Tell Me Tell Me Not

3.8K 243 5
                                    

Yang, kemarin aku melihatnya bertemu dengannya.

Yang, kurasa sekarang engkau masih memikirkan tentangnya.

Katakanlah sekarang bahwa kau tak bahagia.

Aku punya ragamu, tapi tidak hatimu.

Kau tak perlu berbohong kau masih menginginkannya.

Kurela kau dengannya, asalkan kau bahagia.

Tania merasa amat berdosa saat mendengarkan lagu Armada, Asalkan Kau Bahagia. Lagu ini pasti sangat mewakili perasaan Yakhsa saat ini.

Masih lekat dibenaknya, tatapan Yakhsa di siang bolong beberapa hari lalu, dan sampai detik ini Tania tahu ia belum mampu memaafkan dirinya sendiri.

"Harus apa aku?" tanyanya pada diri sendiri di hadapan cermin kamarnya.

Ia tahu betul bahwa ia tak dapat berbuat apapun saat ini. Kekasihnya yang keras kepala itu masih mengabaikan permintaan maafnya.

"Kekasih?" Tania tertawa saat mengucapkannya. "Masih pantaskah aku menyebutnya kekasih?"

Bagaimana jika bukan ia yang akan berjodoh denganmu walau kau telah menghabiskan ratusan siang dan malam bersamanya?

Lalu bagaimana bisa kau menjalani hari-harimu selanjutnya dengan orang lain?

Bagaimana bisa bertahan hidup tanpa dirinya? Bagaimana bisa hidup bersama kenangan dirinya saja?

"Arrrrrrghhh!" jerit Tania frustasi.

"Tania, lo baik-baik aja kan?" Kedatangan Nayra membuyarkan semua isi kepala Tania.

Ia menatap sahabatnya dengan tatapan hampa. Tania benar-benar kacau sekarang. Seminggu tanpa satu katapun dari Yakhsa membuat Tania menjadi gila. Lihat saja penampilannya saat ini.

Ia duduk di hadapan cermin dengan wajah penuh keriput akibat beban berat di hatinya. Rambutnya kusut masai karena sudah berhari-hari tak dibelai sisir. Matanya sembab bekas aliran air mata yang tak sanggup ia bendung belakangan hari. Jika ada orang yang mampu melihat transparan hatinya, maka orang itu akan bisa melihat hati Tania yang remuk redam tak karuan.

"Apa kau lihat aku baik-baik saja?" desis Tania.

"Tan...,"

"Mundur! Atau aku akan membunuhmu di tempat." Lagi, Tania masih berdesis menanggapi Nayra yang mencoba mendekatinya.

"Aku...," Nayra yang terperangah dengan ucapan Tania otomatis mundur selangkah.

"Tidak. Jangan katakan apapun. Jangan mendekat, karena aku belum mandi," ujar Tania.

Nayra lemas seketika, tapi juga lega. "Dasar kau! Gue pikir lo udah gila," gantian Nayra yang mendesis.

"Memang," sahut Tania datar, "Ngapain lo kesini?"

"Mau jemput lo. Buruan siap-siap. Ada sesi pemotretan khusus buat lo nih," jawab Nayra memberitahu maksud kedatangannya. "Jangan tolak tawaran ini karena lo bakal nyesel kalau sampai lo menolak ini," sambung Nayra.

ARISAN NIKAH (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang