"Aku langsung pulang ya? Kamu masih mau ke Moon Lite kan?" Tanyaku pada Aro ketika kami sudah berada di parkiran staf.
Aro masih menggunakan chef jacketnya, yang artinya dia belum bisa pulang tepat waktu. "Iya, aku langsung ke Moon Lite. Bantuin Ale sebentar habis itu baru pulang. Sekitar jam 11. Jangan tunggu aku untuk makan malem ya."
Aku mengangguk, mengecup bibirnya kemudian pulang ke rumah. Padahal malam ini adalah movie night untuk kami berdua. Tapi dia dengan mudahnya membatalkan karena permintaan Ale agar dia yang memegang Moon Lite hari ini.
"Bye." Aku melambai. Dia juga kemudian berbalik dan kembali masuk ke dalam gedung.
Aku melaju ke kediaman kami. Begitu sampai, aku langsung mandi dan menyiapkan makan malam untuk diriku sendiri. Ciro sudah anteng di depan mangkok makanannya, menungguku. Begitu selesai dengan Ciro, aku langsung mengurusi diriku sendiri. Membawa piring dan gelas makanku ke ruang tengah. Sambil menonton tv.
Sintha R:
Gue denger2 lo udah di lamar? Ga ada niat buat cerita gitu? 👹Aku melihat ponselku. Membuatku terkejut. Aku lupa memberi tahu sahabat baikku.
Langsung saja aku menelponnya.
"Sorry..." Ucapku begitu dia mengatakan halo.
"Tega lo sama gue. Tega banget. Masa iya gue harus tau dari Sal kalau lo udah di lamar. Nggak asyik." Cerocos Sintha. Membuatku semakin tidak enak.
"Saking senengnya, gue jadi lupa Sin. Sorry..." Kekehku.
"Terus kapan rencananya? Lo dimana nih? Main kek ke rumah gue sekali kali. Sok sibuk lo."
"Dekat-dekat ini kok. Lamaran ke Papa gue aja belum kok. Sabtu ya? Gue sabtu lowong, gue main kesana ya?"
"Yay! Awas lo nggak jadi datang hari sabtu. Gue nggak mau datang ke nikahan lo nanti." Ancamnya.
Aku mendengus kemudian tertawa. "Garing. Ya udah deh, udah jam segini, gue mau istirahat dulu. Salam buat anak-anak lo ya."
"Oke. Bye."
"Bye, darling." Aku menutup percakapan kami dan kembali melanjutkan makanku.
Aku melirik jam dinding dan ternyata sudah pukul 9.30 malam. Aku mengangkat Ciro dan langsung aku taruh di kasursnya sendiri, tapi dia berontak. Ya sudah, aku membiarkan dia mengikutiku untuk tidur di kamarku malam ini. Lagi pula, Aro sepertinya akan lama.
Aku langsung memejamkan mataku, memeluk bantal guling yang biasa Aro pakai. Aromanya pasti membuat tidurku selalu nyaman.
"Kenapa Ciro di atas kasur?" Aku mengerjapkan mata ketika ada suara berbisik.
"Huh?" Aku bergumam dan mengucek mataku. Aro sudah pulang. Wajahnya lelah dan lusuh. "Jam berapa ini?" Tanyaku.
"Jam tiga pagi. Aku turunin Ciro ya?" Aku mengangguk. Aku bangun sebentar dan melihat Aro sedang menurunkan Ciro. Kemudian dia masuk ke kamar mandi dan berganti baju.
Tak lama setelah itu, dia naik ke ranjang bersamaku. Aku langsung beringsut ke tubuhnya, dia dengan senang hati memelukku. Harusnya aku yang memeluknya tapi biarlah, yang penting kami tidur nyenyak malam ini.
"Good night, baby." Dia menciumku kemudian terlelap. Aku mengecup pipinya dan lanjut tidur.
**
Ketika aku bangun, aku melihat Aro membungkus dirinya dengan selimut. Pantas kemarin malam aku kedinginan, ternyata semua selimut di ambilnya.
Tapi tidak biasanya Aro menggunakan selimut. Selimut itu berguna baginya ketika kami selesai bercinta, dalam keadaan telanjang dan malas menggunakan baju lagi. Tapi semalam kami langsung tidur.