Sesampainya di rumah Ve.
"Ve.. Ini rumah apa istana?" Tanya Naomi terheran dengan kemegahan rumah Ve. "Ga ngefek, Mi. Tetap aja aku sendirian. Cuma sama para pegawai" ucap Ve lemah."Udah ah.. Jangan sedih. Yuk masuk" ajak Naomi dan dijawab anggukan oleh Ve.
"Malam, nona muda. Apakah Anda sudah makan?" Tanya kepala pegawai pada Ve yang baru keluar dari mobilnya.
"Sudah, Mel. Makasih. Persiapkan kamar untuk temanku ya" ucap Ve menatap Mel, lengkapnya Melody.
"Loh kok? Aku ga sekamar aja sama kamu?" Tanya Naomi menatap Ve. Ve terlihat kikuk akan pertanyaan Naomi dan menatap Mel yang sedang mengulum senyum.
"Eh.. Iya. Yaudah. Yuk, ke kamarku" ucap Ve dan menatap tajam ke arah Mel. Mel tersenyum dan menahan tawanya dengan menutup mulutnya.
Ve membuka pintu kamarnya dan mempersilahkan Naomi masuk.
"Kamarmu... Astagaaa.. Berasa ruang tengah. Eh, Ve... Aku mandi duluan ya. Lengket" ucap Naomi menatap Ve.
Kamar Ve berada di lantai dua dan dilengkapi TV berukuran jumbo beserta home theatre. Terdapat sofa panjang di depan TV dan juga karpet yang sangat mahal. Ada kulkas dan mini bar di sebelah kanan TV dan lemari buku di sebelah kiri TV. Serta terdapat lorong tempat lemari khusus baju, sepatu, dan perlengkapan Ve lainnya yang sangat besar dan lengkap. Lalu ada kamar mandi yang didalamnya terdapat bath up dengan ukuran empat orang. Semua yang ada di kamar ini didominasi dengan warna putih. Dan sedikit aksen biru muda di beberapa bagian.
"Iya, Mi. Aku keluar dulu bentar ya" ucap Ve dan mendapat anggukan dari Naomi.
Setelah memastikan Naomi masuk ke kamar mandi, Ve keluar kamarnya dan menemui Mel.
"Mel..." Teriak Ve mencari kepala pegawainya. "Apaan sih, Ve. Ga usah jerit-jerit" ucap Mel menghampiri Ve.
Mel terpaut tiga tahun di atas Ve. Meski Mel masih muda, ia telah dipercaya menjadi asisten kepala pegawai. Kepala pegawai sesungguhnya sedang mengambil cuti untuk satu bulan ini.
Mel dan Ve berinteraksi layaknya teman ketika mereka sedang bersama dan bersama orang tua Ve. Selain itu, Mel akan berlaku seperti pegawai pada umumnya. Ve yang memintanya agar Ve tidak terlalu merasa kesepian.
"Kenapa lo tadi senyum-senyum?" Tanya Ve kepada Mel. Saat ini mereka sedang duduk di sofa ruang TV.
"Gebetan lo?" Tanya Mel enggan menjawab pertanyaan Ve. "Kok lo bisa tau?" Tanya Ve heran. "Cantik banget. Wajar lo klepek-klepek. Udah jadi?" Tanya Mel menatap Ve.
"Lo ga jawab satupun pertanyaan gw, Laksani" geram Ve yang sudah menimpuk Mel dengan bantal.
"Hahahaha kan lo sering cerita, tiap hari malah, tentang gebetan lo yang namanya Naomi. Tadi lo manggil dia Mi, yakinlah gw kalo dia Naomi. Dan gilaaaa.. Kok bisa ya punya daya tarik begitu? Ga salah deh selera lo" ucap Mel menepuk pundak Ve.
"Nah kan.. Ga salah emang. Tapi ya gitu deh. Kaya cerita-cerita gw sebelumnya. Gw sepayah itu. Tapi ada kemajuan. Hari ini kami makan dan nonton. Dannnnn... Gw genggam tangan dia. Gilaaaa, Mel. Lembutnyaaa.. Astaga.. Gw makin gila nih karena dia" ucap Ve senyum-senyum mengingat kejadian hari ini.
"Waw! Itu kemajuan drastis, Ve. Keren loh! Lanjutkan! Gw dukung! Tapi kan lo emang ga pernah waras kalo tentang dia" ucap Mel yang sudah lari menjauhi amukan Ve.
"Laksani gelo!" Ucap Ve dan menutup matanya mengingat betapa bahagianya ia hari ini.
Tanpa sadar, Ve ketiduran. Mel sudah masuk kamarnya karena ia sudah lelah. Sedangkan Naomi yang baru selesai terlihat mencari Ve.
Naomi turun dan mendapati Ve yang terlelap di sofa.
"Lucu banget kamu, Ve" batin Naomi memperhatikan wajah Ve yang terlihat damai meski sedang tertidur.
"Ve.. Bangun.. Kamu kan belum mandi" ucap Naomi mengelus pipi Ve. Ve yang merasakan sentuhan di pipinya, perlahan membuka matanya dan mendapati Naomi sedang di sampingnya dan mengelus pipinya.
"Mi..." Panggil Ve.
"Bangun.. Kamu mandi dulu yuk. Pasti lengket juga. Baru kita tidur" ucap Naomi mengelus pipi Ve. Ve mengangguk.Naomi menggenggam tangan Ve dan mengajaknya ke kamar. Saat berada di depan pintu kamarnya, Ve melihat Mel menunjukkan tangannya yang mengepal menandakan memberi semangat. Ve mengangguk menatap Mel.
Kamar Melody berada di lantai dua, sejajar dengan kamar Ve namun berada di pojok.
"Kamu mandi dulu. Aku tunggu di kasur ya" ucap Naomi dan dijawab anggukan oleh Ve.
Tanpa Ve ketahui, Naomi sudah mengatur air hangat untuk mandi Ve dan juga lilin aromaterapi lavender yang ia nyalakan di dekat bath up.
"Naomi.." Gumam Ve sadar akan perlakuan manis Naomi.
Usai mandi, Ve tersenyum sangat bahagia. Lalu menyusul Naomi dan duduk bersandar di kepala kasur di samping Naomi.
"Mi.. Makasih ya udah nyiapin yang di kamar mandi" ucap Ve menatap Naomi. "Itu bukan apa-apa, Ve. Sini, tidur. Kamu pasti lelah. Besok kan kita sekolah" ucap Naomi yang sudah menaruh hp nya dan berbaring di samping Ve.
Ve mengangguk dan menarik selimut untuk mereka berdua.
"Mi.. Makasi ya buat hari ini. Aku sangat bahagia" ucap Ve menatap Naomi. "Sama-sama, Ve. Aku juga bahagia" jawab Naomi tersenyum manis. Ve menganggukkan kepalanya.
"Ve.. Kan kamu suka biru, tapi kok kamarmu dominan warna putih? Cuma aksennya aja yang biru muda. Kenapa?" tanya Naomi menyelidik.
"Eh.. Itu.. Gpp. Pengen aja putih. Keliatan bersih" ucap Ve mengelak.Sejujurnya, putih adalah warna kesukaan Naomi. Semenjak Ve menyukai Naomi, Ve meminta Papahnya untuk mengganti cat kamarnya dengan warna kesukaan Naomi.
"Andai kamu tahu alasan sesungguhnya, Mi" batin Ve.
"Oh.. Gitu. Tapi ini keren sih, Ve" ucap Naomi tulus memuji kamar Ve. "Makasih, Mi" ucap Ve tulus menatap Naomi. Naomi menganggukkan kepalanya.
"Selamat malam, Ve. Tidur yang nyenyak ya" ucap Naomi menatap mata Ve. "Malam, Naomi. Kamu juga, tidur yang nyenyak" ucap Ve balas menatap mata Naomi.
Naomi mengangguk dan membalikkan badannya membelakangi Ve.
Ve tidur menghadap Naomi dengan t hentinya ia menatap punggung Naomi.
Cukup lama Ve memandangi punggung Naomi. Ia tidak bisa tidur.
"Mi.." Gumam Ve sangat pelan tak ingin membangunkan Naomi.
"Apa, Ve?" Tanpa Ve sadari bahwasanya Naomi belum juga tertidur.
"Kok kamu belum tidur?" Tanya Ve heran.
"Kamunya jangan liatin aku terus" gerutu Naomi dengan wajah yang sudah merona.
"Eh.. Kok kamu tau?" Tanya Ve yang masih menatap Naomi. Naomi mengindikkan bahunya tanda ia juga tidak tahu.
Ve mendekatkan badannya ke arah badan Naomi. Naomi hanya diam membiarkan.
"Mi..."
"Hmm..."
"Boleh aku tidur dengan memelukmu?" Tanya Ve hati-hati.
Tanpa di duga, Naomi menganggukkan kepalanya. Lagi-lagi Ve dibuat kaget akan sikap Naomi.
Namun ia tidak ingin Naomi berubah pikiran. Oleh karena itu, Ve mulai melingkarkan tangannya ke pinggang dan perut Naomi.
Ve dan Naomi sama-sama terdiam dengan senyum yang merekah dan wajah yang merona.
"Makasih ya, Mi. Selamat tidur" ucap Ve mengeratkan pelukannya dan mengecup pelan rambut belakang Naomi.
"Iya, Ve. Sama-sama" ucap Naomi mengelus tangan Ve yang melingkar di perutnya dan mulai memejamkan matanya.
Lalu mereka terlelap dengan Ve memeluk Naomi dan Naomi memegang tangan Ve yang sedang memeluknya serta senyum yang tidak lepas dari keduanya.
