Empat Pasang

1.4K 88 24
                                    

Tiga bulan berlalu. Kemesraan BatzNae dan VeOmi sudah tidak diragukan lagi. Mereka berdelapan juga sering berkumpul bersama.

Kedekatan mereka menimbulkan rasa baru bagi beberapa orang diantara mereka.

Salah satunya adalah Darin. Semenjak Aom putus dari kak Kim, Darin berusaha untuk mendekati Aom secara halus.

Dimulai dari chat dasar seperti menanyakan keadaan, keberadaan dan mengajak jalan.

Seperti saat ini, di sebuah cafe sesaat setelah mereka selesai menonton bioskop.

"Aom.. Habis ini kamu mau kemana?" tanya Darin sedikit gugup mendapat tatapan dari Aom. "Aku ikut kamu. Kan kamu yang ngajak jalan" jawab Aom mengulum senyum melihat salah tingkahnya Darin.

"A..aku mau.. K..ke toilet dulu. Tunggu ya" ucap Darin berdiri dan berjalan dengan tergesa menuju toilet. Sementara itu Aom menutup mulutnya menahan tawa akan sikap Darin yang menurutnya sangat lucu.

Usai dari toilet, Darin kembali duduk di depan Aom.
"Maaf ya lama, tadi antri. Toilet aja antri, gimana jadi pacar kamu" ucap Darin menatap manik mata Aom.

"Kamu mau jadi pacar aku?" tanya Aom dengan senyum manisnya membalas tatapan Darin.

"Hah??" Darin memasang wajah cengo. Dia kaget. Sangat kaget. Tubuhnya terasa kaku.

Rencananya, hari ini ia akan mengungkapkan perasaannya pada Aom. Ia sudah merencanakan dengan matang-matang di rumah.

Bahkan ia telah berlatih berbicara di depan kaca di lemari kamarnya. Namun, saat ia menatap mata Aom, semua kata-katanya seakan meluruh ke lantai dan menguap ke awan-awan. Tak ada kata yang telah ia susun rapih dapat terucap.

Di dalam kamar mandi, ia merutuki kebodohannya. Mengapa ia bisa jadi sangat payah dalam hal ini. Padahal ia termasuk orang yang jarang diam.

Saat ini, semua perbendaharaan katanya seakan hilang. Kalimat pertanyaan yang baru saja ia dengar tidak pernah terpikirkan akan terucap oleh Aom, wanita yang saat ini ia cintai.

"Hey.. Kok kamu bengong sih?" tanya Aom sedikit kesal karena merasa diacuhkan oleh Darin.

"Eh.. Itu.."

"Kamu mau ga jadi pacar aku?" tanya Aom menaikkan kedua alisnya dan dengan cepat Darin mengangguk. Sambil memberikan senyum sumringahnya.

"Apaan kamu ngangguk-ngangguk gitu?" goda Aom menatap Darin. "Iya. Aku mau" jawab Darin menggenggam tangan Aom yang bebas di atas meja.

"Jadi.. Kita pacaran ya, sayang" Darin mengelus punggung tangan Aom dan mengecupnya. "Iya, sayang" jawab Aom tersenyum.

Setelah hari itu, satu sekolah sudah mengetahui hubungan AomDarin dan membuat beberapa fans sakit hati.

"Tuh, mereka aja udah jadi. Kalian kapan?" tanya Naomi dan mendapat tatapan tajam dari Jeje.

"Ga natap istri gw begitu, bisa Je?" ketus Ve menatap Jeje. "Maen istri aja lo" ucap Jeje yang masih kesal dengan perbincangan mereka.

"Iyalah. Gw sama Naomi bukan sekedar pacar, tapi bakal gw jadiin masa depan gw. Sama kaya BatzNae" Ve masih menatap tajam Jeje. "Apaan sih kalian ini. Udah deh" ucap Batz melerai sahabatnya.

Hari-hari berlalu. Tak terasa saat ini mereka sudah menginjak kelas tiga SMA. Hubungan BatzNae, VeOmi dan AomDarin semakin menunjukkan keseriusannya namun JeShan masih tetap sebatas sahabat.

Hingga suatu hari saat mereka sedang berkumpul di rumah Ve untuk kerja kelompok namun Jeje belum dateng.

"Lo sama Jeje gimana, Nju?" tanya Aom yang sedang memainkan hp nya dan duduk di samping Darin.

"Kayak makan kuaci satu ember. Kenyang ga, pegel iya" jawab Shania asal dan sukses mendapat tawa terbahak-bahak dari para sahabatnya.

"Kenapa gak lo yang ungkapin?" tanya Ve yang baru datang dan duduk di belakang Naomi lalu melingkarkan tangannya di badan Naomi.

"Ngungkapin gimana, Ve? Gw chat aja cuma dibales ya, ga, oke, terserah, udah, belum. Jangankan ngajak ngobrol, nanya balik aja ga" Shania menghela napas mengingat pendekatan yang sudah dan sedang ia lakukan.

"Sekarang dia dimana?" tanya Batz menatap Shania. "Ga diangkat pas tadi gw telpon. lagi di jalan mungkin" jawab Shania asal seperti sudah mengetahui watak Jeje.

"Hah?? Jeje tuh pake earphone bluetooth loh. Sama kaya Ve" heran Naomi yang mengetahui kebiasaan Jeje. "Biasanya sih diangkat" timpal Ve. "Udahlah. Males gw bahasnya" kesal Shania dan menaruh kepalanya di atas paha Nae.

"Siang epribadeeehhh.. Sori dori mori yee akika telat. Biaseee, ojek mah harus siaga, siap antar jaga. Nyonya besar lagi di rumah, mau ga mau ya drop beliau dulu meski tua di jalan" ucap Jeje yang baru datang, duduk di dekat Naomi dan meneguk minuman Ve yang masih utuh.

"Itu punya..."

"Nanti aku buatin lagi. Biarin aja" ucap Naomi memotong omongan Ve dan mencium pipi Ve.

Ve menghela napas dan mengangguk. "Maap peee.. Gw aus banget. Ngerti lah" ucap Jeje masih meneguk minumannya hingga sisa seperempat.

"Dih.. Mau banget dingertiin tapi ga bisa ngertiin perasaan orang" celetuk Shania tanpa menatap Jeje.

"Kode keraaasss" ucap Naomi.

"Pepet teruuusss" ucap Nae.

"Kompor panaasss" ucap Aom.

"Peka, Je" ucap Batz.

"Ngerti, Je" ucap Darin.

"Perlu gw kasih kaca ga?" tanya Ve.

Jeje melirik Shania sekilas, "jangan dikode, gw ga peka" ucap Jeje membuat semuanya tertawa kecuali Shania.

Seminggu berlalu, kali ini mereka akan berkumpul di salah satu cafe pusat kota.

Shania telah sampai terlebih dahulu.
"Mana yang lain?" tanya Jeje dan duduk di hadapan Shania. "Baru gw yang dateng" jawab Shania tetap fokus pada hp nya.

Jeje juga memainkan hp nya lalu menaruhnya dan menatap wajah Shania. Shania yang merasa diperhatikan, mendongakkan wajahnya dan mendapati Jeje sedang menatapnya datar.

"Ada apa?" tanya Shania heran dengan tatapan datar Jeje.

"Jadilah pacar gw" ucap Jeje dalam satu tarikan napas.

Shania kaget dengan tatapan tidak lepas dari wajah Jeje. "Maksudnya?" tanya Shania.

Jeje hanya diam dan tetap menatap wajah Shania intens. Wajah Shania merona, ia sudah tidak sanggup menatap Jeje, ia menunduk dan kembali menatap Jeje malu.

Sayangnya, Jeje tidak memalingkan wajahnya barang sedetikpun dan tetap menatap Shania dengan penuh harapan mendapat jawaban sesegera mungkin.

Shania menatap Jeje dan mengangguk. Jeje tersenyum sangat manis menatap Shania, Shania membalas senyuman Jeje tak kalah manis yang menjadi bukti bahwa mereka kini telah resmi berpacaran.

Tidak lama kemudian, para sahabat berdatangan. Mereka berbincang dan bersenda gurau seperti biasa. Tidak ada yang tahu apa yang baru saja terjadi antara JeShan.

Hingga pulangpun mereka tetap seperti biasa. Jeje memang selalu mengantarkan Shania.

Malam ini, ada yang beda. Jeje mengantarkan Shania hingga depan pintu. Biasanya ia hanya menunggu Shania keluar dari mobilnya dan ia akan langsung melajukan mobilnya.

Saat ini, ia masih tersenyum menatap Shania di depan pintu. Saat Shania membalas menatap Jeje, Jeje menarik kerah baju Shania dan mencium kening Shania penuh perasaan.

"Gw cinta lo. Makasih buat hari ini" ucap Jeje tulus menggenggam tangan Shania. "Gw juga cinta lo, Je. Makasih ya. Lain kali bawa kursi ya jadi gampang nyium kening gw" goda Shania dan membuat Jeje menekuk wajahnya.

"Bodo amat, Nju. Dahlah gw mau balik. Ga usah kangen. Repot. Cukup gw aja" ucap Jeje menggoda Shania dan membuat Shania tertawa.

Jeje melambaikan tangannya dan melajukan mobilnya setelah sebelumnya sedikit berlari menghindari kelitikan Shania.

Sedangkan senyum tidak lepas dari dari wajah Shania maupun Jeje hingga akhirnya mereka terlelap.

You Complete MeWhere stories live. Discover now