Aku sedang berada di ruangan Pak Marcell untuk exit interview. Aturan di Whindama, kalau ada manajer yang resign, exit interview wajib di lakukan oleh human resource dan general manager.
"Baik-baik ya disana. Jangan lupa pernah kerja di sini." Aku mengangguk dan tersenyum.
"Kalau Whindama ulang tahun, undang saya ya, Pak."
"Oh pasti. Kan datang pasti sama Aro bisa. Tapi status udah harus beda ya." Kekehnya. Mau tidak mau aku ikut tertawa.
Begitu selesai, aku segera keluar ruangan Pak Marcell dan kembali ke ruanganku.
Besok adalah hari terakhirku di Whindama. Sementara hari ini aku akan melakukan clearence seperti biasa, mengecek segala atribut yang Whindama berikan padaku selama aku berkerja disini.
"Why?" Tanya Armand.
"Why what?" Tanyaku balik ketika kami sedang berada di Paon untuk meeting dengan agen yang akan menggunakan Paon untuk acara resepsi pernikahan. Seharusnya director of business event yang turun tangan tapi, ya sudahlah. Sekalian aku main-main untuk terakhir kalinya di sini.
"Why out?"
"Belum apa-apa lo udah kangen. Nanti jangan lupa datang ke nikahan gue ya." Jawabku.
"Nggak ada yang gue ajak pecicilan dong."
"Sama Aga-lah, dia kan istri kedua lo." Ledekku. Dia berdecak.
Lima menit setelah pembicaraan nggak masuk akal barusan, Pak Wikan, bos departemen business event tiba bersama vendor dan kami segera meeting.
Meeting biasa sih sebenarnya. Masih seputar konsep awal. Armand mengurus banquet, aku mengurus penjualan dan negosiasi harga sementara Pak Wikan mengurus teknisnya.
"Ya sudah, nanti di lanjut lagi ya." Ujar Pak Wikan pada vendor. Begitu selesai, kami bertiga langsung berjalan ke parkiran boogie untuk kembali ke ruang kerja masing-masing.
"Saya dengar besok last day kamu disini ya?" Tanya Pak Wikan.
"Hehe, iya pak." Jawabku.
"Pindah ke Moza, benar?" Aku mengangguk. "Di sana itu berat lho, Wi. Challange-nya betul-betul deh." Aku sudah sering mendengar itu semua.
"Turn over* bulanannya tinggi ya katanya Pak?" Tanya Armand.
"Wih tinggi banget. Apa lagi, Juwi kan dapat posisi director disana ya? Handling job-nya lebih ribet dari pada director disini. Operator manajemennya kaku-kaku kaya kanebo. Makanya banyak yang resign karena mereka nggak fleksibel."
"Kok Pak Wikan tau sih? Kepo dari mana tuh?" Tanyaku iseng.
"Teman saya kan dulu bekas FB director disana, mau kasih ide nggak bisa. Harus ke corporate bicaranya. Ya gitu-gitulah." Jawabnya. "Banyak juga yang lanjut kok, tapi ya gitu. Keluarga jadi keteteran gara-gara tenggelam sama kerjaan mereka."
"Mungkin merekanya yang nggak bisa handle kerjaan kali, Pak." Belaku.
"Oh, mereka bisa kok. Cuma ya itu, pakemnya keras nggak bisa di goyah. Meeting juga nggak main-main, kamu bisa seminggu sekali terbang ke Chicago buat meeting sama corporate. Apa lagi kamu di sales dan marketing. Sales trip di Moza nggak main-main, Wi."