Prologue

23.6K 984 3
                                    

"Dogernya satu ya, Kek," pintaku mantap pada seorang pedagang es doger pinggir jalan.

Ia sumringah begitu mendengar pesananku. Kulirik gerobak dogernya yang masih penuh.

"Ini, Neng," ujarnya seraya menyodorkan segelas doger yang tampak sangat menggiurkan itu. Apalagi pada cuaca seperti di gurun ini.

"Terimakasih, Kek. Ambil saja kembaliannya ya." Ia tersenyum menerima uang dariku.

Setelah menghabiskan segelas doger segar itu, akupun kembali melanjutkan perjalanan ke kampus yang memang tak begitu jauh dari kosanku.

Sengaja aku tak langsung menuju kelas. Hari ini aku akan duduk sejenak di aula kampus sambil menunggu sahabat lamaku, Nurmala. Katanya ia akan menemuiku di sini.

"Viana!" seru seseorang memanggil namaku.

Aku menoleh, kudapati Nurmala berlari kecil menghampiriku.

"Hey. Akhirnya kita bertemu lagi, setelah sekian lama," seruku girang.

Nurmala memeluk erat tubuhku seperti biasanya saat kami bertemu, namun kali ini ia tak melepas pelukannya dariku dengan cepat seperti biasanya. Kuhitung dalam hati, satu,dua, tiga, empat, lima..., hey, ada apa dengannya?

"Nur, kamu baik-baik aja kan?" tanyaku hati-hati.

"Ah, ya. Aku -," ujarnya terbata. "Aku nggak baik-baik saja," lirihnya kemudian, disusul dengan tangis yang pecah begitu saja.

Jelas saja aku bingung dibuatnya. Nurmala, gadis tangguh dan polos yang sudah kukenal sejak lama ini tak pernah meneteskan air mata walau kakinya terjepit jebakan tikus,namun kali ini ia menangis. Aku jadi penasaran, ada apa dengannya?

"Kamu tahu Ranto kan?" tanyanya buru-buru disela isak tangisnya.

"Ya. Pacarmu sejak tiga tahun lalu, kan?"

Nurmala mengangguk cepat, "Dia...," Nurmala tak melanjutkan kalimatnya.

"Dia kenapa? Dia ngapain kamu? Apa ka... ka... kamu? Ranto?" Aku mulai emosi. Apa mungkin Nurmala ha -

"Tidak. Bukan. Ranto ninggalin aku di hari pernikahan kami."

Apa? Bagaimana bisa! 

ARISAN NIKAH (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang