Raina mengulurkan tangannya, hendak menyalami tangan papa Alfian.
"Raina om""Ah iya, udah tau juga. Ha ha ha" kata papa Alfian. Ketiganya tertawa, terkecuali Alfian yang menggeleng-gelengkan kepalanya melihat sikap kedua orang tuanya.
"Ah ya, manggilnya jangan om dong, samain kaya mama Alfian" katanya kemudian
"Papa nyuruh Raina manggil papa 'mama'"
Raina tertawa. Begitu juga dengan mama Alfian. Tidak terkecuali papa Alfian, mereka saling berbagi tawa satu sama lain.
"Maksud papa itu Raina manggil papa ya 'papa' bukan om" jelas papa Alfian.
Alfian hanya mengangguk. 20 detik kemudian, mereka sudah kembali terududuk di kursi ruang tamu rumah itu. Mama Alfian masih saja bertanya tentang keluarga Raina, tentang kegemaran Raina, tentang kehidupan Raina dan masih banyak lagi.
"Yan bikinin minum gih, tega banget kamu biarin Raina kehausan" suruh mamanya kemudian
"Iya iya" jawab Alfian yang kemudian pergi meninggalkan Raina bersama papa dan mamanya.
"Kamu kok mau sih sama Alfian" tanya papa Alfian
"Eh, nggak tau pa. Kok bisa ya Raina mau sama Alfian. Ah baru sadar sekarang" kata Raina dengan wajah frustasi yang di buat-buat. Membuat papa dan mama Alfian tertawa terbahak. Begitupun dengan dirinya.
"Heran aja gitu, kok ada yang mau sama dia"
"Ish, anak sendiri kok di gituin" mama Alfian yang menjawab
"Kan bandel itu anak"
"Iya pa bandel" jawab Raina
"Nah itu, mantu kamu tuh yang jawab"
Raina hanya tertawa. Begitu juga dengan mama Alfian.
"Kok aku ngerasa lagi di gosipin ya" kata Alfian dari belakang yang tengah membawa nampan dengan 4 gelas teh hangat.
"Kepedean kamu" jawab mamanya
Alfian hanya mendengus kesal. Keempatnya kembali berbicara. Membicarakan banyak hal. Sesekali papa Alfian bergurau, membuat ruangan itu penuh dengan gelak tawa. Tak jarang juga Alfian yang bergurau, sifat humoris Alfian sepertinya berasal dari papanya.
Raina tidak mengira sebelumnya, jika ia akan sedekat ini dengan Alfian dan keluarganya. Mereka terus saja berbicara, seolah-olah tidak ada hari esok, hingga tidak terasa jam sudah menunjukan pukul 4 sore. Walaupun belum cukup terbilang sore karena langit Bandung masih tampak cerah.
Alfian berdiri, hendak mengantar Raina pulang. Di susul Raina yang ikut berdiri, kemudian menyalami kedua orang tua Alfian.
"Rere boleh peluk mama?" kata Raina kemudian, sesaat setelah menyalami mama Alfian. Alfian memang menyuruh kedua orang tuanya untuk memanggil Raina dengan nama 'Rere' saja. Agar Raina mengganggap mereka keluarga. Tidak di suruh pun Raina sudah menganggap mereka seperti keluarga.
"Ya boleh lah, sini" kata mama Alfian sembari merentangkan tangannya.
Raina memeluk erat mama Alfian. Entah kenapa ia merasa begitu dekat dengan mama Alfian. Rasanya ia sudah seperti memeluk mamanya sendiri. Jika ada kata yang lebih dari kata bahagia, Raina akan mengungkapkannya. Mama Alfian sudah seperti mama keduanya sekarang.
"Titip salam buat mama kamu ya Re" kata mama Alfian sesaat setelah melepaskan pelukannya dengan Raina. Tak lupa ia mengecup pipi kiri dan kanan Raina.
"Iya ma" jawab Raina.
Alfian yang melihat mamanya menciumi Raina, perlahan mendekat. Setelah merasa dirinya sudah cukup dekat dengan Raina, Alfian mendekatkan wajahnya pada wajah Raina. Membuat Raina terkejut, tak terkecuali papa dan mamanya.