11

1.8K 158 0
                                    

Keesokan harinya.

"Tae minta potonya dong."

"Taeeeeee bagi pin doong."

"Taeee udah punya cewe ya? pantes aja cuek ke kita."

"Aduhh Tae gue mau jadi pacar lo."

"Taee ganteng banget sih."

"Sumpah gue gak bisa nafas liat dia, please gue butuh pasokan oksigen."

Tae hanya memberikan senyum simpulnya untuk membalas ucapan mereka. Pria itu berniat untuk menjernihkan pikirannya di perpustakaan. Setidaknya ia bisa terbebas sebentar dari fans fanatiknya. Jujur saja ia tidak ingin ada yang sembarangan memeluknya lagi seperti kemarin.

Meskipun kejadian itu di luar akal sehatnya tapi Tae merasa bersyukur karena sampai sekarang ia belum bertemu lagi dengan gadis kemarin. Walaupun seperti itu tetapi ia sedikit merasa bersalah karena telah membentaknya. Ditambah lagi saat gadis itu memucat setelah ia membentaknya.

"Gi, lo kenapa sih dari kemarin tumben diem mulu?"

"Gi, gue serius. Lo ada masalah?"

"Seulgi, jawab gue!" Tae mendengar jelas suara itu dan ia juga melihat jelas siapa yang sedang berbicara di sana. Ia putuskan untuk menguping di balik lorong buku yang menampilkan jelas wajah gadis itu.

"SEULGI!"

"G-gue t-takut, jangan bentak gue." Lirih gadis itu yang terdengar jelas di telinga Tae. Tidak hanya itu, Tae juga melihat jelas wajah gadis itu penuh ketakutan.

"Astaga, gue minta maaf. Gue gak bermaksud buat ngebentak lo." Gadis itu tertunduk menyedihkan.

"Siapa yang ngebuat lo kaya gini?"

"Jawab gue, Seulgi!"

"G-gue baik-baik aja, Nara. G-gue cuma ke inget aja."

"Tapi siapa yang ngebuat lo inget hal gila itu, huh?"

"Gue gak mau jawab!" Nara menghembuskan nafasnya kasar. Ia hanya tidak mau sahabatnya kembali pendiam seperti dulu.

"Lo bisa jawab kapan aja pertanyaan gue tapi gue mohon jangan pernah berkomunikasi dengan siapapun selain guru dan gue tentunya. Gu-"

"Gue udah sembuh, Ra."

Apa itu salah gue? tapi kenapa? emang dia sakit apa sampe gak dibolehin komunikasi sama orang lain? tanya Tae dalam hati.

***

"Nara tunggu!"

"Apa lagi?" kesal Nara saat dilihatnya Yoongi mencekal erat tangannya.

"Gue mau ngomong sama lo."

"Dari tadi juga lo udah ngomong sama gue." Sinis Nara yang tak dihiraukan Yoongi dan justru pria itu membawanya ke taman belakang sekolah yang cukup sepi.

"Lepas!" pinta Nara saat tangannya masih saja dicekal oleh pria itu.

"Oke."

"Lo mau ngomong apa?"

"Gue minta maaf."

"Gue udah maafin lo."

"Gue gak percaya." Nara menghembuskan nafasnya kasar.

"Jadi mau lo apa?"

"Buktiin kalo emang lo udah maafin gue!" pinta pria itu membuat dahi Nara berkerut.

"Gue gak mau."

"Cihh, jadi lo belum maafin gue?"

"Bukan gitu."

"Ya udah, lo mau apa?"

"Jangan jauhi gue! mulai besok lo harus deket terus sama gue!"

"Maksud-"

"Gak ada bantahan atau-"

"Atau apa, huh?"

"Gue cium lo sekarang."

Deg

Pria itu sudah gila. Ia hampir saja membuat Nara jantungan. Gadis itu masih mematung mencerna ucapan Yoongi barusan hingga kesadaran kembali padanya saat hembusan nafas Yoongi mulai menggelitik lehernya. Ya, baru saja pria itu akan melakukannya namun kesadaran Nara lebih dulu kembali hingga-

Plakkkk

Gadis itu menamparnya. Yoongi tersenyum kecut saat gadis itu menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan sampai ucapan itu terdengar jelas di telinga Yoongi.

"Oke, gue bakal turutin kemauan lo tapi ada syaratnya." Yoongi tersenyum menatapnya hingga tanpa sadar tangannya sudah melingkar di pinggang gadis itu.

"Apa?" tanya Yoongi yang semakin memperdekat jarak di antaranya.

"Gak lebih dari sekedar teman."

Glek

Yoongi melepaskan tangannya saat itu juga. Gadis di depannya benar-benar membuat jarak darinya.

"No problem, gue bakal bikin lo ngebatalin syarat itu dalam waktu dekat." Ucap pria itu setengah berbisik.

Hurt Y.N #mygTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang