BAB 10 - Feeling

294 48 0
                                    

Raina sedang berpikir keras. Oh God. Teriaknya dalam hati. Baru saja Alfian memanggilnya honey? Atau Raina salah dengar?

**

"Lo Re, Alfiannya mana?" tanya papa Raina setelah ia memasuki rumahnya

"Langsung pulang, soalnya tadi ada urusan mendadak. O ya, katanya salam buat papa sama mama gitu"

"Oh ,salamin balik aja" jawab papanya singkat

"Oke pa"

Raina menaiki tangga rumahnya dengan senyum mengembang di bibirnya, ia berjalan menuju kamarnya

"Gila lo ya senyum-senyum sendiri" ucap Bara yang sedang berdiri bersender pada pintu kamar Raina, Bara menyilangkan kedua tangannya di depan dada

"Siapa yang senyum-senyum sendiri"

"Duh mbak, orang bego juga tau kalo tadi lo senyum-senyum sendiri"

"Apaan sih lo Bar, sana ah minggir. Ngantuk gue mau tidur" ucap Raina sembari menarik tangan Bara

"Baru juga diajak jalan sekali udah gila aja lo" ucap Bara dari balik pintu kamar Raina yang sudah tertutup

Raina mengunci pintu kamarnya, ia menyenderkan punggungnya pada pintu kamarnya itu. Raina memegang bibirnya dengan jarinya, ia masih terbayang-bayang dengan apa yang terjadi 10 menit yang lalu.

Saat Alfian mengecup bibirnya sekilas. Ia membayangkan seberapa dekat wajahnya dengan Alfian tadi. Gilaaa, gilaaaa. Alfian astaga lo udah bikin gue gilaaa. Teriaknya dalam hati

Raina melemparkan tubuhnya di atas kasur empuknya itu. Ia memeluk erat jaket Alfian yang masih melekat pada tubuhnya. Seolah-olah ia enggan melepaskan jaketnya itu.

Raina menggeleng-gelengkan kepalanya, ia masih tidak berada di dunia. Entah sedang di dunia belahan mana ia saat ini. Wajah Alfian berputar-putar dikepalanya. Membuat mata Raina enggan untuk terpejam.

Tiba-tiba ponsel Raina bergetar, dengan gerakan cepat ia meraih ponselnya yang tadi sempat ia lemparkan di sisi ranjangnya. Siapa tau Alfian yang mengirimnya pesan. Pikirnya

Galang : Ra

Raina menarik nafas panjang, bukan Alfian rupanya. Tetapi tidak masalah, toh sebelum pergi Alfian sudah mengucapkan selamat malam untuk Raina. Ia kembali tersenyum. Dilemparkannya lagi ponselnya itu sembarangan. Ia mengabaikan pesan dari Galang

**

Satu minggu setelah kejadian malam itu, Alfian tidak lagi menguhubungi Raina, entah apa yang terjadi dengan laki-laki itu. Raina juga tidak melihat Alfian selama satu minggu ini ketika di sekolah, kemana gerangan laki-laki itu. Raina masih enggan untuk menghubungi laki-laki itu duluan, ia belum terbiasa.

Tidak ada yang mengusiknya lagi selama satu minggu ini. Hanya Galang yang mengusiknya, seolah menggantikan sosok Alfian, rasanya berbeda, tidak seperti saat bersama Alfian. Bagus sekali, Alfian berhasil membuatnya merasa gelisah tak kenal waktu.

Saat ini Raina sedang berada di sebuah toko buku bersama Lilian. Sahabatnya satu ini memang penggila buku, membuatnya harus sering-sering mengunjungi toko buku di daerah pusat kota ini. Mereka sedang berada di tempat baca yang di sediakan toko buku itu.

"Kenapa deh lo bengong aja dari kemarin gue perhatiin" ucap Lilian menyadarkan lamunan Raina

"Siapa?"

"Elo, elah. Kenapa?"

"Nggak papa Lian"

"Bingung deh gue sama lo, apa-apa di pendem sendiri, terus kenapa deh lo sekarang sering banget ngecekin hp mulu, biasanya di anggurin juga"

Rain-a.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang