Decision

4.9K 161 17
                                    

Tidak ada yang berbicara satupun ketika aku dan Rian sudah berada di dalam mobil. Panggilan telephone dari Arya pun tidak aku jawab daritadi. Kami hanya diam.

Kali ini Arya menghubungi ku kembali, " Jawab telephone nya , supaya Arya ga khawatir. " Rian bersuara.

" Assalamualaikum De.."

"......."

" Kamu sudah sampai mana? Sama temen ?"

"........."

" Handphone teteh tadi di tas , kamu nginep dimana? yaudah nanti sms teteh kalau udah sampai Jakarta."

"........."

"Waalaikumsalam."

Ku masukkan handphone ke dalam tas, ku palingkan wajah ku ke jendela.

" Hmmm.." desahan nafas Rian memecah keheningan.

" Kita harus bicara.."

Aku hanya menganggukan kepalaku.

Di arahkan kendaraan nya menuju apartment nya . Ia memeluk pinggang ku posesif ketika kami memasuki lobby , seakan - akan aku akan pergi. Kami sudah berada di living room apartment Rian , aku duduk di sofa sedangkan dia berdiri dekat jendela menatap ke luar.

" Aku ga sengaja mendengar semua pembicaraan kamu dengan Timo pas di Café , dua minggu yang lalu. Kamu ingatkan seharus nya kita nonton tapi aku membatalkan dan beralasan mau ketemu teman kuliah."

" Habis dari café aku langsung ketemu Oline menanyakan tentang mantan nya Andra dan mengapa Andra memaksa untuk membatalkan pertunangan nya." Ia terdiam sejenak , " Awal nya Oline tidak curiga ketika aku bertanya , namun ia curiga ketika aku minta kunci apartment Andra dan ingin mencari Photo - photo nya ketika ia kuliah di Bandung."

Ku peluk bantal sofa untuk mengurangi rasa terkejut mendengar penjelasan nya.

" Aku tau ini ga sopan , aku periksa semua ruangan apartment nya. Sampai ketika aku masuk ke kamar nya , aku langsung terdiam begitu melihat banyak photo - photo kalian dipajang di kamar nya. Terlebih lagi photo ketika kamu sedang berada di jalan depan kosan. "

" Aku yakin photo itu diambil ketika kamu tiba - tiba tidak bisa aku hubungi. Ingin rasanya aku menampar wajah nya , mengingat bagaimana kondisi kamu hari itu. Ternyata dia yang sudah membuat kamu takut dan menangis."

" Tadi pagi Manda dijemput sama temen nya. Ibu pikir sama Nak Rian tapi mobil nya beda. Apa yah? Mobil gede gitu, Roper roper gitu. Ibu lupa."

" Aku ingat apa yang dibilang ibu kosan , kamu dijemput sama teman laki - laki. Mobil nya Arnold itu Jazz bukan Range Rover."

" Jadi selama ini kamu sudah tau. Tapi.." belum selesai aku berbicara , ia sudah melanjutkan

" Iya , dan untuk memastikan nya lagi aku menanyakan kembali ke Timo." Ia menatap ku dari tempat nya berdiri.

" Kamu jangan marah sama dia, aku yang memaksa nya agar ia bicara dan tidak bilang sama kamu." Ia membela Timo agar aku tidak memarahi nya.

Cepat atau lambat semua akan terungkap , aku menghela nafas.

" Aku takut kehilangan kamu, aku takut kamu kembali lagi ke Andra. Mengingat ketika kamu bersikeras ingin ke rumah sakit dan mendonorkan darah padahal kamu sedang sakit. Tapi aku sadar , aku egois kalau berfikir seperti aku. Aku tau kamu masih mencintai nya." Ia mengalihkan tatapan nya ke jendela.

"Aku mau kamu bahagia, aku ga mau nahan kamu supaya tetap ada di samping ku. "

Semudah ini , kamu berbicara seperti itu sama aku Rian.Kamu ga tau gimana rasa sayang aku sama kamu. Hati ku sakit mendengar ia begitu gampang nya ingin melepas ku dari samping nya.

" Maksud kamu apa ngomong kayak gitu?" aku tidak mengerti dengan maksud nya.

" Aku rasa aku ga perlu mengulangi perkataan ku barusan."

" Sekarang aku antar kamu. Jangan sampai Arya nungguin kamu kelamaan." Ia menghindari tatapan ku yang menunggu penjelasan nya.

" Rian..jawab"

Ia segera mengambil jaket nya yang berada di sofa dekat aku duduk. Ku pegang lengan nya sebelum ia pergi lagi.

" Rian jawab pertanyaan aku! Jangan buat aku bingung."

Aku berharap ia akan menjelaskan ketika ia membuka mulut nya , namun ia hanya berbicara " Aku anter kamu sekarang."

Demi Tuhan , aku ga percaya dengan semua yang ia bilang. Semudah itu ia melepaskan ku dan mengapa ia mempunyai pikiran kalau aku masih mencintai Andra?

" Kamu ga perlu nganter aku. Aku bisa sendiri."

Aku langsung berlari ke luar , menekan - nekan tombol lift agar cepat terbuka.Dada ku sesak , mengingat semua yang ia katakan. Ia sama sekali tidak mengejar ku , entah lah mungkin ia juga bingung dengan semua ini.

Is it love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang