Sepulang dari apartement Seulgi, Nara memilih jalan-jalan di sekitar taman kota sebelum pulang ke rumah. Gadis itu terus berjalan di area parkir kendaraan sambil terus memperhatikan ponselnya hingga-
Brukkk
"Aww"
"Sorry, sini gue bantu." Nara menatapnya tak percaya. Pria itu, pria yang ia hindari sejak dulu kini berada di depan mata.
"H-hanbin?" keduanya saling bertatapan dengan mata yang membulat lebar sampai satu di antaranya sadar dan melarikan diri begitu saja. Ya, Nara tergesa-gesa saat pria tadi memanggil namanya. Nara takut pria itu mengejarnya dan benar saja, pria itu sudah berada tak jauh di belakangnya.
"Nara tunggu!"
"Nara!"
"Stop ngejar gue, gue mohon berhenti!" teriak gadis itu saat dilihatnya pria tadi masih terus mengejarnya.
"Nara stop!" teriakan itu masih terdengar jelas di telinga Nara. Gadis itu terus berlari seolah-olah sedang lari marathon.
"Nara , gue bilang stop! kita harus bicara." Teriak pria itu.
"Enggak! gue gak mau!" tolak Nara yang sekilas menengok ke belakang tanpa memperhatikan jalanan di depannya yang cukup ramai hingga-
"Nara, awas!"
Bruukkk
Gadis merintih kesakitan saat dilihatnya sebuah mobil berada di sampingnya. Baru saja Nara menyebrang jalan tanpa melihat kanan-kiri hingga akhirnya ia tertabrak dengan kondisi yang cukup mengerikan. Lutut dan tangannya tergores aspal sehingga mengeluarkan sedikit cairan merah yang membuatnya meringis sesekali. Namun, gadis itu tak begitu menghiraukannya karena saat ini yang harus dilakukannya adalah kabur dari pria tadi. Dan untungnya ia selamat. Pria tadi sudah tak lagi mengejarnya.
"Kamu tidak apa-apa, Nak?" Nara menggelengkan kepalanya. Ia masih tak percaya dengan apa yang baru terjadi. Ia berlari menyelamatkan diri namun justru bagian tubuhnya terluka akibat keceobohannya dalam menyebrang jalan.
"Mau saya antar ke rumah sakit?" tanya pria paruh baya yang tadi menabraknya.
"Terima kasih tawarannya tapi saya harus pulang. Maaf mengganggu perjalanan anda."
"Tapi-" gadis itu melenggang pergi begitu saja sebelum pria paruh baya tadi melanjutkan ucapannya.
Nara terdiam di kamarnya. Gadis itu benar-benar tidak mengindahkan lukanya yang belum diobati. Pikirannya melayang jauh ke kejadian dua tahun yang lalu saat dirinya masih berumur 14 tahun sebelum mengenal Yoongi pastinya.
Nara takut jika pria tadi kembali mengacaukan hidupnya. Ia tidak mau kejadian itu terulang kembali hingga membuatnya menutup diri hanya karena seorang lelaki. Gadis itu terus melamun hingga akhirnya seseorang mengembalikan ke dunia nyatanya.
"Ya ampun, Nara. Tangan sama kaki lo kenapa? lo jatuh?" Gadis itu mengedarkan penglihatannya kepada L yang kini berdiri tepat di depannya. Pria itu sudah berkali-kali memanggilnya namun terabaikan.
"T-tadi gue jatoh." Gugup Nara yang sedikit mendongakan kepalanya menatap L kosong. Kejadian dulu itu masih terus berputar-putar di kepalanya.
"Bentar, gue ambil P3K dulu." Nara benar-benar tak menghiraukannya saat L keluar dan kembali menenteng obat P3K. Setelah itu, L mengobati luka sepupunya dalam diam. Pria itu tahu jika ada sesuatu yang mengganggu pikiran Nara namun ia membiarkan saja. Ia yakin jika akan menceritakannya nanti jika gadis itu sudah membaik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hurt Y.N #myg
Fanfiction"Maaf menyakitimu! aku hanya ingin seperti ini. Berpisah tanpa ada yang tersakiti." #myg "Bulshitt!! cinta itu memuakan!" #narae