"Sekar!" seru Tania saat melihat Sekar dan Adnan berbelanja. Keduanya sedang mengantre di kasir.
Tania dan Zaki menghampiri mereka.
"Zaki?" Sekar heran melihat Tania bersama Zaki.
"Yups. Gimana kabar, Kar? Sehat?" sahut Zaki.
"Sehat. Eh, kok lo bisa bareng Tania?" cetus Sekar. Wanita yang satu ini memang tak pandai berbasa-basi. Apa yang diucapkannya selalu eksplisit, spontan tercetus begitu saja. Sikap ceplas-ceplosnya ini kerap membuat ketiga sahabatnya mendengus kesal.
Zaki pun kaget atas pertanyaan yang dilontarkan oleh Sekar, teman masa SMA-nya itu, tapi Tania buru-buru mengambil alih permbicaraan.
"Tadi kita ketemu di sini. Gue lagi cari pernak-pernik buat acara nanti. Hai, Adnan, there you are! Apa kabar, Bro? Kenalin, nih temen SMA gue dan Sekar dulu. Namanya Zaki." Tania beralasan. Padahal ia dan Zaki memang pergi bersama dari rumah. Ia melirik Zaki sekilas yang tampaknya tidak terganggu sama sekali oleh kebohongannya barusan.
"Iya. Adnan", ucapnya memperkenalkan diri pada Zaki, mereka lalu berjabat tangan.
“Yeah. Jadi, bulan depan kita bakal makan besar nih," lanjutnya.
"Iya lah... Gue juga udah nggak sabar nih menanti giliran Sekar," ujar Tania usil menyenggol Sekar.
"Iya, iya. Tenang aja. Semua akan nikah pada waktunya. Eh, gimana soal prewed lo?" tanya Sekar penuh semangat.
"Gue kan udah bilang. Kalau Yakhsa nggak setuju dengan usul gue, maka gue nggak mau prewed," ujar Tania menggeleng-gelengkan kepalanya, membuat rambut kuncir kudanya bergoyang-goyang lucu.
"Emangnya kamu mau prewed gaya apa?" tanya Zaki polos.
"Lo kayak nggak tau Tania aja, Ki. Si Tania ini kan sejak SMA pecinta india," jawab Sekar.
"Wow. Jadi kalian mau prewed ala india?" Adnan ikutan bersemangat. Zaki manggut-manggut.
Tania juga mengangguk, "Hanya kalau Yakhsa mau. Kalau enggak, maka nggak akan ada prewed. Titik," sungutnya. Ia tahu betul Yakhsa tak akan mau menyetujui ide gilanya.
Tania ingin suatu hari nanti punya foto prewed berlatar outdoor, dimana ia dan Yakhsa mengenakan baju pengantin india, dan duduk mesra di atas seekor kuda putih.
Adnan dan Zaki tertawa mendengarnya.
"Maaf, Mas-Mas, Mbak-Mbak. Ini yang antre sudah banyak lho. Tolong dipercepat," tegur seorang pramuniaga.
Keempatnya baru menyadari bahwa mereka telah menyita waktu shoppers lain yang mengantre di kasir.
"Eh, iya. Maaf Mbak," sahut sekar memelas.
“Ayo, Yank, buruan." Adnan menyeret Sekar dengan plastik-plastik belanjaannya. Tania dan Zaki mengikuti keduanya.
"Kita pulang duluan ya?" pamit Adnan.
"Oke, gue masih harus cari sesuatu," jawab Tania.
"Tan, jangan terlalu lama mencari, apa yang lo cari sudah menunggu di dekat pelaminan," bisik Sekar pada Tania.
Deg. Tania terpaku di tempat. Bisikan Sekar seolah memberi tamparan dingin di pipi mulusnya.
-0-0-0-
Motor yang Zaki kendarai tiba-tiba mogok di tengah jalan. Tania turun dari motor dengan kesal. Setelah pertemuan tak sengaja dengan Sekar dan Adnan tadi, Tania buru-buru mengajak Zaki pulang. Ia takut kalau nanti tak sengaja bertemu dengan Yakhsa juga di jalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARISAN NIKAH (Completed)
RomanceApa yang kau pikirkan saat mendengar kata 'Arisan'? Menang? Kalah? Giliranmu? Lalu apa yang akan kau lakukan jika namamu yang tertera dalam potongan-potongan kertas sebuah Arisan Nikah? Nurmala, Tania, Sekar, dan Nayra did it. Baca romansa keempat...