tidak berkurang.
Keng sim taysu yang bermata jeli dapat menebak hati Suma Thian yu, namun dia tidak menegur atau menghiburnya, seakan-akan tak pernah terjadi sesuatu apapun, ia duduk tenang di samping.
Tak lama kemudian Keng Khong taysu sudah muncul kembali didalam ruangan.
Dengan wajah berseri Keng sim taysu segera berkata:
"Sicu, kecurigaanmu kini sudah hilang, nah, Keng Khong, berikan botol air Biau heng sui tersebut kepada siauhiap"Keng khong taysu menyodorkan botol kecil itu kehadapan Suma Thian yu, kemudian katanya:
"Harap kau suka menyimpannya baik-baik sebab air obat ini dapat membantumu untuk memperoleh kepandaian sakti"
Seraya bertata, dia pun mengajarkan bagaimana caranya mempergunakan air tersebut.
Air didalam botol kecil itu nampaknya saja biasa tapi bila dibubuhkan di atas kertas, maka kertas itu akan robek sehingga terlihat tulisan yang tertinggal di dalamnya.
Suma Thian yu menerima air Biau heng sui itu dengan perasaan terharu, sambil menjura dalam-dalam pada Keng sim taysu, katanya:
"Terima kasih banyak toa suhu, budi kebaikan ini entah sampai kapan baru dapat terbalas"
Setelah berhenti sejenak, mendadak ia seperti teringat akan sesuatu, tanyanya:
"Toa suhu, bila kitab pusaka tersebut berhasil kuperoleh, apakah harus kukembalikan kemari?"
Keng sim taysu tertawa terbahak-bahak.
"Benda mestika hanya akan diperoleh bagi mereka yang berjodoh, lolap merasa tak punya jodoh dengan benda itu dan tak berani memikirkannya. Apalagi toa supek lolap Ku hay siansu pernah berpesan agar kami tidak terlibat dalam perebutan tersebut, karena nya sicu boleh memperoleh benda mana sebagai hadiah."
Sekali lagi Suma Thian yu menjura dalam-dalam kemudian baru berpamitan.
"Gara-gara ulahku, kuil taysu sudah kubuat tak tenang, untuk itu mohon maaf yang sebesar-besarnya, dan budi kebaikan kalian tak pernah akan kulupakan...."
Diiringi It hok taysu, berangkatlah pemuda itu meninggalkan kuil Budha lasi.
Dengan perasaan minta maaf It hok taysu berkata secara tiba-tiba:
"Tan siauhiap, apakah kau masih mendendam kepada pinceng karena sudah memabukkan dirimu?"Suma Thian yu merasa tidak enak hati sendiri karena sudah berbohong selama ini cepat-cepat ujarnya:
"Lapor taysu, aku she Suma bukan she Tan, bila selama ini sengaja kurahasiakan namaku, harap taysu sudi memaafkan"
Mendengar ucapan mana, It hok taysu segera tertawa terbahak-bahak.
"Haa... haa... haaa... siapa yang tidak tahu dia tak bersalah, kita tak ada yang berhutang kepada siapa.... !"
Suma Thian yu pun mendongakkan kepalanya sambil tertawa terbahak-bahak, sambil menggenggam tangan It hok taysu dengan terharu serunya:
"Taysu kau terlalu baik, Kebesaran jiwamu membuatku terharu, Thian yu pasti akan berusaha mengambil kebaikanmu demi kesejahteraan umat persilatan"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kitab Pusaka - Wo Lung Shen
MaceraSebuah kitab maha sakti peninggalan Ku Hay Siansu, seorang pendeta lihai yang hidup pada empat ratus tahun lalu, kitab itu bernama Kun Tun Kan Kun Huan Siu Cinkeng. Dikarenakan kitab itu berbentuk sebuah lembar kosong, maka hanya yang berjodoh saja...