The Secret (2)

4.7K 158 5
                                    

" Om, gimana perkembangan Andra? " tanya Rian begitu kami bertemu dengan papa nya Andra.

" Dokter bilang belum ada perkembangan signifikan ."

" Terima kasih sudah mau datang, doakan semoga Andra bisa melewati masa kritis nya." Pria ini berbicara pelan kepadaku, ia memegang kedua tangan ku sambil menatap ku dengan pandangan yang tidak bisa ku mengerti.

Aku bergantian masuk ke dalam ruang ICU, rasa nya aku ingin lari dari ruangan ini begitu melihat kondisi Andra yang masih belum sadarkan diri. Di samping tempat tidur nya kulihat banyak alat bantu , terdengar suara mesin ia terlihat lebih kurus dan pucat. Ingin rasanya aku memeluk tubuh nya dan menangis di samping nya. Ku perhatikan ia perlahan mulai dari matanya, mata nya yang sipit yang dulu selalu aku jadikan bahan bercandaan. Pipi nya yang dulu agak chuby yang suka aku cubit dengan gemas kini sudah tidak ada lagi , sekarang sudah tirus .Tak kuasa air mata ku keluar begitu melihat nya.

Ku pegang tangan nya berharap ia bisa merasakan kehadiran ku, " Andra cepat sembuh, cepat sembuh yah." hanya kalimat itu yang keluar dari mulut ku. Aku tidak ingin berlama - lama diruangan ini , aku tidak tega melihat ia dengan kondisi seperti ini.

" Maaf sudah merepotkan mu." Suara laki - laki menyela , ku perhatikan samping ku Rian sudah tidak ada. Aku tidak tau kapan ia keluar dari ruangan ini.

" Ada sesuatu yang ingin saya sampaikan sama kamu." Ujar papa nya Andra yang kini sudah ada di samping ku.

Aku mengerutkan kening , " Tentang apa om."

"Lebih baik kita bicarakan di luar." Ia segera mengikuti langkah pria itu keluar dari ruangan ICU , menyusuri lorong rumah sakit dan menuju taman yang berada di belakang rumah sakit.

" Maaf." Hanya kata itu yang keluar dari mulut Om Edo.

Maaf,untuk apa? Aku tidak mengerti dengan maksud nya.

" Maaf sudah membuat hubungan kamu dengan Andra berantakan. Andai saja dulu saya tau perbuatan mama nya. Mungkin kalian sekarang sudah bersatu dan bahagia." Lanjut nya .

Aku menahan nafas begitu mendengar penjelasan pria di hadapan ku. Bagaimana bisa ia mengetahui tentang hubungan ku dengan Andra? Kenapa ia tidak marah kepada ku, seperti istri nya beberapa tahun yang lalu?

" Mungkin kamu bingung kenapa saya bisa tau siapa kamu? Kamu ga usah khawatir tentang istri saya, biar saya yang menjelaskan andaikan kalian bertemu lagi."

" Terima kasih , kamu masih mau menolong dan masih mau menjenguk nya. Saya tidak tau bagaimana harus membalas kebaikan mu ." Mata nya terlihat memerah menahan agar air mata nya tidak keluar.

Jangan nangis Manda , jangan nangis. Aku bicara berulang kali , agar aku tidak menangis.

Aku masih duduk terdiam , rasa nya tenaga ku menguap hilang entah kemana. Ku pejamkan mata ku , bayangan masa lalu ku dengan nya datang silih berganti digantikan dengan pertemuan ketika di airport lalu kejadian ketika ia hendak berbuat....

Aaah Ya Tuhan...

Seketika aku teringat dengan Rian, dimana Rian? Tadi aku tidak melihat nya ketika keluar dari ruangan ICU. Ku hapus air mata ku yang tadi sempat keluar , agar ia tidak curiga. Ku langkahkan kaki ku kembali masuk ke dalam rumah sakit, aah seperti nya aku butuh cuci muka agar tidak terlihat berantakan. Ku cari petunjuk arah " Rest Room" terdekat.

Ooh itu dia , di pojok dekat kantin.

" Kamu sudah tau semua nya?"

" Ya Lin, aku tidak menyangka kenapa harus Andra yang menjadi mantan nya."

Suara itu , ku dengar sekali lagi..

" Pantas saja selama ini dia selalu menghindar , terlebih lagi untuk bertemu dengan tante Meri."

" Maaf Rian , karena mama kalian jadi seperti ini."

" Aku takut Lin, takut dia kembali lagi ke sisi Andra. Terlebih lagi ketika ia memaksakan diri untuk mendonorkan darah nya"

" Hush, kamu jangan bicara seperti itu. Aku bisa merasakan cinta nya terhadap kamu itu lebih besar. Andra hanya masa lalu nya Manda.

Ku tutup mulut ku agar tidak mengeluarkan suara ,

Jadi Rian sudah tau tentang semua nya? Sejak kapan?

" Ya sudah , sebaik nya kita kembali ke sana. Mungkin Papa sudah selesai bicara dengan Manda."

Aku harus segera pergi dari sini sebelum mereka melihat ku.

" Manda.."

Rian tampak terkejut melihat aku yang masih shock mendengar pembicaraan mereka.

" Lebih baik kalian bicarakan baik - baik." Oline memecahkan keheningan diantara kami bertiga.

" Maaf Manda sudah membuat kamu sedih selama ini." Oline memeluk tubuh ku sesaat sebelum ia pergi meninggalkan kami.

Is it love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang