Media : Fall For You - Second hand Serenade
"Aku tidak mengira jika kemarin kita pernah sedekat nadi."
-oOo-
Langit masih terus bergemuruh, memuntahkan riak air yang tak kunjung mereda. Laki-laki yang sejak tadi tidak tertarik dengan mata pelajarannya itu hanya terduduk lesu. Sesekali ia hanya memainkan bolpoinnya, atau sekedar mencuri-curi waktu untuk bermain game di ponselnya. Laki-laki itu melirik ke samping, sembari memperhatikan wajah teman sebangkunya yang tengah serius mendengarkan penjelasan gurunya.
"Fid?" panggilnya.
Merasa namanya di panggil, laki-laki bernama Afid itu menoleh.
"Apa?" jawabnya sembari mengangkat dagunya.Laki-laki itu menggeleng. "Enggak." sedangkan Afid hanya mengangguk-anggukan kepalanya, ia tidak mau ambil pusing dengan apa yang dilakukan oleh teman sebangkunya itu. Laki-laki itu kembali memainkan bolpoin di tangannya, sembari melirik kanan kiri. Kemudian berhenti ketika menatap bangku kosong di depannya. Ia berdecih, kemudian sibuk mencoret-coret buku tulisnya yang masih kosong.
Selang tujuh menit, laki-laki itu kembali dilanda kebosanan. Ia kembali melirik bangku di sebelahnya.
"Fid?"Laki-laki bernama Afid itu kembali menoleh dengan tatapan sinis, kali ini ia benar-benar cukup lelah di ganggu seharian.
"Apa lagi sih Lang!"Tanpa jeda, Galang langsung menjawab.
"Nanti jadi nengok Raina kan?"Afid menghela nafas dengan kasar, kemudian menganggukan-anggukan kepalanya. Galang sudah bertanya hal yang sama selama tujuh kali seharian ini. Membuat laki-laki bernama Afid itu kesal sendiri di buatnya.
"Pelajarannya tuh masih lama banget ya?" tanya Galang dengan nada bodohnya.
Afid hanya menggeram, ia benar-benar sudah muak kali ini.
"Sepuluh tahun lagi!" jawabnya ketus. Sedangkan Galang hanya menganggukkan kepalanya. Benar-benar seperti orang bodoh.Menit demi menit terus berjalan. Mata Galang tidak pernah terlepas dari jam dinding yang terpaku di sudut kelas. Bahkan sepuluh menit terasa begitu lama baginya. Laki-laki itu kembali berdecih, kemudian menatap keluar jendela, ia berharap setidaknya hujan sedikit mereda hari ini. Sialnya laki-laki itu tidak suka memakai jas hujan.
Lagi, laki-laki itu menatap sekeliling untuk menghilangkan kejenuhan. Seharian ini ia sudah menjahili beberapa teman kelasnya hanya untuk menghilangkan kejenuhan, tidak terkecuali Afid dan Tania, namun sayangnya sampai sekarang pun ia masih saja merasa jenuh.
Ia terus menatap sekeliling, dan lagi-lagi matanya terhenti ketika menatap bangku kosong di depannya itu. Lagi-lagi ia menghembuskan nafasnya dengan kasar. Hingga akhirnya bel sekolah yang ia tunggu-tunggu sejak tadi berdering begitu nyaring. Laki-laki itu berteriak kegirangan, membuat sesisi kelas itu menatapnya dengan heran, tidak terkecuali guru di depan sana yang hanya menggeleng-gelengkan kepala.
Galang bergegas merapihkan barang-barangnya di meja dengan asal. Entah buku atau alat tulis siapa yang ia masukan kedalam tasnya ia tidak perduli sama sekali. Selepas gurunya meninggalkan ruangan, laki-laki itu langsung berdiri, sembari menepuk bahu Afid yang masih menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Gue duluan." katanya sembari melambaikan tangan tanpa membalikkan badannya.
Tania langsung menengok kebelakang, tempat dimana Afid dan Galang duduk.
"Itu anak dari tadi kesambet apaan sih Fid?"Sembari membereskan mejanya, Afid menatap Tania sekilas, kemudian kembali sibuk dengan tumpukan buku pelajaran di hadapannya.
"Nggak tahu, udah dari sononya aneh. Udah gitu bolpoin sama pensil gue mana lagi!" kata Afid sembari menggaruk-garuk rambutnya yang tidak gatal.