Sebenarnya

1.5K 101 6
                                    

Sementara BatzNae sedang saling mengusap punggung tangan di bawah meja, JeShan asyik makan dan sesekali saling melirik dengan tajam.

"Lo ngapain sih ngeliatin gw terus?" Tanya Jeje yang jengah dengan keadaan mereka. "Mirror!! Mata lo tuh yang ga berenti ngelirik gw. Gw tau gw cantik, biasa aja liatnya" ucap Shania geram.

"Astagaaa.. Gw punya temen seperti Aom, Ve dan Batz yang jauuuuuuhhh lebih cantik dari lo. Ga mungkinlah gw ngelakuin itu. Atau lo emang pengen banget ya gw liatin?" Tanya Jeje nyolot.

"Diliatin sama lo? Hell-o!! Gw biasa kali diliatin orang-orang, ga penting banget gw ngarep diliatin lo" ucap Shania tidak kalah nyolot.

"Berisik" ucap AomDarin bersamaan.

"Ciyeee kompak ciyeee" ucap BatzNae menggoda AomDarin.

"Apaan sih" lagi, AomDarin berucap bersamaan.

"Ciyeee kompak lagi ciyeee" goda BatzNae.

"Gak lucu" AomDarin kembali mengucap bersamaan.

BatzNae dan JeShan tertawa melihat kekompakan AomDarin.

"Kalo kalian jadi, kami dukung kok. Ya ga, Batz?" Tanya Nae menatap Batz. "Pastinya" jawab Batz menaikkan kedua alisnya menatap Aom.

Aom menatap Darin yang terlihat semburat merah di wajahnya.

"Eh.. Dia malu?" Batin Aom bertanya dan dalam hatinya ia tersenyum. "Dia lucu juga kalau malu gitu"

"Kayaknya kita bakal dapet pasangan lagi nih, Batz" ucap Nae yang membuyarkan tatapan Aom pada Darin.

"Udah deh. Ini mereka mana ya?" Tanya Aom mengalihkan pembicaraan karena VeNaomi tidak juga kembali.

"Biarin aja, biar beres tuh rumah tangga" jawab Batz.

Sementara itu, Naomi sampai terlebih dahulu di toilet dan diikuti Veranda di belakangnya. Naomi sedang melihat dirinya yang dipenuhi amarahnya di kaca waftafel dan Veranda datang lalu memeluknya dari belakang dan menaruh dagunya di bahu Naomi.

"Tolong dengerin aku dulu, Mi" ucap Ve mengeratkan pelukannya. Naomi hanya diam.

Ve membalikkan tubuh Naomi dan menggeser badah mereka ke arah dinding dekat wastafel tersebut.

Tangan Ve masih di pinggang Naomi dan memeluknya sedangkan tangan Naomi berada di pundak Ve, membuat sedikit jarak diantara mereka.

"Ga ada yang perlu dijelasin, Ve. Toh kita juga ga ada hubungan apapun kan" ucap Naomi dengan debar jatung yang begitu cepat.

"Aku sedang mendekatimu. Meski kita belum ada hubungan. Kamu tau aku sedang mendekatimu, ada hati yang perlu aku jaga, itulah mengapa aku akan menjelaskan" ucap Ve menatap Naomi.

Wajah Naomi bersemu ketika mendengar penuturan Ve.

"Tadi Kinal mengajakku ke taman belakang. Ia memintaku menjadi kekasihnya.." Ucap Ve menjelaskan.

Flashback on

"Ve.." Ucap Kinal memulai pembicaraan.

"Ada apa, Nal?" Tanya Ve santai melihat pemandangan di depannya.

"Aku mencintaimu, Ve. Maukah kamu menjadi kekasihku?" Ucap Kinal duduk berlutut di depan Ve dan menatap Ve dalam.

"Kenapa, Nal?" Tanya Ve membalas tatapan Kinal.

"Kamu cantik, jelas, Ve. Baik hati. Semua juga tahu itu. Kamu pintar. Terbukti. Dan aku nyaman saat bersamamu, Ve. Aku mencintaimu, Ve. Jadilah kekasihku" ucap Kinal tersenyum bersungguh-sungguh.

Ve membalas senyuman Kinal yang membuat Kinal merasa sangat percaya diri akan diterima.

"Aku juga..."

"Benarkah, Ve? Makasi, Ve" ucap Kinal.

"Aku belum selesai bicara.. Kinal" ucap Ve menatap Kinal.

"Oh.. Iya, Ve. Bagaimana?" Tanya Kinal dengan wajah berbinar.

"Aku juga sedang mencintai seseorang. Tapi aku tidak mempunyai alasan mengapa aku mencintainya. Dan aku rasa.. Begitulah seharusnya mencintai. Tanpa alasan" ucap Ve menatap Kinal.

"Ja..jadi m..mak..maksudmu, Ve?" Tanya Kinal terbata. Rubuh sudah kepercayaan diri Kinal yang tadi sempat membumbung tinggi.

Kinal paham kalimat Ve. Sangat paham. Namun ia mencoba mengelak.

"Aku tau kamu mengerti, Nal. Maaf dan terima kasih" ucap Ve tersenyum menatap Kinal.

Kinal menghela napas dan duduk di samping Ve.

"Iya. Aku mengerti, Ve. Tapi kita tetap berteman kan, Ve?" Tanya Kinal menatap Ve. "Tentu saja, Nal. Kita akan tetap berteman sampai kapanpun" ucap Ve menatap Kinal.

"Terima kasih, Ve. Kalau aku boleh tau. Siapa dia yang beruntung telah dicintai olehmu?" Tanya Kinal masih menatap Ve. "Dia Naomi, Nal" ucap Ve tersenyum dan menatap pemandangan di depannya.

"Sudah kuduga. Naomi sangat beruntung" Kinal menghela napas mengucapkan itu. "Gak, Nal. Aku yang beruntung jika mendapatkan cintanya" ucap Ve tersenyum mengingat Naomi.

"Kamu sangat mencintainya, Ve. Sebagai temanmu, aku akan mendukungmu. Yuk balik, aku mau makan bekalku di kelas" ucap Kinal sudah berdiri. "Aku ke kantin, Nal. Mereka pasti disana" jawab Ve ikut berdiri.

"Oke.. Aku antar kamu ya. Sekalian lewat" Ve mengangguk menyetujui.

Dan mereka berjalan menuju kantin bersama.

Flashback off

Ve hanya menceritakan sampai pada kalimat.

Aku juga sedang mencintai seseorang. Tapi aku tidak mempunyai alasan mengapa aku mencintainya. Dan aku rasa.. Begitulah seharusnya mencintai. Tanpa alasan.

"Maksudmu?" Tanya Naomi tidak mengerti ucapan Veranda.

"Aku mencintai seseorang Naomi. Dan dia adalah dirimu" Ve menarik napasnya berat. "Aku mencintaimu, Naomi. Sangat mencintaimu. Maukah kamu menjadi kekasihku" ucap Ve menatap dalam mata Naomi.

Naomi membalas tatapan Ve lalu memukul pundak Ve berkali-kali dan cukup keras.

"Aww.. Mi.. Sakit.. Kamu kenapa?" Tanya Ve berusaha memegang tangan Naomi.

Naomi menatap Ve dengan napas memburu.

"Kenapa aku dipukul?"

"..."

"Jadi gimana, Mi? Kamu mau ga jadi pacar aku?" Tanya Ve masih meminta jawaban.

"Astagaaa, Ve!" Kesal Naomi melepaskan tangan Ve.

"Loh.. Kenapa, Mi? Apakah kalimatku ada yang salah? Aku menolak Kinal, Mi. Aku hanya mencintaimu. Aku mau kamu menjadi kekasihku. Kamu mau kan?" Tanya Ve masih memegang pinggang Naomi.

"Aarrrggghhhh!!" Naomi kesal dan sedikit mengacak rambutnya lalu melepaskan tangan Ve dari pinggangnya lalu berjalan meninggalkan Ve.

"Mi.. Tunggu.. Jawabannya apa?" Tanya Ve masih berdiri di tempat awal.

"Bodo amat, Ve!" Kesal Naomi dan berjalan tergesa menuju meja tempat para sahabatnya sedang makan.

Ve berjalan sedikit berlari mengejar Naomi dan duduk di samping Naomi.

"Mi.." Ucap Ve menggenggam tangan Naomi. Naomi menghempaskan pelan tangan Ve yang membuat Ve menghela napas.

"Jiaaahhh.. Kirain udah beres.. Malah makin rumpi kayaknya" ucap Jeje dan mendapat tatapan tajam dari semuanya.

"Mi.. Ngomong dong. Aku ga ngerti" ucap Ve berusaha menggenggam tangan Naomi.

"Tau ah, Ve" jawab Naomi kesal.

"Ya gimana dong? Aku ga ngerti. Kan aku udah bilang, aku nolak Kinal, Mi. Itu semua karenamu. Terus salahku dimana?" Tanya Ve sedikit frustasi dan mengusap kasar wajahnya.

"Sebenarnya ga ada yang salah dengan ucapanmu, Ve. Tapi yakaliiiii lo nembak gw di toilet!!!" Batin Naomi geram.

You Complete MeWhere stories live. Discover now