BAB 30 - I'm Faded

365 18 38
                                        

Conor Maynard - Faded (Cover)

***

Galang langsung menghampiri Raina, membawakan satu gelas coklat panas buatannya untuk Raina. Perempuan itu masih duduk meringkuk di kamarnya.

Dua puluh menit sejak kedatangannya, Raina masih belum membuka suara. Perempuan itu kini tengah terduduk di lantai kamar Galang, dengan selimut yang membalut tubuhnya. Beruntung Galang langsung memberikan baju ganti untuknya.

"Nih."

Raina tersenyum, menatap Galang yang baru saja duduk di sebelahnya.

"Makasih ya Lang."

Galang menganggukan kepalanya. Laki-laki itu tersenyum,

"Udah enakan?"

Perempuan itu menganggukan kepala sambil tersenyum. Sembari terus mengusap-usap gelas di tangannya, berusaha mencari kehangatan. Raina merutuki dirinya sendiri, kenapa bisa ia sebodoh itu.

Raina menghembuskan napas panjang. Galang yang sejak tadi duduk tidak jauh dari Raina hanya menghela napas berkali-kali. Besar rasa keingintahuannya tentang apa yang terjadi dengan perempuan di sampingnya itu. Namun mulutnya tidak sanggup berucap.

Cukup lama kedua orang itu hanya berdiam diri tanpa berbicara sepatah katapun. Yang terdengar hanya suara derai hujan yang menghantam genting. Raina sejak tadi hanya duduk sambil memeluk kedua kakinya. Sedangkan Galang di sampingnya hanya duduk bersandarkan sofa, sambil sesekali melirik kearah perempuan di sampingnya yang masih saja diam.

Lagi-lagi Galang menghela napas panjang. Membuat Raina langsung menoleh kearahnya. Galang masih belum sadar akan tatapan perempuan di sampingnya itu. Hingga akhirnya ia menoleh kesamping, dan mendapati Raina yang masih menatapnya.

Galang langsung menegakkan posisi duduknya. Laki-laki itu tersenyum.

"Ada apa?"

Raina balik tersenyum, namun perempuan itu langsung menggelengkan kepalanya. Tidak berselang lama, perempuan itu kembali menoleh kearah Galang.

"Lang?"

Merasa namanya di panggil, Galang langsung menoleh kearah perempuan yang duduk di sampingnya itu. "Ya?"

"Kenapa lo mukulin Alfian?"

Galang tampak sedikit terkejut. Sejujurnya ia sangat tidak menyukai pertanyaan itu, terlebih Raina yang menanyakannya. Galang mendongakkan kepalanya, sambil menatap kosong keudara. Sebenarnya ia tidak memiliki niat untuk melakukannya, namun sebagian dari dirinya mendorongnya untuk melakukan hal yang tidak pernah ia sesali itu.

Cukup lama Galang hanya terdiam, sedangkan Raina masih terus menunggu jawaban darinya. Laki-laki itu berdecih, kemudian membenarkan posisi duduknya lagi.

"Gue nggak suka lihat lo sakit kaya gini, tapi Alfian bisa setenang itu tanpa ngerasa bersalah."

Raina tersenyum mendengarkan penjelasan Galang yang tidak seberapa panjang itu.

"Makasih ya Lang. Tapi lo nggak seharusnya kaya gitu, dia nggak salah." ujar Raina lembut.

"Ra, lo itu nggak bisa kaya gini terus. Lo nggak bisa ngebelain Alfian terus. Lo nggak bisa terus-terusan nyakitin perasaan lo sendiri kaya gini. Lo-"

Perkataan Galang langsung terpotong, tepat setelah Raina memegang pipi Galang dengan tangannya. Perempuan itu tersenyum sendu, mencoba meredakan amarah Galang yang sebentar lagi akan tersulut.

"Gue nggak apa-apa Lang. Gue nggak apa-apa." ujarnya yang masih memegangi pipi Galang.

Setelah dirasanya Galang sudah mulai tenang, Raina langsung melepaskan tangannya. Kini giliran dirinya menatap kosong keudara.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 19, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rain-a.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang