Di mobil Batz.
"Mamah nitip martabak" ucap Nae begitu Batz menjalankan mobilnya. Batz mengangguk.
Sesampainya di martabak langganan Mamah, Batz turun dan memesan.
"Mau itu ga?" Tanya Batz menunjuk minuman hangat di sebrang mereka.
"Boleh" ucap Nae. Batz menyebrang dan membeli dua minuman hangat.Batz kembali ke tempat martabak dan memberikan minuman tersebut ke Nae.
Antrian martabak tersebut sangat ramai sehingga membuat mereka menunggu lebih lama. Batz juga memesan untuknya dan teman-teman.
Nae yang bosan, keluar dari mobil dan menghampiri Batz.
"Masih lama ya?" Tanya Nae menatap martabak yang sedang dibuat. "Liat aja antriannya. Udah kaya fansnya Ve" ucap Batz menjawab pertanyaan Nae.
"Hahaha tapi kan lo juga banyak fansnya" ucap Nae menatap Batz dari samping. "Sama aja kaya lo" jawab batz datar. "Tapi tetep aja gw sama lo. Udahlah. Ohya.. Gimana Ve sama Naomi?" Tanya Nae.
"Banyak kemajuan. Naomi punya rasa ke Ve?" Tanya Batz menatap Nae. "Kok lo nanyanya gitu? Lo naksir salah satu diantara mereka?" Tanya Nae. "Kenapa? Lo cemburu?" Tanya Batz.
"Apaan sih? Gw nanya apa, dijawab apa" ucap Nae kesal. "Lo tau kan gimana cintanya Ve ke Naomi, gw gamau sahabat gw dibawa terbang yerus dihempaskan ke jurang. Sahabat gw udah kaya keluarga gw. Makanya gw tanya, Naomi punya rasa ga ke Ve" Batz menjelaskan ke Naomi.
"Gw gatau ya rasa sebenernya Naomi gimana tapi yang gw tau, Naomi takut kalau harus kehilangan Ve" ucap Nae memberitahu yang ia rasakan. "Oh.. Berarti Naomi ada rasa. Baguslah. Semoga mereka jadi" ucap Batz menghabiskan minumannya. "Aamiin" jawab Nae dan mereka kembali terdiam.
"Eh.. Makasudnya keilangan gimana ya?" Tanya Batz lagi. "Ya ampun.. Gw kira apaan. Itu tentang Kinal. Fans Ve yang gigih itu, Naomi kesel tiap liat Kinal ngedeketin Ve" jawab Nae menghabiskan minumannya.
"Oh.. Iya, Ve juga agak risih sih sama pendekatannya Kinal. Ya cuma Ve kan gitu, terlalu ramah. Tapi Ve ga ada apa-apa kok sama Kinal" ucap Batz.
"Sama kaya kita ya" jawab Nae. "Kenapa? Lo mau ada apa-apa sama kita?" Tanya Batz menatap Nae. "Emang ada pilihan kalo gw boleh milih pasangan lain?" Tanya Nae menatap Batz.
"Ga ada. Emang udah ada yang lo suka?" Tanya Batz. "Belum. Lo?" Tanya Nae. "Belum juga. Lo mau nyoba sama gw ga?" Tanya Batz spontan yang membuat Nae terdiam.
"Astagaaaa... Gw barusan ngomong apa? Kok spontannya begitu sih?" Batin Batz menggerutu.
"Maksudnya?" Tanya Nae heran. "Gamau juga gpp" jawab Batz singkat. "Siapa bilang gamau" jawab Nae. "Berarti mau?" Tanya Batz.
"Ih.. Cepet banget sih motong omongannya. Ya.. Ih.. Gataulah" dengus Nae sedikit kesal.
"Setelah gw pikir-pikir, kita ini ga punya pilihan lain. Sekalipun nanti kita punya pacar, kita tetep menikah, Ne. Jadi ga ada salahnya kita coba jalanin aja. Gimana?" Tanya Batz. "Oke. Kita jalanin aja. Tapi ya sama-sama ngerti ajalah ya. Kayaknya bakal kaku kalo kita harus bersikap layaknya pasangan" ucap Nae bingung dengan pilihan mereka.
"Iya. Itu juga yang gw pikirin. Makanya gw bilang jalanin aja. Kita mulai dari gw yang akan anter jemput lo. Itu aja ya" tawar Batzdan dijawab anggukan oleh Nae.
Tak lama kemudian, martabak yang mereka pesan sudah jadi. Setelah membayar, Batz melajukan mobilnya ke rumah Nae.
Sesampainya di rumah Nae.
"Kok martabaknya banyak?" Tanya Nae baru sadar melihat kotak martabak. "Abis dari rumah lo, kami kumpul di rumah Ve. Sekalian aja bawa makanan" jawab Batz dan membuka pintu mobilnya.
