Pusaka 16

7.7K 101 1
                                    

Suatu hari sampailah Suma Thian yu dikota Tiang-an-gi di dalam propinsi Ou lam.

Tiang an gi terletak hanya dua hari perjalanan dari telaga Tong tin ou, menurut perhitungan Suma Thian yu masih ada berapa hari lagi menjelang tanggal lima belas, maka dia pun menginap dalam sebuah rumah penginapan di kota Tian an gi tersebut.

Rumah penginapan itu bernama Gwat kek can, pelayanannya sangat baik, lingkungannya amat sepi dan indah, membuat orang merasa kerasan sekali tinggal disitu, tak heran kalau hanya saudagar yang berdiam di kota tersebut.

Suma Thian yu mendapat sebuah kamar yang terletak dipaling ujung ruang sebelah timur.

Sementara itu senja sudah menjelang tiba, banyak pelancong dan saudagar yang pulang ke penginapan untuk beristirahat, hanya Suma Thian yu seorang yang tak ada urusan dan duduk dekat jendela sambil memandang kolam di luar kamarnya.

Mendadak dari luar pintu penginapan sana terjadi kegaduhan, pertama-tama Suma Thian yu tidak begitu menaruh perhatian, siapa tahu suara gaduh tadi makin lama terdengar semakin ramai.

"Kalian buka penginapan toh bermaksud mencari uang, asal aku si pengemis tua punya uang, mengapa tak boleh menginap disini?"

Suma Thian yu segera merasa suara itu sangat dikenal olehnya, buru-buru dia membuka pintu dan melongok keluar.

Dan terlihatlah segerombolan manusia sedang mengurung seorang pengemis tua yang berpakaian compang-camping. Dalam sekilas pandangan saja Suma Thian yu dapat mengetahui orang itu sebagai Siau yau kay Wi Kian adanya.

Sebetulnya ia Ingin maju melerai, tapi setelah berpikir sejenak dia urungkan niatnya itu, siapa tahu pengemis tua itu hendak menggunakan akal muslihat apa lagi untuk mengatasi persoalannya.

Dalam pada itu, seorang pelayan sedang berdiri sambil tertawa paksa:
"Tuan cin sin ya, penginapan kami benar-benar sudah penuh dan tiada kamar lain, harap kau mencari kamar penginapan yang lain saja!"

Siau yau kay Wi Kian segera menggelengkan kepalanya berulang kali sambil berseru!

"Tidak bisa, kalian semua adalah kawanan anjing yang punya mata bila melibat uang, sudah jelas di dalam sana masih ada tiga buah kamar kosong, masa kau hendak membohongi aku si pengemis tua? Kalau aku tak mau pergi, kau mau apa?"

Tangannya segera merogoh kedalam saku dan meraba beberapa saat kemudian dengan berhati-hati sekali dia mengeluarkan seuntai mata uang tembaga dan diperlihatkan kepada pelayan itu kemudian serunya:

"Coba kau lihat, bukankah aku si pengemis tua mempunyai uang?"

Selesai berkata, seakan akan kuatir kalau ada orang hendak merampas uangnya saja, dengan cepat ia te1ah menyimpannya kembali sementara sepasang matanya segera mengawasi wajah semua orang dengsn sikap was-was dan curiga.

Untuk masa itu, seuntai mata uang tembaga hanya bisa dipakai untuk makan satu kali, tentu saja masih kurang kalau hendak dipakai untuk membayar penginapan.

Oleh sebab itu para pelancong dan saudagar yang mengerumuni tempat itu segera tertawa terbahak-bahak karena geli.

Salah seorang diantaranya dengan cepat berseru dengan suara dingin seperti es:
"Hei engkoh tua, apa kau cuma mempunyai uang sebanyak itu?"

Siau yau kay manggut-manggut, serunya dengan wajah serius:

"Kenapa? Uang sebanyak, inipun masih cukup untuk menginap selama delapan atau sepuluh hari disini"

Sekali lagi semua orang tertawa terbahak-bahak sesudah mendengar perkataan itu, seseorang kembali berseru dari sisi arena:

"Pelayan, enyahkan saja pengemis edan itu dari situ, tampaknya pengemis ini memang sengaja hendak mencari gara-gara!"

Kitab Pusaka - Wo Lung ShenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang