15

27.4K 3.2K 216
                                    

"Bu.." Aku berusaha menghentikan aksi mertuaku yang sedari tadi sibuk mengurusiku.

"Laper, Ta?" Tanya beliau.

"Enggak kok, Bu. Ini aja masih kok roti sisirnya." Ujarku di tengah-tengah kunyahanku.

Beliau sengaja menemaniku di hari sabtu ini. Berhubung Aro harus pergi ke Twelve Roses untuk finishing semuanya.

Ketika uji coba Twelve Roses, para penikmat makanan dan teman-teman Aro yang di undang sungguh antusias. Beberapa bahkan memposting di sosial media mereka masing-masing. Katanya hitung-hitung membantu promosi Twelve Roses.

Seharusnya Aro beristirahat setelah uji coba itu, tapi dia malah kembali ke restorannya dan sibuk di sana. Bukannya menemaniku di kasur kami, bergelung dan menikmati es krim.

"Ibu, jangan repot-repot ah. Ita bisa kok ambil sendiri, masih bisa jalan." Kekehku.

"Kamu udah kerja lima hari, masa iya hari sabtunya masih sibukin diri juga."

Aku tertawa. "Ibu ni, saya kan di bantu sama Mbok Iluh. Bukan saya sendiri yang bersihin rumah."

"Kamar kalian siapa yang bersihin?"

"Ya saya sih, Bu.."

"Nah itu. Harusnya Aro bantu kamu bersih-bersih kamar kalian, bukannya malah pergi kerja. Anak itu ya, nggak bisa di kasih tau.." Tante Hanah terus berceloteh mengenai sibuknya Aro, hilangnya Aro selama hamilku.

"Kan cari uang, Bu. Biar sejahtera cucunya Ibu, bentar lagi juga pulang kok." Jawabku seadanya.

"Cari uang sih cari uang tapi nggak sampai hari sabtu juga." Dengus beliau. "Coba telepon dia, masih ingat nggak dia kalau janji mau antar kamu cari keperluan bayi lagi? Ibu yakin dia lupa."

Aku menghela nafasku, kemudian mengangguk dan mengambil ponselku, langsung mendial nomor Aro.

"Ya?" Sapa Aro. "Baik-baik aja, neng?"

"Baik. Aku baik kok, Ibu cuma nyuruh aku untuk ngingetin kamu.."

"Aduh.." Aku bahkan belum selesai bicara, ketika Aro mengatakan itu. "Wi."

"Lupa ya?" Tanyaku. Aku melirik Tante Hanah yang sedang menatapku. Aku memilih pergi menjauh dari beliau, menuju taman belakang dan menutup pintu kaca pembatas dapur dengan taman. Berharap pembicaraanku selanjutnya tidak di dengar Tante Hanah. "Aku udah berusaha nurut kamu untuk kurangin kerjaanku, nggak ambil lembur, bahkan demosi. Kamunya malah gini. Ini hari sabtu, Ro. Kamu janji mau temenin aku, janji mau ke Twelve Roses cuma sebentar."

"Bukan lupa, neng. Cuma di sini masih crowe.."

Ponselku tiba-tiba di tarik Tante Hanah, tepat ketika aku sudah hampir meledak. "Kamu itu ya, sibuk aja kerjanya. Udah berapa kali kamu mangkir? Sebulan setengah lagi anakmu lahir, masih mau sibuk juga?" Ujar beliau.

Aku tidak tau apa yang di katakan Aro, tapi wajah Tante Hanah langsung mengkerut. "Ngomong sama Ita, nih."

Aku menggeleng. Menolak. "Kita berdua aja, Bu, yang belanja. Diantar sama Gede ya."

Tante Hanah mengangguk. "Tuh istri kamu ngambul*. Makanya, kalau ingat ada janji ya di catat. Udah tau kerjaan kamu banyak."

End Of The RoadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang