BAB 27 - Galang

212 33 45
                                    

Media : ONE OK ROCK - Smiling Down

~oOo~

Langit kembali menurunkan jutaan tetes air ke bumi. Suara gemertaknya memenuhi atap rumah milik perempuan yang masih berbaring di tempat tidurnya. Sunyi, yang terdengar hanya suara rintik hujan yang menghantam bumi, serta berisik angin yang menerbangkan tirai kamarnya.

Perempuan itu masih diam di tempatnya. Tanpa berkata sepatah kata pun. Sesekali ia menghembuskan napasnya dengan kasar. Tatapan matanya terkadang melirik ke arah laki-laki yang berdiri tidak jauh darinya. Galang, berdiri membelakanginya. Laki-laki itu masih saja berdiri di depan jendela kamar Raina, menyaksikan jutaan kubik air yang turun begitu derasnya.

Bahkan Galang tidak bergerak sama sekali sejak dua puluh dua menit yang lalu. Posisinya masih saja sama, dengan kedua tangan yang ia masukan ke dalam kantung celana sekolahnya. Terkadang Galang juga sama menghembuskan napas dengan kasarnya. Laki-laki itu terus saja seperti itu, membuat Raina jengah melihatnya.

"Lang? Masih betah bediri di situ?" perempuan itu akhirnya bertanya.

Galang menengok sebentar, tidak ada ekspresi apapun. Galang hanya mengangguk-anggukan kepalanya sebentar, kemudian kembali ke posisinya semula. Raina mendengus, entah kenapa Galang menjadi se aneh ini setelah Tania dan Afid pulang.

"Lang. Lo nggak apa-apa kan?"

"Harusnya gue yang nanya." ujar Galang tanpa membalikan tubuhnya menghadap perempuan yang mengajaknya bicara.

Raina terkejut mendengar jawaban yang Galang lontarkan. Perempuan itu menundukan kepalanya. Langit yang kelabu semakin menggelap, waktu begitu cepat berlalu. Tidak ada yang saling membuka suara lagi. Guntur kini menggantikan keheningan yang menyelimuti ruangan itu.

Galang berdecak, langit semakin gelap. Namun hujan tak kunjung mereda, penghujung tahun yang merepotkan. Galang tidak pernah suka hujan. Laki-laki itu akhirnya berbalik, Raina langsung mengangkat kepalanya.

Dan benar saja, Galang tampak berantakan, bukan pada penampilannya, tetapi pada raut wajahnya yang terlihat terluka. Raina membelalakan matanya, kenapa, ada apa dengan laki-laki yang tengah menatapnya dengan tatapan terluka itu.

Galang menghembuskan napasnya dengan kasar lagi, laki-laki itu langsung menghampiri ranselnya yang tergeletak tidak berdaya di lantai kamar Raina.

"Gue balik." ujar Galang tanpa menatap Raina, laki-laki itu langsung berjalan menuju pintu.

"Lang!" seru Raina.

Langkahnya terhenti, tepat di saat laki-laki itu sampai di gawang pintu kamar Raina. Galang langsung berbalik, kurang dari dua detik, wajahnya langsung berubah terkejut. Laki-laki itu langsung membuang ranselnya sembarangan, dengan sedikit berlari, laki-laki itu langsung menghampiri Raina.

Galang langsung memeluk perempuan yang tengah menangis itu. Galang tahu betul apa yang terjadi pada perempuan itu. Ia menyaksikan semua yang terjadi siang itu, dimana Alfian pergi begitu saja. Kala itu, Galang tidak berani untuk mendekati Raina yang tampak begitu terluka. Ia membiarkan perempuan itu terus menangis. Raina hanya tidak tahu jika waktu itu Galang mengikutinya sampai ia pulang kerumahnya.

"Gue sakit lang, gue sakit." isak Raina. Galang semakin memper-erat pelukannya, sembari terus mengusap rambut perempuan itu lembut. Galang juga terluka melihat perempuan yang berada di pelukannya seperti ini.

Perempuan itu masih terus menangis. Dan Galang masih terus memeluk Raina tanpa berkata apapun. Lima belas menit, mereka masih terus pada posisi yang sama, dan tangis perempuan itu tak kunjung mereda. Jika bisa bertukar posisi, Galang mau menggantikan posisi perempuan itu.

Rain-a.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang