Aku
Keheningan dalam kabin pesawat adalah hal yang kubenci di dunia ini. Bukan apa-apa, keheningan dalam kabin membuatku merasa takut dan gamang. Semua penumpang di pesawat lebih banyak menghabiskan waktu mereka dalam diam seolah- olah pesawat akan jatuh jika ada yang bergerak diantara mereka. hal ini membuatku limbung. Aku benci naik pesawat. Kalau tidak karena suami yang memaksaku untuk menemaninya untuk hadir dalam sebuah pertemuan di Seoul, aku tak akan mau naik pesawat.
"Zaki," Kudengar seseorang menyebut nama suamiku.
"Siapa?" tanyaku masih celingukan mencari tahu, karena posisiku terhalangi oleh bangku di depanku. Tapi tampaknya Mas Zaki telah lebih dulu menemukan siapa si pemilik suara.
Mas Zaki mengeryitkan dahi. Penasaran aku melihat ke arahnya memandang.
"Viana!" seru seseorang juga menyebut namaku dengan nada terkejut.
Aku lebih terkejut lagi saat melihat Nurmala berdiri di depan bangku kami.
"Nurmala," seruku setelah menemukan suaraku. Serta merta aku berdiri memeluk sahabat lamaku. Sudah lama sekali aku tak bertemu dengannya.
Dua detik kemudian kami telah saling peluk dengan hebohnya.
"Kenalin, ini Tania, sahabatku juga," Nurmala mengenalkan Tania padaku.
"Oh, hai. Zaki?" sapanya.
Aku tercengang saat ia menyebut nama suamiku. Aku menatap wanita yang bernama Tania itu dan suamiku bergantian.
"Hei, there you are!" sapa Mas Zaki akhirnya, membuatku merasa lega. "Kenalin, ini istriku, sorry nggak ngundang kamu, aku nikah di Bandung, nggak lama setelah kamu menikah," sambungnya.
"Viana," ucapku memperkenalkan diri, "kalian saling kenal tho?" tanyaku takjub.
"Yupz, kami teman satu SMA," sambar Tania.
"Dan kamu sahabatku sejak kita masih SD. Waah, betapa sempitnya dunia ini," ujar Nurmala senang.
"Terlalu sempit bahkan," sahut Mas Zaki. Segera saja kami terlibat dalam obrolan ringan yang singkat.
Nurmala bercerita bahwa ia telah menemukan jodohnya setelah Ranto pergi di hari pernikahan mereka. Aku pun memberitahunya bahwa aku telah kembali ke Bandung dan menetap di sana karena aku sudah menyelesaikan studi paskasarjanaku di Jakarta. Nurmala sangat senang mendengarnya.
"Baiklah, kita sambung lagi ngobrolnya kalau ada kesempatan bertemu lagi di Seoul nanti," pamit Nurmala kembali ke bangkunya.
"Ngomong-ngomong Tania cantik ya, Mas?" godaku pada Mas Zaki yang kini sedang menatap indahnya hamparan awan di luar jendela.
"Hmm, cantik. Ia adalah wanita tercantik...,"
"Oh, jadi gitu?" tukasku pura-pura ngambek.
"Tercantik di mata suaminya. Buatku, kamu yang tercantik sedunia akhirat," lanjut Mas Zaki, membuat kupu-kupu dalam perutku ingin berhamburan terbang bebas di awan.
Scroll up
by Viana :D
KAMU SEDANG MEMBACA
ARISAN NIKAH (Completed)
Storie d'amoreApa yang kau pikirkan saat mendengar kata 'Arisan'? Menang? Kalah? Giliranmu? Lalu apa yang akan kau lakukan jika namamu yang tertera dalam potongan-potongan kertas sebuah Arisan Nikah? Nurmala, Tania, Sekar, dan Nayra did it. Baca romansa keempat...