Sebelumnya.. Gw mau ingetin. Gw ga paham sama JKT48. Gw ambil VeOmi sebagai tambahan pairing di ff gw aja. Ga lebih. Jadi jangan berharap apapun tentang JKT48. Gw ga ngerti istilah mereka, apalagi orang-orangnya.
Maap-maap aje ini mah. Gw cuma sekedar membuat cerita seperti biasanya.
Kalau ada fans JKT48, maaf kalau tidak sesuai. Akun ini bukan khusus mereka. Jadi, silahkan baca aja bagi yang berminat.
Thanks
----------
Saat jam istirahat.
"Ciyeee yang sekelompok bareng gebetan" Jeje menyikut lengan Ve ketika mereka sedang berjalan ke arah kantin."Pasti kaya yang udah-udah juga, Je. Tetep aja dia jutek ke gw" ucap Ve lemah.
"Kenapa ga lo ungkapin aja sih, Ve?" tanya Aom heran dengan sahabatnya yang sudah memendam perasaannya selama lima tahun.
"Gimana mau ngungkapin. Gw kan bisanya cuma kaya kalian, kalo ngomong serius, gw cuma bisa diem dan ditinggalin sama dia. Kan kalian juga tahu itu" ucap Ve menunduk lemah mengingat ia sangat payah dalam hal percintaan.
"Ya lo. Astagaaaa, Jessica Veranda. Udah mau memasuki tahun ke enam lo cinta dia. Ga ada kemajuan apapun" ucap Jeje sedikit kesal.
"Susah, Je. Tapi kan gw pernah jalan sama dia" ucap Ve tersenyum mengingat kenangannya. "Satu kali, saat dia ga bisa ambil buku dan berakhir kalian makan bareng dalam hening?" Ucap Jeje mengingatkan.
"Setidaknya itu buat gw ga tidur semaleman, Je" ucap Ve masih tersenyum. "Tapi dia anggep biasa aja" timpal Batz.
"Kok lo kampret sih, Batz! Sekalinya ngomong nyakitin, tau ga? Tapi ya emang itu kenyataannya sih" Ve menghela napas.
Mereka lalu tertawa menuju kantin dan duduk di tempat biasa, bersebrangan dengan meja The Eternal.
"Tuh cewe lo. Udah bener lah duduk juga hadap-hadapan. Tapi ga juga ada kemajuan" ucap Aom menyikut lengan Ve yang baru duduk.
"Entahlah.. Gimana dong? Kalian juga diem aja" ucap Ve sedikit kesal dengan kepayahannya dalam mendapatkan cintanya.
"Diem paleluuuu.. Udah teramat sangat sering ya kami buat momen lo berduaan sama dia tapi lo ga memanfaatkan dengan baik" ucap Jeje ikut kesal.
"Iya juga sih ya. Susah, Je. Hih.. Coba dong kalo lo yang punya gebetan" ucap Ve menatap Jeje.
"Gw deketin, Ve. Bakal gw kejer. Cuma ya emang belum ada aja" ucap Jeje santai.
"Hati-hati, Ve. Pesona dia itu kuat loh. Lo yakin mau gini terus? Kalo dia jadi sama orang laen gimana?" Aom sedikit menakuti Ve agar sahabatnya sedikit bergerak.
"Aduh.. Aom.. Kok lo buat gw parno sih. Kan jadi kepikiran nih. Ga rela lah gw. Ayo dong bantuin gw. Ga boleh. Gamau!" Teriak Ve di ujung kalimat.
Semua murid di kantin menoleh ke meja mereka dengan tatapan heran, termasuk gebetan Ve.
"Bikin malu" ucap Batz dan menatap seluruh murid sehingga mereka kembali mengalihkan pandangannya.
"Maaf. Lo sih, Aom" ucap Ve kesal. "Kok gue? Kan gw cuma ngingetin lo" ucap Aom tak mau kalah. "Bener sih, Ve. Kejar sana. Diambil orang baru tau rasa" ucap Batz.
Ver termenung dan menatap gebetannya yang sedang serius mendengarkan sahabatnya bercerita.
Mendengar ucapan para sahabatnya, Ve mencoba peruntungan untuk mendekatkan dirinya pada sang gebetan.
Via Whatsapp.
-hari ini sibuk ga?- ve
-ga- my love
-temenin ke toko buku, bisa?- ve
-ya- my love"Yes!!!" Teriak Ve dan membuat semua orang kembali melihat ke arah mereka. Lagi, Batz yang menatap mereka agar mereka tidak memperhatikan Ve.
"Jessica Veranda!! Apa-apaan sih lo?" Geram Batz menatap Ve. Ve hanya menggelengkan kepalanya dan tersenyum lalu sekilas menatap sang gebetan. Sang gebetan menggelengkan kepalanya dan tersenyum sangat tipis.
-aku tunggu di depan gerbang ya- ve
-ya- my loveVe tersenyum menatap sang gebetan. Sang gebetan hanya melirik sekilas lalu kembali berbincang dengan sahabatnya.
"Kenapa sih lo?" Tanya Jeje heran dengan perubahan ekspresi sahabatnya satu ini.
Ve hanya menggelengkan kepalanya. Ve terus memperhatikan chat tadi. Meski hanya berbalas dua huruf namun bermakna sangat indah bagi Ve.
"Nanti nongki yuk" ajak Jeje menatap sahabatnya. Semua saling tatap lalu menatap Ve yang masih senyum-senyum.
"Ve" senggol Aom ke lengan Ve. "Eh iya.. Kenapa?" Tanya Ve mengunci hp nya. "Nanti nongki, mau ga lo?" Tanya Aom. "Eh.. Itu.. Anu.. Maaf.. Gw ga bisa" ucap Ve menggaruk tengkuknya.
Batz, Aom, Jeje menatap heran ke arah Ve. Mereka sangat hapal jadwal masing-masing. Bahkan jadwal cek dokter dan jadwal menstruasi.
"Mau kemana lo?" Tanya Jeje menatap Ve. "I..itu.. Pergi" jawab Ve tergagap. "Kemana?" Tanya Batz menatap Ve. "To..toko.. Buku" Ve sekarang menatap takut ke arah Aom. "Sama?" Tanya Aom mendelik. Ve tersenyum tidak menjawab.
Mereka semua saling pandang dan tertawa bahagia. "Akhirnyaaa" ucap Jeje sedikit berteriak dan kembali mengundang tatapan dari murid lainnya. "Apa lo? Ga pernah denger bidadari teriak?" Ucap Jeje kesal.
"Biasa aja woy! Ga usah nyolot!" ucap Shania menatap Jeje. "Gw udah biasa! Lo aja lebay" ucap Shania.
"Udah, Nju" ucap Naomi dan membuat mereka semua terdiam.
"Lo ini, Je. Bener sih kata, Nju. Lo lebay" ucap Aom. "Inilah gue. Kalo dia bermasalah ya bukan urusan gw" ucap Jeje santai. Semua mengangguk mengerti akan sikap Jeje.
Di lain meja.
"Mereka kenapa sih berisik banget?" Tanya Nae menatap ketiga sahabatnya. "Emang kapan mereka diem?" Tanya Darin. "Sama aja sih kaya kita. Cuma kali ini Ve loh yang heboh" ucap Shania."Iya juga. Tumben tuh anak ga kontrol diri" ucap Nae menganggukkan kepalanya.
"Udahlah. Biarin aja. Nanti nongki yuk" ajak Darin menatap sahabatnya. "Gw ga bisa" jawab Naomi.
Mereka menatap Naomi dengan tatapan heran. Sama seperti Frifor, The Eternal juga saling mengetahui jadwal masing-masing.
"Gw mau pergi. Besok aja" ucap Naomi dan dijawab anggukan oleh yang lainnya.
Usai istirahat, mereka kembali kembali ke kelas masing-masing.
