Hari ini adalah jadwal mereka meninjau kampus pilihan mereka semua dan acara selanjutnya adalah mereka pergi berkencan dengan pasangan masing-masing.
Hingga sore hari dan mereka pulang dengan perasaan bahagia.
Saat malam hari pukul 1 pm di kamar Ve. Ve sedang menatap potonya dan Naomi di hpnya. Ia tersenyum bahagia mengingat momennya bersama Naomi. Tetiba saja, 'my love' terpampang di hp Ve pertanda kekasihnya menelponnya.
"Halo, sayang" sapa Ve saat mengangkat telpon dari kekasihnya. Senyum merekah terlihat jelas dari wajahnya.
"Ve.. Hiks.. Hiks.." ucap Naomi terisak dan hanya bisa memanggil nama Ve.
"Kamu dimana, sayang?" tanya Ve panik mendengar orang yang dicintainya sedang menangis.
"Aku di rumah sakit ***" jawab Naomi dengan masih terisak dan air mata yang tak kunjung reda.
"Tunggu aku" jawab Ve memutuskan sambungan.
Ia mengambil jaket, tas, dan kunci mobilnya lalu bergegas menuruni tangga.
"Sayang.. Kenapa?" tanya Papah khawatir melihat putri tunggalnya sangat panik.
"Naomi, Pah. Ve pamit" ucap Ve salim dengan Papah dan berlari menuju mobilnya yang memang belum dimasukkan ke garasi.
Ve mengendarai mobilnya dengan cukup kencang mengingat ini sudah malam dan jalanan memang sangatlah lenggang.
Tidak sampai 15 menit, Ve sudah masuk ke rumah sakit dan segera berlari mencari keberadaan Naomi.
Sesampainya di ruang operasi, sudah terdapat Naomi, Mamah Naomi dan juga adik Naomi bernama Sinka.
"Sayang.." panggil Ve mendekati Naomi dan langsung merengkuh Naomi ke dalam pelukannya.
Tanpa perlu dijelaskan, Ve sudah dapat menebak bahwasanya Papah Naomi yang sedang berada dalam penanganan dokter.
Naomi menangis sejadi-jadinya di dalam pelukan Ve. Ve mendekati Mamah Naomi, menyalami tangannya dan kembali memeluk erat Naomi.
"Papah orang yang kuat, Mah" ucap Ve menatap Mamah Naomi. Mamah Naomi menatap Ve dengan mata yang bengkak dan mengangguk sebagai responnya. Sementara Sinka sedang memeluk Mamah dari samping.
"Kita duduk aja ya" ucap Ve menatap Sinka. Sinka mengangguk dan mengajak Mamah duduk begitu juga dengan Ve mengajak Naomi duduk tanpa melepas pelukannya.
Ve terus mengusap punggung Naomi dan beberapa kali mengecup kepala Naomi. Naomi memeluk pinggang Ve erat dan masih menangis di pundak Ve.
Tidak lama kemudian dokter keluar dari ruangan dan mengabarkan berita duka bahwasanya Papah Naomi sudah berpulang.
Lutut Naomi lemas dan langsung terduduk di lantai. Sinka masih tidak percaya sementara Mamah meminta izin untuk masuk.
Ve kembali menarik Naomi dalam dekapannya.
"Sayang.. Sudah.. Sekarang kita lihat Papah ya" ucap Ve dan dijawab anggukan oleh Naomi.Naomi berjalan menuju ranjang Papah yang sudah terbujur kaku dengan senyum yang terukir di wajah pucatnya.
Keheningan sangat jelas terasa, hanya ada isakan dari tangis ke empat orang yang berada di sisi kanan maupun kiri Papah.
Mamah, Naomi, Sinka dan Ve bergantian memeluk Papah untuk terakhir kalinya sebelum Papah akan di bawah ke rumah Naomi.
Ve terus mendekap Naomi dalam pelukannya. Ia tahu betapa sedih perasaan kekasihnya saat ini.
Setelah itu, Ve membawa mobil dengan Naomi di kursi samping kemudi dan Sinka di belakang sementara Mamah di ambulance bersama Alm. Papah.
Ve terus menggenggam tangan Naomi di sepanjang jalan. Naomi sudah menghubungi orang rumahnya untuk mempersiapkan segalanya. Ve juga sudah menghubungi keluarga dan para sahabatnya.
Papah dan Mamah Ve sudah sampai terlebih dahulu di rumah Naomi sebelum VeNaomi sampai.
Sesampainya VeNaomi dan ambulance di rumah, semua sudah menyambutnya dengan tangis air mata.
"Sayang.. MamahPapah turut berduka cita. Kamu harus kuat demi Mamahmu. Jangan pernah merasa sendiri. Ada kami" ucap Mamah Ve memeluk Naomi. "Makasih, Mah" jawab Naomi dan menangis di pundak Mamah Ve.
Papah Ve sedang membantu segalanya. Tak lama kemudian, ke enam sahabat mereka datang dan menyampaikan bela sungkawa.
Mereka semua menginap di rumah Naomi dan Naomi selalu dalam dekapan Ve.
Naomi yang kelelahan, akhirnya tertidur di pundak Ve. Ve yang merasa tubuh Naomi memberat segera mengecek keadaan Naomi.
"Huh.. Gw kira pingsan" gumam Ve pelan dan mengecup kepala Naomi.
Saat ini pukul 4 pagi. Tinggal Mamah Naomi, Papah Ve dan Ve yang masih terjaga.
"Tidurlah, sayang. Saat terbangun nanti, Naomi pasti akan membutuhkanmu" ucap Papah mengelus rambut Ve. Ve mengangguk dan mencoba memejamkan matanya untuk tertidur dengan tetap memeluk Naomi.
"Kamu juga tidurlah. Kalau aku, tadi sudah tidur. Nanti siang juga bisa tidur lagi" ucap Papah dan dijawab anggukan oleh Mamah Naomi.
Saat matahari sudah menampakkan sedikit cahayanya, Naomi terbangun dan melihat Ve yang masih tertidur dengan memeluknya.
Ke enam sahabatnya sedang bergantian untuk mandi sementara di depan VeNaomi sufah tersedia makanan dan minuman untuk sekedaf sarapan.
"Dia baru tidur 3 jam, biarin aja dulu" ucap Mamah begitu melihat Naomi sedang memandang Ve. "Iya, Mah" jawab Naomi dan mengecek hp nya. Ia membalas satu-persatu ucapan bela sungkawa dari para temannya.
"Enghh.." Ve membuka matanya dan tersenyum menatap Naomi. Ve mencium pucuk kepala Naomi.
"Kalau masi ngantuk, lanjut di kamar aja, sayang. Di sini berisik ya?" tanya Naomi mengelus pipi Ve. Ve menggeleng. "Ga kok. Udah cukup. Kamu udah bangun daritadi? Kenapa ga bangunin aku?" tanya Ve menaruh wajahnya di pundak Naomi.
"Tadi kamu baru tidur 3 jam. Aku ga tega. Yaudah, sekarang mandi yuk" ajak Naomi mengelus tangan Ve yang tidak lepas dari pinggang Naomi.
"Mandi bareng?" ucap Ve antusias. "Mimpi aja, Ve" kesal Naomi dan menatap Ve malas. Sementara yang ditatap tertawa.
Menjelang siang, mereka menghantarkan Papah Naomi ke peristirahatannya yang terakhir.
Para hadirin telah membubarkan diri. Para sahabat juga sudah kembali ke rumah Naomi. Sekarang hanya ada Mamah Naomi, Naomi, Sinka dan juga Ve yang berada di pemakaman.
Setelah cukup lama, mereka kembali ke rumah Naomi.
"Tuhan lebih sayang sama Papah, Mi. Ikhlas ya. Papah pasti gamau liat anaknya yang cantik ini terus sedih" ucap Ve mengelus rambut Naomi. Sementara Naomi mengerarkan pelukannya pada Ve.
"Iya, Mi. Papah orang baik. Papah pasti bahagia di sana" ucap Nae mengelus punggung Naomi. Naomi tersenyum dan mengangguk.
Satu persatu memberikan ucapan belasungkawa dan saling menguatkan.
-----
Turut berduka cita atas kepergian dari Papah Shinta Naomi.
Maaf kalau cerita tidak sesuai dengan kenyataan. Hanya menyesuaikan dengan cerita dan imajinasi penulis. Terima kasih.
