Say yes, say yes cause I need to know
You say I'll never get your blessing 'til the day I die
Tough luck, my friend, 'cause the answer's still 'No"Why you gotta be so rude?
Nurmala memang jarang bicara, tapi sekali bicara maka ucapannya akan memengaruhi orang yang ia ajak bicara hingga mabuk. Tania adalah salah satu korbannya. Ucapan Nurmala tentang Yakhsa kemarin siang membuat kepalanya berputar-putar.
"Bagaimana jika Yaksha benar-benar menolak untuk melakukan arisan nikah ini?" Kalimat tersebut seakan memenuhi kepala Tania.
Apa yang akan ia lakukan jika mempelai prianya menolak untuk menjalani arisan nikah ini. Kini Tania sadar bahwa seharusnya ia dan sahabat-sahabatnya tak perlu bermain arisan konyol ini. Tapi semuanya telah terjadi, sumpah telah diucap, dan tak ada satupun dari mereka yang bisa mundur walaupun selangkah lagi.
"Hmmph..." Tania menghela napas panjang ke udara, seolah beban pikirannya akan menguap bersama hembusan napasnya.
Masalahnya dengan Yakhsa sudah berlarut sampai hari kelima. Ia masih enggan menjawab telepon Yakhsa. Pesan terakhir dari Yakhsa membuatnya meradang. Yakhsa menyatakan ketidaksiapannya atas pernikahan yang seharusnya akan terjadi tiga bulan mendatang.
"Mungkin ia butuh lebih banyak waktu, Tan," kata Sekar melalui jaringan nirkabel tadi malam. Tapi Tania tdak bisa menunggu lebih lama. Ia ingin keputusan itu segera - keputusan bahwa Yakhsa setuju menikah dengannya.
Pekerjaannya di kantor menjadi kacau beberapa hari ini. Tumpukan berkas laporan menggunung di meja kerjanya. Tania selalu menandai mereka dengan tanggal deadline masing-masing agar ia dapat menyelesaikan semua tugas tepat waktu.
"Yang ini minggu depan, yang ini dua minggu lalu, yang ini... ah, tiga hari lagi," ujarnya mencoret-coret label deadline di atas map-map laporannya.
Ia melirik kalender kecil yang bertengger di atas tumpukan berkas-berkas, lalu melingkari bulan ketiga setelah bulan ini. Dimana pada bulan tersebut harus terjadi sebuah pernikahan antara ia dan ...
"Sa! Yakhsa!" Suara seorang pria yang tak jauh darinya menyerukan nama kekasihnya.
Ia tahu Yakhsa kini sedang berada di dekatnya, namun ia sungguh sedang tak ingin menampakkan wajah di hadapannya. Lantas ia menyembunyikan wajahnya di balik berkas-berkas yang sudah mendekati masa deadline tersebut.
"Ada apa?" Tania mendengarkan suara Yakhsa dari balik tumpukan berkasnya.
"Besok lo ada jadwal wawancara di Kinara Tower," info dari sumber suara yang Tania tak kenal siapa orangnya.
"Iya, gue tahu. Jam tujuh pagi kan?" sahut Yakhsa.
"Iya, jangan lupa lo. Ntar lo ketiduran lagi, lo kan lagi dicuekin sama pacar lo. Jadi, gue ragu apakah alarm dari kekasih lo itu akan berfungsi besok pagi," cibir si pemilik suara.
Tania mendengarkan dengan saksama. "Jadi dia cerita pada temannya kita lagi bertengkar? Bagus sekali," gerutu Tania.
"Nggak akan, karena gue akan punya alarm baru besok pagi. Oh iya. Lo bisa ka handle tugas gue nanti sore? gue ada janji dengan alarm baru gue di Taman Kencana jam lima nanti," ujar Yakhsa serius dengan penekanan pada kata 'alarm'.
Tania masih mendengarkan. "Apa? alarm baru? apa maksudnya? baiklah, gue harus ke sana nanti sore," gerutu Tania naik darah.
Tania mengintip Yakhsa dari balik kertas-kertasnya. "Kemana Yakhsa? cepat banget hilangnya," desis Tania celingukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARISAN NIKAH (Completed)
RomanceApa yang kau pikirkan saat mendengar kata 'Arisan'? Menang? Kalah? Giliranmu? Lalu apa yang akan kau lakukan jika namamu yang tertera dalam potongan-potongan kertas sebuah Arisan Nikah? Nurmala, Tania, Sekar, dan Nayra did it. Baca romansa keempat...