Suasana tegang menyelimuti ruang tunggu di salah satu rumah sakit di bilangan Jakarta Pusat. Tidak ada yang berbicara satupun diantara mereka , semua sibuk berdoa dan berharap agar orang yang saat ini berada di ruang operasi bisa selamat. Sesekali terdengar suara tangisan dari perempuan yang duduk di ruang tunggu sambil sesekali pria disamping nya mengusap punggung nya mencoba menenangkan. Di sudut ruangan pun terlihat pemandangan yang sama , dua orang pria yang sudah tidak muda lagi sedang terdiam sibuk dengan pikiran nya masing – masing.
Di salah satu ruang rawat di rumah sakit yang sama, seorang wanita masih belum siuman sambil ditunggu oleh keponakan dan kakak nya. Ia langsung pingsan begitu sampai di rumah sakit dan mendengar kabar bahwa anak nya banyak kehilangan darah dan kondisi nya yang terluka parah.
“ Mobil korban menabrak truk dari arah yang berlawanan. Saat ini polisi masih menunggu keterangan dari saksi mata di TKP.” Polisi tersebut menunjukkan bukti berupa photo , kondisi mobil yang hancur bagian depan nya dan juga kaca depan yang sudah pecah semua nya. Hanya itu yang bisa diingat oleh Oline ketika ia mendengar penjelasan dari polisi yang membawa adik nya ke rumah sakit.
Ia tidak menyangka bahwa adik nya kecelakaan, seharus nya ia mencegah Andra ketika akan keluar dari rumah nya setelah mereka bertengkar dengan mama nya. Aah andai saja.
*******
“ Kamu mau kemana sayang ? “ tanya ku heran ketika melihat Rian langsung panik mematikan handphone nya. Sudah dua malam Rian ke kosan ku sehabis ia kerja , sekarang kondisi ku sudah agak membaik.
“ Aku mau ke rumah sakit Hon.” Jawab nya singkat.
“ Siapa yang sakit ? “ tanya ku sambil membantu membereskan dokumen – dokumen nya yang berada di tempat tidur ku.
“ Andra kecelakaan. Sekarang mama sudah disana , menemani Tante Meri yang pingsan.’’
Apa? Andra kecelakaan. Ya Tuhan , bagaimana bisa dia kecelakaan? Tanya ku dalam hati
“ Hon,honey. Kamu kenapa, kok diam? Kepala kamu masih pusing ?” Rian mengusap kening ku.
“ Aah ooh , engga apa – apa.” Jawab ku
“ Aku pulang dulu ya Hon, kamu langsung istirahat ya.Besok ga usah kerja kalau masih sakit.”
Cuup, ciuman nya mendarat di kening ku sebelum ia pergi.
“ Riaaan…” panggil ku ketika ia mengambil kunci mobil nya di meja rias ku.
“ Kenapa hon?”
“ Aku ikut.” Entah lah suara itu tiba – tiba keluar dari mulut ku. Aku tidak tau apa yang aku rasakan saat ini, karena semua nya campur jadi satu begitu mendengar Andra kecelakaan.
Tidak mudah untuk membuat Rian menyetujui keinginan ku untuk ikut bersama nya ke rumah sakit. Ia bersikeras kalau aku masih harus istirahat dan bisa menjenguk Andra kalau aku sudah sembuh. Namun aku tidak mau mengalah dan terus membujuk nya agar ia mengabulkan keinginan ku, dan akhir nya ia mengalah .
Sepanjang perjalanan dari kosan ke rumah sakit aku hanya bisa diam sambil menatap jalanan yang masih basah karena hujan baru saja berhenti. Aku berdoa dalam hati semoga Andra baik – baik saja , sesekali aku memijat keningku dan menutup mata berusaha menahan air mata ku agar tidak keluar.
“ Pokok nya kamu Cuma sebentar di rumah sakit , abis itu langsung pulang.” Rian mengusap rambut ku , ia mengira apa yang aku lakukan barusan karena kepala ku masih terasa pusing. Rian , aku ga tau harus bilang apa sama kamu.
****
“ Demi Tuhan Amanda Safina Wiraatmadja kamu masih sakit, kita cari pendonor lain nya!” terlihat jelas bagaimana tangan Rian yang bergetar menahan kesal karena aku lagi – lagi bersikeras untuk mendonorkan darah untuk Andra.
“ Tapi dia butuh banyak darah Rian, setidak nya sebelum kita mendapatkan kekurangan nya. Aku bisa mendonorkan darah ku.” Semoga saja alasan ku kali ini didengar oleh nya. Aku langsung berjalan mengikuti suster menuju ruangan untuk mengambil darah ku dan meninggalkan Rian yang masih terdiam kesal.
Ketika sampai dirumah sakit , kami langsung menuju ke ruang tunggu. Disana sudah ada keluarga nya yang duduk terdiam menunggu hasil operasi. Sedangkan mama nya masih berada di ruang perawatan karena shock mendengar kabar Andra kecelakaan ditemani mama nya Rian dan Sherli.Aku bernafas lega setidak nya aku tidak bertemu dengan mama nya. Entah lah apakah ia masih ingat dengan wajah ku atau tidak.
Aku berharap tidak ada yang mengingat wajah ku selama berada di ruang tunggu , ku perhatikan Oline masih menangis dipelukan suaminya. Sedangkan papa nya Andra duduk terdiam sambil menatap kearah pintu ruang masuk operasi. Aku masih menggenggam tangan Rian berusaha untuk menenangkan diri nya dan juga diriku sendiri.
Suster mengatakan kalau Andra banyak kehabisan darah dan saat ini ia masih membutuhkan dua kantung darah lagi dan persediaan dirumah sakit sudah habis. Papa nya sudah mendonorkan darah dan masih kekurangan orang. Aku yang teringat memiliki golongan darah yang sama langsung mengajukan diri untuk mendonorkan. Namun hal itu langsung ditolak oleh Rian karena aku sedang sakit, aku bersikeras ingin mendonorkan darah. Anggap saja untuk mengurangi rasa bersalah ku terhadap Andra,ucap ku dalam hati.
Ku rasakan tepukan di bahu ku, “ Saya ga tau harus bilang apa dan bagaimana membalas nya. Terima kasih sudah mau menolong Andra.” Pria yang dipanggil Om Edo oleh Rian kini sudah berada diantara aku dan Rian , ia papa nya Andra.
*****
Sudah dua minggu semenjak malam itu , aku belum berani untuk datang lagi ke rumah sakit. Malam ke empat ia dirawat, ketika hampir saja aku bertemu dengan mama nya. Beruntung aku sudah berada diperjalanan pulang ke kosan ketika Sherli mengirimkan pesan bahwa tante nya ingin bertemu dengan ku. Aku tidak tau sampai kapan bisa menolak ajakan Rian untuk menjenguk sepupu nya itu terlebih lagi tante nya yang berulang kali ingin mengucapkan terima kasih langsung kepada ku.
Aku hanya mendengar dari Rian saja mengenai kabar Andra. Ia masih berada di ruang ICU dan belum sadar dari koma. Dan dari mulut Rian pula aku mengetahui penyebab Andra kecelakaan, sebelum kecelakaan itu terjadi ia habis bertengkar dengan mama nya karena sudah membatalkan pertunangan nya dengan Cecilia Lim.
Tuhan apa yang harus aku lakukan,ternyata ia benar – benar membatalkan pertunangan nya. Andai saja kita tidak bertemu di Airport , mungkin tidak akan seperti ini.
Aku menceritakan semua nya ke Timo mengenai hal ini. Namun ia hanya berkomentar “ Mungkin itu balasan dari Tuhan buat dia dan nyokap nya yang brengsek!” aku tau Timo masih belum bisa memaafkan Andra dan mama nya, ia juga memarahi ku begitu tau aku mendonorkan darah untuk Andra. Berulang kali ia meminta ku agar tidak usah peduli lagi dengan Andra.

KAMU SEDANG MEMBACA
Is it love?
RomanceApa jadinya kalau orang tak dikenal yang sudah kamu marahi,ternyata dia client mu? Pertemuan pertama yang aneh itu berlanjut sampai ke masalah serius.Seorang Manda tidak pernah menyangka bahwa pria yang ia marahi itu akhirnya menjadi seseorang yang...