Yakhsa -

6.2K 353 3
                                    


Kata pernikahan memenuhi kepala Tania sejak semalam. Ia tak pernah menyangka bahwa namanya ditakdirkan untuk menjadi yang pertama. Tapi kesepakatan sudah dibuat dan ia tak akan bisa mundur lagi, apapun yang terjadi.

"Yang harus gue lakukan sekarang adalah beritahu Yakhsa soal ini. Ya Tuhan, apakah Yakhsa akan bisa terima ini semua?" Hati Tania berkata-kata. Ia mondar-mandir di depan meja kerjanya seperti seterikaan.

"Aw!" pekik Yakhsa. Tumit sepatu tinggi Tania tak sengaja menginjak kakinya.

"Kamu ngapain sih? Jalan kok mundur. Jalan tu maju, kalau kamu jalannya mundur, gimana kamu bisa move on?" omel Yakhsa meringis.

"Ya ampun, maaf, Sugar," ujar Tania memelas.

Saking gugupnya, Tania yang tadinya mondar-mandir, malah berjalan mundur pelan-pelan hingga tak sengaja menabrak Yakhsa yang ternyata sadang berada di dekatnya. Yakhsa dan Tania bekerja pada kantor yang sama, namun beda divisi. Setiap hari mereka pasti bertemu walaupun kadang hanya sempat untuk saling melempar senyum atau kedipan mata. Kesibukan masing-masing membuat keduanya tak punya waktu untuk sekedar ngobrol berdua di kantor.

"Kamu ngapain di sini?" tanya Tania mengalihkan omelan kekasihnya.

"Ini aku mau ke lantai tiga. Tadi niatnya aku sekalian mau lihat kamu, eh malah keinjek kamu," sungutnya.

Tania selalu mengagumi Yakhsa ketika ia sedang cemberut seperti ini. "Maaf ya, Sugar."

"Yasudah, kan aku udah lihat kamu, sekarang aku ke atas dulu ya?" Yahksa undur diri.

"Sugar,"

"Ya, Honey?"

"Nanti kita pulang bareng ya," ujar Tania cepat.

"Tumben. Ya, baiklah. See ya," balas Yakhsa. Ia berlari kecil menapaki anak tangga setelahnya.

-0-0-0-

"Ya, halo. Iya, belum. Hmmm, baiklah. Iya. Oke. Sip."  Tania menutup teleponnya.

Sekar baru saja memastikan apakah Tania sudah memberitahu Yakhsa soal pernikahan itu atau belum. Waktu tinggal tiga bulan lagi, dan semuanya sudah harus mulai dipersiapkan.

"Bagaimana bisa gue mempersiapkan semuanya sebelum meminta pengertian dari calon mempelai prianya?" ujar Tania gusar. Dengan kesal ia membereskan barang-barangnya dan bersiap untuk pulang.

Yaksha sudah menantinya di lobby kantor.

"Jadi pulang bareng kan, Princess?" sapa Yakhsa dengan senyum manis di bibirnya.

-0-0-0

"Baiklah, ada apa, Honey? Kamu tumben ngajak aku ketemuan, ini kan belum Minggu?" cecar Yakhsa setelah ia memastikan kekasihnya sudah duduk dengan tenang di hadapannya.

Jadwal mereka bertemu memang hari Minggu.Tania jarang meminta untuk bertemu dan mengobrol pada hari lain, karena itu Yakhsa bertanya-tanya ketika kekasihnya tiba-tiba memintanya untuk mengobrol sepulang kerja.

"Jadi kamu nggak mau ketemu aku selain hari Minggu?" sungut Tania menekuk maju bibirnya yang tipis.

"Bukan begitu, Honey. Tapi biasanya kamu yang menolak untuk bertemu selain hari Minggu," jawab Yakhsa santai sambil menyeruput kopi pesanannya.

Tania memang sengaja mengajak Yakhsa untuk mengobrol di Cafe Coffee yang letaknya tak jauh dari kantor. Kafe ini adalah tempat favorit Tania karena tempatnya eksklusif, tenang dan tidak terlalu ramai. Dekorasinya pun menarik, sehingga membuat pengunjung betah berlama-lama duduk di sini. Meja dan kursi-kursinya didesain dari tumpukan ban-ban bekas dan drum bekas yang dibuat elegan. Cahaya lampu yang temaram membuat suasana kafe tambah cozy, dengan diiringi musik - musik yang sesuai dengan tema tempatnya.

ARISAN NIKAH (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang