BAB 18 - Khawatir

273 44 0
                                    

Yogyakarta , oktober 2019

"Jadi waktu gue kebingungan nyariin elo yang tiba-tiba ngilang, ternyata elo nyamperin Alfian?"

"He he, iya"

"Astaga Raina" Lilian menepuk keningnya

"Tau nggak, gue yang bangunin bu Yati. Untung gue di kira sakit" imbuhnya lagi

"Maaf Lian, gue nggak sempet mikirin elo waktu itu. Gue takut Alfian kenapa-kenapa"

"Dan baru sekarang elo ngomongnya?"

"Ish Lian. Gue lupa mau jelasin, lo juga nggak nanya"

"Ya udah, ya udah. Lanjutin ceritanya"

****

Raina berlari di belakang Dimas. Entah apa yang Dimas katakan kepada mang Dadang, satpam sekolahnya. Sehingga mereka diperbolehkan keluar dengan mudah.

Raina berlari dengan nafas yang terengah-engah. Sesampainya di warung kopi milik bi Uti, Raina mengedarkan pandangannya keseluruh halaman warung itu. Tidak ada tanda-tanda Alfian disini. Dimas dan Damar sudah terlebih dahulu masuk ke dalam warung bi Uti.

"Ra sini" teriak Dimas

Tanpa berpikir lebih lama lagi, Raina berlari menghampiri Dimas yang memanggilnya dari dalam warung milik bi Uti.

Ini adalah kali kedua Raina memasuki warung milik bi Uti. Entah sejak kapan, warung kopi ini tidak terasa asing lagi baginya. Dengan langkah mantab Raina mempercepat lajunya, seolah hafal dengan setiap sudut ruangan itu.

Di lihatnya sosok yang ia rindukan selama ini, matanya memanas. Ia menghampiri Alfian yang tengah terduduk lemah di kursi kayu milik bi Uti.

"Re.." lirih Alfian

Raina diam.

"Maafin aku" imbuhnya lagi. Raina masih diam. Tidak tau harus menjawab apa.

Raina mendekatkan dirinya pada Alfian. Ia masih terdiam. Enggan menanggapi Alfian. Keadaan Alfian tidak terlalu buruk, hanya ada beberapa luka lebam di sudut bibir, dan pelipisnya.

Hanya ada Raina, Alfian, Damar, Dimas dan bi Uti di ruangan itu. Kelimanya saling diam. Hanya keheningan yang terdengar begitu keras.

"Bibi ada P3K?" tanya Raina memecah keheningan itu

"Ada neng, sebentar bibi ambilin ya"

"Iya bi, makasih"

"Yan, kita balik dulu ya" kata Dimas kemudian

"Ra, balik dulu" imbuhnya lagi

Alfian dan Raina hanya menganggukan kepala. Tidak ada yang saling berbicara lagi setelah itu. Hingga 5 menit kemudian bi Uti datang membawa kotak P3K untuk Alfian.

"Ini neng"

"Makasih ya bi. Maaf merepotkan"

"Ah enggak kok, bibi tinggal dulu ya. Bibi lagi masak air"

"Iya bi, makasih"

Bi Uti menganggukan kepalanya. Dua detik kemudian, bi Uti pergi meninggalkan Raina yang tengah mengeluarkan obat merah dari dalam kotak P3K.

Rain-a.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang