7

33.2K 2.8K 43
                                    

Sudah 4 bulan lamanya aku menikah dengan Aro. Aku menjalani hari-hariku sebagai seorang istri dan seorang pekerja seperti biasa. Maksudku, seperti ketika aku belum menikah dan masih bekerja di Whindama tidak ada bedanya ketika aku sudah menikah dan sekarang ini, sebagai seorang pekerja di The Moza.

Berangkat kerja bersama, pulang juga bersama, kecuali ketika dia harus mengadakan banquet event lainnya, kami tidak bisa berangkat bersama. Aku juga masih setia menjadi tukang pungut bajunya ketika dia mandi sepulang kerja.

Berita baik lainnya adalah saat ini aku sedang hamil 14 minggu.

Aro luar biasa gembira. Sudah pasti dan tidak di pungkiri. Hingga aku merasa gemas sendiri ketika dia membuatkan segala macam makanan sehat layak makan untuk ibu hamil. Padahal aku masih bisa makan makanan yang aneh-aneh.

"Nanti makan siang bareng?" Tanya Aro ketika kami tiba di parkiran Moza untuk menurunkanku.

"Nggak bisa, aku ada rapat sama manajemen setelah briefing. Besok ya." Jawabku. Aro memberengut tapi apa boleh buat. Dia mengangguk dan mengecupku singkat sebelum aku turun dari mobil.

"Pagi, Bu." Sapa staf yang aku jumpai sepanjang perjalanan menujur ruanganku.

Aku masuk ke ruanganku, membuka agendaku dan membacanya sekilas. Dua minggu ke depan benar-benar hectic karena sedang high season. Sepertinya aku perlu istirahat.

"Bu, briefing kali ini ibu yang pimpin." Kata Sani, personal asisten Pak Rivo, general manajer The Moza.

"Lho kok? Pak Rivo kemana?"

"Beliau ada seminar. Terus minta ex-com* untuk pimpin. Ibu kan di jabatan tertinggi ex-com setelah DOF*." Aku menghela nafasku dan mengangguk.

"Bu Wahid kemana?" Aku sedang menanyakan keberadaan director of finance-ku.

"Bu Wahid ada meeting budget sama owner. Harusnya sih Bu Juwi juga ikut, tapi Pak Rivo nggak ngasih. Katanya biar ada ex-com di sini."

"Ya udah, atur aja. Agenda udah di kasih sama bapak untuk briefing hari ini?" Sani mengangguk dan memberikanku map berwarna biru. Aku membuka dan membacanya sekilas. Tidak susah.

"Oke, saya yang pimpin." Jawabku. Sani mengangguk lagi dan keluar dari ruanganku.

Begitu jarum jam menunjukan angka 10, aku langsung menuju ruang meeting untuk briefing pagi hari ini. Banyak department head yang cuti sepetinya. Padahal sedang high season, tapi malam memilih cuti. Dasar.

Jadwalku hari ini cukup padat. Bukan cukup padat, tapi sangat padat. Hingga mengabari Aro pun aku tidak sempat. Sialan.

"Bu, ada chef Alvaro dari Whindama mau bicara." Ujar Reni, personal asistenku.

Tuh kan, dia bahkan sampai menelpon ke kantor. "Ya, baby?" Sapaku.

"Hape kamu, kamu buang ya?" Tanyanya sengit. Aku tertawa.

"Enggak, ini di sebelahku. Tapi baru sempat lihat." Aku men-scroll semua chat yang dia kirim. "Banyak protes, banyak nanya, ujungnya marah-marah." Komentarku sambil membaca chatnya.

"Udah tau lagi hamil, jangan banyak kerja bisa kok. Sales call tadi?"

"Enggak. Aku pimpin briefing, habis itu meeting sama manajemen, habis itu ketemu agen. Ada mau ketemu sama agen juga di Cafe Degan. Capek banget, babe." Keluhku.

End Of The RoadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang