Betul, Aro hampir tidak pernah pulang. Mengurusi restoran yang baru di bangunnya membuat waktunya tersita untuk Twelve Roses.
"Halo." Aku memilih menelponnya.
"Iya, Wi. Bentar aku telepon lagi ya, neng. Aku masih meeting. Love you."
Klik.
Aku mengerjap. Aku bahkan belum mengatakan apapun padanya dia sudah memutus percakapan kami. Bukan percakapan sebenarnya kalau hanya dia yang bercakap.
Aku membanting ponselku di atas meja kerjaku. Kesal. Sudah empat hari ini dia pulang selalu lewat dini hari. Membuatku hanya bertemu ketika pagi hari, saat dia mengantarku bekerja. Saat pulang, aku pasti dengan Gede, sopir kami.
Aku kembali mengambil ponselku. Mengetik pesan singkat untuknya.
Me:
Tlp dong kalo ga sibuk 😞Sepuluh menit menunggu, tidak ada jawaban sama sekali.
Ya sudahlah. Aku yang mendorongnya untuk menerima tawaran membuka restoran sendiri, kenapa juga aku yang harus kesal?
Aku sedang dalam perjalanan menuju restoran di Moza untuk bertemu dengan vendor booking agent.
"Bu Juwita. Selamat siang." Sapa salah satu orang agensi.
"Siang, Mbak Nia. Apa kabar? Ayo, langsung aja. Biar nggak terlalu lama." Ajakku.
Kami langsung berdiskusi mengenai sistem booking Moza yang baru. Ditengah-tengah pertemuan ini, ponselku berbunyi.
Mas Aro Ganteng calling...
Jangan tanya soal nama kontaknya di ponselku. Dia yang menamainya sendiri.
"Sebentar ya, suami saya telepon."
"Oh silahkan, Bu."
Aku berjalan menjauh. Sedikit di sudut restoran. "Iya?"
"Sorry baru bisa telepon. Kenapa?"
"Aku kangen tau." Jawabku.
"Kirain kamu kenapa. Aku lagi di lokasi Twelve Roses. Tempatnya oke punya. Sekalian mau aku buatin beach club gitu bagus kayanya."
"Di mana sih?"
"Pantai Seminyak kok. Dekat Ku De Ta."
"Head to head dong saingannya."
Ada suara grasa grusu, "Bentar. Gue lagi nelpon istri. Bentar.."
Aku menghela nafasku. Dalam hitungan tiga detik, dia pasti akan mengakhiri percakapan ini. Satu, dua, "Neng, aku balik dulu ya. Ini pada perlu aku. Bentar kalau lowong aku tele.."
Aku memutusnya begitu saja dan kembali berjalan menuju tempatku mengadakan pertemuan.
"Halo, sorry agak lama." Jawabku kembali duduk.
Meeting kali ini berjalan cukup cepat. Hanya 60 menit. Sesuai dengan jadwalku.
Aku berjalan kembali menuju ruanganku sembari mengelus perutku yang mulai membuncit. Baju kerjaku sudah bukan seragam hotel lagi karena mulai tidak muat. Jadi aku menggunakan bajuku sendiri. "Bu Juju, sibuk?" Tanya Reni, personal asistenku.
