BAB 9 - Bersamamu Lagi

297 47 1
                                    

Alfian dan ketiga temannya masih setia menunggu senja di warung kopi dekat sekolahnya. Yang mereka lakukan hanya makan, minum, tiduran, ngobrol, merkok -tapi tidak dengan Alfian, Alfian hanya merokok jika ia sedang benar-benar frustasi. Setidaknya merokok bisa membuatnya sedikit lupa dengan hal yang membuatnya frustasi

"Besok pada masuk ga lo?" tanya Damar tiba-tiba

"Ya masuk, emang lo kaga?" jawab Dimas

"Kaga, libur"

"Serius lo? Libur apaan? Perasaan ga ada tanggal merah bulan ini" ucap Alvin

"Meliburkan diri" jawab Alfian yang sedang tiduran dengan mata terpejam dikursi panjang warung kopi itu

"Pinter" jawab Damar

Alvin, Dimas dan Damar terus saja berbicara tentang rencana pembolosan mereka besok pagi, namun Alfian tidak ikut menanggapi. Padahal biasanya dia paling semangat jika sudah berurusan dengan pembolosan, tiba-tiba ponselnya bergetar

Mama is calling

"Halo ma?"

"Yan pulang cepetan"

"Kenapa ma?"

"Udah mau maghrib, terus mama mau pergi dulu sama papa, jagain rumah ya"

"Bentaran deh ma"

"Disuruh orang tua juga. Nurut kenapa sih!"

"Iya tapi kan ia-"

"Yan"

"Iya iya pulang"

"Good boy, buruan"
Tut-tut-tut, mamanya memutuskan sambungan telfonnya.

Alfian mendengus kesal, ia beranjak dari kursinya. Dengan cepat Alfian menyambar tasnya begitu saja dan meninggalkan ketiga sahabatnya

"Mau kemana lo Yan" tanya Dimas sedikit berteriak

"Balik" jawab Alfian yang sudah berjalan sembari melambaikan tangannya tanpa membalikan tubuhnya

**

"Baru balik lo" tanya Bara tiba-tiba

Raina baru saja menginjakkan kakinya dirumah, sebenarnya tadi ia akan langsung pulang saja. Namun tiba-tiba Lilian mengajaknya untuk pergi ke toko buku sebentar. Sebentar yang ternyata tiga setengah jam. Sehingga ia baru sampai dirumahnya pukul 6 malam lebih 10 menit

"Menurut lo, capek ah gue. Minggir" jawab Raina ketus

"Ye sewot lo"

Raina tidak menggubris apa yang di katakan Bara, dengan cepat ia menaiki tangga rumahnya. Sesampainya di kamar, Raina merebahkan tubuhnya di atas kasur berukuran queen sizenya.

Ia mengerjapkan matanya beberapa kali. Kenapa Alfian gak hubungin gue ya dari tadi.
Raina menarik nafasnya panjang, ia bergegas menuju kamar mandi, badannya terasa begitu lengket saat ini.

Setelah menyelesaikan acara mandinya, Raina kembali mengecek ponselnya. Ia melihat beberapa notification yang muncul di ponselnya. Ia menarik nafas panjang lagi, tidak ada nama Alfian disana.

Entah sejak kapan Raina menjadi senang menanti-nanti chat dari Alfian. Mengingat soal Alfian, pipi Raina menjadi memerah karena teringat dengan kejadian tadi pagi di sekolah.

Saat Alfian mengatakan hal konyol yang mampu membuat hatinya berbunga, rasanya seperti banyak kupu-kupu yang berterbangan di perutnya.

Tiba-tiba terdengar suara ketukan dari pintu kamarnya
"Mbak ada temen lo dateng tuh"
Bara rupanya.

Rain-a.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang