Jakarta, November 2016
Kepindahan Sekar ke Bandung membawa banyak dampak bagi kehidupannya. Selain ia harus keluar dari pekerjaannya, ia juga terpaksa harus berada jauh dari Lucky. Di Bandung ia bergabung lagi dengan sebuah perusahaan di bidang yang sama dengan bidang perusahaan yang ia geluti sebelumnya. Lucky hanya mengunjunginya saat ia memiliki jadwal pemotretan di Bandung saja. Semuanya jadi makin terasa berat bagi sekar, tapi apapun itu ia sanggup menjalaninya asal tetap ada Lucky di sisinya. Ia tak keberatan jika harus berpisah dengan sahabat yang selama ini ada untuknya hanya untuk memperjuangkan cintanya.
" Americano," pesan Sekar cepat.
Ia sedang menunggu kedatangan Lucky di sebuah gerai kopi. Matanya tajam memperhatikan sekelilingnya yang dipenuhi para pasangan muda. Tidak hanya pasangan, banyak juga wanita- wanita yang duduk berkelompok. Mereka tampak bahagia menertawakan satu dan lainnya, mengingatkan Sekar pada Ciwi-Ciwi yang juga pernah punya cerita seperti mereka.
"Bentar lagi juga bubar," gerutunya pada diri sendiri. Dalam hati ia iri melihat kebersamaan mereka.
Sekar mengambil cermin dari dalam tasnya, mengecek ulang penampilan wajahnya, kemudian memulas lipstick merah di bibir tebalnya agar kembali merona.
"Permisi," seorang pelayan mengantarkan kopi pesanannya.
"Terimakasih,"
Lalu ia menyesap kopi pesanannya dengan penuh penghayatan. Aroma kopi yang menyeruak ke dalam indera penciumanya samar-samar membawanya ke dalam lamunan masa lalu.
"Hai, Kar. Udah lama nunggu?" tegur Nayra pada Sekar yang telah menunggunya selama setengah jam.
"Lama banget," protes Sekar, "lo jadi tes wawancara?" lanjutnya.
Nayra duduk di hadapan Sekar, "Sudah, makanya gue agak telat ke sini," jawabnya sambil nyegir, "lo tau nggak? Interviewernya guanteng tenan," lanjut Nayra heboh.
Sekar berdesis, "Dasar lo, Nay. Nih gue udah pesan sandwich kesukaan lo."
"Hmm, makasih. Lo nggak tau perasaan jomblo deh," ujar Nayra mengangkat sebelah bibirnya.
"Hei, sini!" Sekar melambaikan tangan pada seorang pria yang sedang celingukan mencarinya.
"Siapa?" tanya Nayra ikut celingukan juga.
"Kenalin, ini Lucky," Sekar memperkenalkan Lucky pada Nayra.
"Nayra imnida," sambut Nayra setelah ia berdiri.
Pertemuan itu merupakan awal kisah cinta Nayra pada Lucky. Mata Nayra tak pernah lepas dari sosok pria bertubuh tinggi, dengan kulit putih, dan wajah tampan bak Ahjussi pemeran Goblin.
"Dia bukan Ahjussi, 'kan?" bisik Nayra.
"Bukan," balas Sekar singkat.
"Ommo, so cute," gemas Nayra.
Sejak saat itu Nayra mengaku bahwa ia menyukai Lucky secara terang-terangan. Ia bahkan meminta Sekar untuk menjodohkannya dengan Lucky. Lalu apa yang harus Sekar lakukan, sementara ia pun memendam perasaan pada Lucky sejak lima tahun yang lalu, saat mereka masih sama-sama duduk di bangku sekolah.
Akhirnya dengan berbagai pertimbangan dan perdebatan batin yang terjadi pada dirinya, Sekar memutuskan untuk mengalahkan perasaannya untuk sahabat yang amat ia sayangi tersebut. Sekar memberanikan diri mengatakan pada Lucky bahwa Nayra menyukainya.
"Apa kau sudah gila?"
"Kenapa aku gila?" Sekar malah balik bertanya pada Lucky yang menatapnya dengan tatapan aneh.
"Kamu mau aku pacaran sama Nayra?"
Sekar mengangguk mantap.
"Lalu mau kamu apakan perasaanku ke kamu?"
Deg. Sekar yang awalnya menunduk, serta merta memandang Lucky. Ia baru tahu bahwa Lucky juga ternyata menyimpan rasa yang sama untuknya.
"Ngg... nggak, nggak mungkin. Kalau begitu kamu lupakan saja perasaanmu padaku," ucap Sekar dengan bibir bergetar.
Lucky melangkah maju padanya. "Aku cuma mau kamu," ucapnya dengan penuh penekanan.
Tekad yang sudah Sekar bulatkan menjadi remuk redam seketika. Lucky Abianerda yang ia kenal tak akan mau menarik ucapannya, sementara Sekar sendiri telah berjanji pada Nayra bahwa ia akan membuat Lucky jadi pacarnya.
"Baiklah, dengan satu syarat," pinta Sekar.
"Apa?" tanya Lucky.
"Kamu juga harus jadi pacar Nayra,"
Satu permainan yang terpaksa Sekar mainkan tak dapat ia hindari begitu saja. Kesalahan yang pernah Sekar buat selama hidupnya adalah membiarkan Nayra makin jatuh cinta pada Lucky yang tak mencintainya. Lucky sendiri tak ingin kehilangan Sekar sehingga ia terpaksa menuruti permintaanya.
Di sisi lain, Tania yang sama-sama mengenal Lucky sangat bahagia saat mendengar kabar bahwa Nayra berkencan dengan si pria paling cool seantero sekolahnya dulu. Tania mendukung seratus persen hubungan Lucky dan Nayra.
"Gue nggak nyangka elo yang akhirnya mendapatkan cinta si pria es batu itu. Gue kira tuh cowok akan tetap membeku di kutub utara tanpa ada satupun wanita yang berhasil mencairkannya," ujar Tania heboh saat Ciwi-Ciwi kumpul bersama untuk bergosip.
"Kalau bukan karena Sekar, nggak mungkin gue kenal dia. Ya nggak, Kar?" sahut Nayra dengan pipi bersemu.
"Tentu saja. Lo harus membalasnya suatu hari nanti," ujar Sekar sambil tertawa.
Benar saja, Nayra membalas kebaikan Sekar dengan mengenalkannya pada Adnan, si pria berkacamata. Pria yang seratus delapan puluh derajat berbeda dengan Lucky ini merupakan teman SMP Nayra. Adnan adalah satu-satunya siswa yang berhasil memenangkan olimpiade matematika nasional pada zaman itu. Adnan adalah pria hangat yang tidak terlalu banyak bicara pada orang asing, tapi sangat ramah jika sudah mengenalnya lebih dekat. Menurut Nayra, Adnan akan cocok dengan Sekar yang agak cerewet seperti dirinya. Keduanya berhasil menempuh proses perkenalan dengan mulus dan akhirnya memutuskan untuk pacaran, setahun kemudian.
"Benar- benar ya Nayra," keluh Sekar pada Lucky.
"Apa lagi sekarang?"
"Ia menjodohkanku dengan Adnan, teman SMPnya yang culun itu," omel Sekar.
"Lalu kamu terima? Yaampun, mau sampai kapan kita kayak gini?" protes Lucky dengan nada tinggi. Namun Sekar tak memiliki jawaban, hingga Lucky benar-benar meninggalkan Sekar.
to be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
ARISAN NIKAH (Completed)
RomanceApa yang kau pikirkan saat mendengar kata 'Arisan'? Menang? Kalah? Giliranmu? Lalu apa yang akan kau lakukan jika namamu yang tertera dalam potongan-potongan kertas sebuah Arisan Nikah? Nurmala, Tania, Sekar, dan Nayra did it. Baca romansa keempat...