Alfian melangkahkan kakinya menjauh, ia tidak ingin mendengar ocehan Dimas yang tidak akan pernah berhenti. Lebih baik ia pergi saja dibanding harus mendengarkan Dimas. Membuat sakit kepala saja pikirnya.
"Alfian mau kemana lo? Main minggat seenak jidat. Tungguin gue" suara Dimas begitu mengganggu telinga Alfian. Sepertinya laki-laki itu tidak peduli dengan tatapan orang-orang yang menatapnya heran. Dengan sangat terpaksa Alfian memberhentikan langkah kakinya.
"Apa lagi?""Lo tadi ninggalin gue kampret"
Tidak ada jawaban lagi selain tatapan tajam dari mata elang Alfian. Dimas hanya terkekeh melihat sahabatnya. Apa yang membuat laki-laki ini menaikkan kadar emosinya. Rasa-rasanya Dimas tidak merebut jatah makan Alfian. Laki-laki itu akan marah besar jika ada orang yang mengambil makanannya, bahkan secuil saja.
"Lo kenapa deh Yan? Lagi PMS?"
"Iya, bikin gue pengen makan lo idup-idup Dim" lagi-lagi Dimas mendapat tatapan tajam dari laki-laki di depannya itu, andai saja Dimas wanita, mungkin Dimas akan terbuai dengan tatapan tajam Alfian yang terlihat begitu manis dimata para wanita.
"Kalo gue cewek, gue pasti udah nyium elo sekarang Yan" Dimas terkekeh geli mendengar perkataannya sendiri. Sedangkan Alfian hanya memberi tinjuan tak berarti di lengan Dimas, ditambah dengan tatapan tajam matanya lagi.
"Apa nggak ada hal yang lebih menarik selain ngeliatin anak-anak baru itu jalan jalan doang? Ngebosenin" Alfian berjalan menuju ruang kelasnya, yang berantakan. Bagaimana tidak, hampir semua siswa laki-laki di kelas ini sejenis dengan Alfian dan Dimas. Di gilai gadis-gadis dan beraroma nakal. Meskipun mereka nakal pada tempatnya, tetapi tetap saja nakal.
"Jangan banyak komentar, awas aja kalo ntar lo jatuh cinta nyet" lagi-lagi Dimas berkomentar seenaknya. Tidak ada jawaban, lagi-lagi Alfian tidak membuka mulutnya. Ada yang sedang ia pikirkan. Bukan soal Dimas. Tetapi soal gadis yang ia temui tadi. Siapa? Reina? Rania? Atau Raisa? Kali ini Alfian benar-benar menyesal dengan ingatannya yang rendah itu. Tidak mungkin jika harus bertanya dengan Dimas. Yang ada Dimas akan mempermalukannya. Cari saja di sosial media nanti, batinnya.
"Mau kemana lo?" Alfian menatap Dimas yang melangkahkan kakinya meninggalkan kelas.
"Pergi, ada Damar sama Alvin diluar" Dimas melangkahkan kakinya lebar-lebar meninggalkan Alfian tanpa menatapnya. Dimas tau, tanpa disuruhpun Alfian pasti mengekorinya di belakang.
Damar melambaikan tangannya "Kaya perawan lo pada ,dipanggil lama datengnya. Dandan dulu apa?"
"Bang Alfiannya lama, marah-marah dulu tadi. Lagi PMS" Dimas melirik Alfian yang tidak peduli dengan jawabannya. Biasanya marah lagi.Damar menatap lekat-lekat wajah Alfian yang sedari tadi hanya diam saja. Padahal biasanya berbicara sendiri. Mereka sedang duduk di bangku yang terbuat dari semen dekat pohon beringin "Ngelamun lo Yan?"
Tidak ada jawaban lagi dari Alfian. Benar-benar Alfian yang aneh. Ia hanya menatap arah aula sekolah yang tampak ramai dipenuhi siswa-siswa baru di sekolah itu. Damar, Dimas dan Alvin saling menatap. Seolah tau apa yang Alfian pikirkan, mereka bergegas pergi meninggalkan bangku yang terbuat dari semen itu.Dimas menepuk bahu Alfian ,membuat Alfian terbangun dari lamunannya "Ikut nggak Yan?" Alfian melirik sekelilingnya, Damar dan Alvin sudah pergi entah kemana. Seperti hilang ditelan angin saja. Atau pohon beringin di depannya ini dipenuhi makhluk halus pemangsa manusia. Alfian bergidik ngeri membayangkannya, kembali lagi di tatapnya Dimas yang mulai melangkah pergi meninggalkannya. Sebelum benar-benar dimangsa penunggu pohon beringin, Alfian memperlebar langkahnya untuk menyamai langkah Dimas didepannya.
"Mau kemana Dim?" kali ini Alfian yang berbicara. Rasa-rasanya ia kenal tempat ini. Setelah memastikan dimana ia berada, akhirnya ia menyadari bahwa ia sedang berada di ruang tata usaha sekolahnya "Lho , kita ngapain kesini?" Alfian kembali menatap ketiga sahabatnya yang sedari tadi sudah berkeliaran diruangan ini, mencari sesuatu.
"Ngapelin bu Luna Yan" Dimas menjawabnya asal. Alfian hanya menatap heran. Kesal juga sebenarnya, rasanya ia dipermainkan dari tadi. Kalau memang ada bu Luna sih tidak apa, nyatanya hanya ada mereka berempat di ruangan ini. Mereka membawa beberapa map ditangannya masing-masing, berkas-berkas biodata siswa sepertinya. Tapi untuk apa?
