"Sial. Bener-bener sial, kampret"
"Apanya?"
"Apanya yang apanya? Lo masih aja nanya Ra. Kita sial. Supir bus kota yang lemaknya numpuk di perut kayak badut itu bener-bener bikin dompet gue nangis"
"Hahaha" Raina tertawa begitu lepas.
"Dan bisa-bisanya lo ketawa Rain. Lo bener-bener hebat"
Yang benar saja, Lilian memaksa supir bus kota itu untuk berbalik arah sejauh 15 kilometer, yang tentunya membuat para penumpang mengumpat kesal kepada Lilian. Wanita ini memang benar-benar sudah kehabisan akal batin Raina. Supir bus kota itu juga sama seperti Lilian. Keras kepala, ia setuju memutar balikkan bus yang ia kendarai asal Lilian akan membayarnya dua kali lipat dari tarif yang seharusnya. Mau bagaimana lagi , Lilian pasrah dan menurut saja agar ia bisa cepat pulang. Hanya rumah yang menjadi tujuannya saat ini. Tidak ada yang lain. Apalagi ditengah hujan yang semakin deras, mau kemana lagi selain pulang, batinnya.
"Lo mau kemana Lian?"
"Mandi, lo nggak liat kita basah kuyup kaya gini? Supir sialan itu memberhentikan kita 500 meter dari apartemen ini, sial, benar-benar sial. Apa gue nggak lebih sial dari ini"
Lilian terus saja mengumpat hingga ia tidak melihat tetesan air hujan dari bajunya yang basah itu di lantai, membuatnya sukses mendarat di lantai. Tepat sasaran batinnya. Raina tak mampu lagi membendung tawanya, hingga tawanya pecah, memenuhi seisi ruangan apartemen yang tidak mewah itu.
"Bagus Raina. Bagus"
"Maafkan daku Lian. Harusnya tadi lo liat gimana lo jatuh. Hahaha"
"Gue emang nggak liat gimana gue jatuh Ra. Gue me-ra-sa-kan-nya, lo tau" mata Lilian membulat penuh kearah Raina. Seakan-akan mata itu akan keluar dengan sendirinya dan siap membunuh siapa saja yang menatapnya. Raina kembali tertawa.
"Rain.."
"Ya Lian?"
"Lo nggak mau nyeritain semuanya sama gue Ra. Gue udah nunggu lama"
"Tentang apa?"
"Cowok itu, ceritain ke gue"
"Gue belum mandi Lian. Lo nggak liat gue basah kuyup gini apa"
"Salah sendiri nggak mandi"
"Apanya yang salah sendiri, lo mandi hampir satu setengah jam Lian. Lo mandi apa tidur"
"Ya mandi Rain, setengah tidur kayaknya"
"Liaaaaannnnnn"
"Mandi sono, lo bau"
Setengah jam rasanya sudah dari cukup untuk Raina membersihkan diri dari sisa air hujan tadi. Tidak nyaman rasanya berbasah-basah seperti ini, tapi entah, ia menyukainya. Tapi bisa juga tidak. Raina tidak tahu."Udah selesai?" Raina tersentak
"Lo bikin gue kaget Lian"
"Gue nggak ngelakuin apapun, cuma tanya"
"Lo muncul tiba-tiba kaya hantu"
"Jadi gimana Rain?"
"Gimana apanya?"
"Lo mau cerita apa enggak"
"Nggak"
"Oke deh Rain"
"Lo nyerah Lian?"
"Nggak. Gue cuma nggak bakalan nanya lagi"
"Serius? Demi apa lo"
"Ya. Cuma buat sekarang aja. Hahaha"
Jika terus seperti ini lama-lama Raina harus memeriksakan keadaan telinganya yang selalu mendengar suara melengking dari gadis di depannya itu.
